Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenalkan Tanah Leluhur

14 Agustus 2022   23:05 Diperbarui: 14 Agustus 2022   23:14 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti laut yang pernah menjadi jerat bagi Portugis (kapal penjajah yang kandas di Laut Akoon) adalah laut yang memainkan perannya sebagai penjaga, benteng dan tembok bagi masyarakat di Pulau Nusalaut---termasuk laut menjadi penolong dan pelindung pada masa konflik 1999, ombaknya menjadi tembok yang membuat pulau Nusalaut dan masyarakatnya tak terjamah oleh para perusuh yang ingin menghancurkan keharmonisan hidup di sana.

Jadi, kematian di laut bagi mereka bukan karena faktor lautnya, melainkan karena dosa manusia. Dalam pemahaman ini, laut adalah mitra Allah dalam menghukum manusia, meskipun laut telah diproklamirkan pula oleh masyarakat Nusalaut sebagai ruang untuk berbagi hidup bagi sesama yang lintas suku, agama, bahasa dan ras, bahkan terhadap musuh sekalipun---masyarakat Nusalaut menolong kapal Portugis yang kandas (membebaskan mereka dari laut) dengan tujuan yang tidak bermaksud untuk menghancurkan fungsi laut bagi kehidupan masyarakat di pulau Nusalaut, tetapi sebuah tindakan kebaikan untuk mendidik musuh agar tidak menghancurkan kehidupan orang lain yang tidak pernah menginginkan hidup mereka juga hancur.

Lebih lanjut, melalui buku Teologi Laut, pada akhirnya kami bisa memahami struktur berpikir yang dimiliki oleh Opa Thom dan anak-anaknya, setidaknya melalui cara Papa dalam menjalani kehidupan semasa beliau masih hidup. Melalui refleksi dari penuturan kisah yang tersajikan, dapat kami ketahui perihal apa yang melatarbelakangi keluarga Opa Thom bisa memiliki mentaliltas yang tangguh dalam menjalani kehidupan, meski dalam keadaan ekonomi keluarga yang sulit, tetapi Opa Thom dan anak-anaknya tidak pernah merasa rendah diri, tetap memiliki percaya diri yang tinggi.

Ternyata mentalitas seperti demikian (sangat besar kemungkinannya) dipengaruhi oleh jati diri yang dimiliki oleh Opa Thom dan anak-anaknya, Opa Thom dan anak-anaknya menyadari tentang darah yang mengalir dalam dirinya adalah darah anak raja pada salah satu negeri di Pulau Nusalaut, dan darah yang diwariskan ini adalah darah pemberani, darah yang memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, darah yang memiliki kemampuan pengorganisasian masyarakat dan kepemimpinan yang handal---kriteria-kriteria tersebut memang harus dimiliki untuk bisa menjadi seorang raja pada negeri adat di Pulau Nusalaut, seperti yang tercatat dalam buku Teologi Laut.

Sebuah refleksi berharga lainnya yang kami dapatkan melalui buku Teologi Laut yakni hanya karena kebesaran Sang Penakluk Laut yang telah berhasil membawa Opa Thom keluar dari Pulau Nusalaut dengan laut yang begitu mengerikan, sehingga Opa Thom bisa tiba di Pulau Jawa, dan pada akhirnya (kini dan nanti) semua generasi penerusnya sebagai pembawa nama keluarga Soselisa dari garis keturunannya secara langsung dapat berkarya bagi kehidupan di Pulau Jawa dan di berbagai wilayah geografis lainnya.

Kisah tentang leluhur kami ini tak akan pernah putus untuk kami ceritakan kepada generasi penerus, karena kami berharap dari cerita yang ada dapat membentuk mentalitas generasi penerus. Dengan mengetahui siapa identitas dirinya, identitas sebagai keturunan dari leluhur yang gigih dalam memperjuangkan kehidupan, berani dalam berjuang saat menghadapi kesulitan, serta memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, sehingga generasi penerus kami kelak tidak menjadi anak-anak yang gampangan dalam kehidupan, karena selalu mengingat tentang kode genetik dalam darahnya yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Tentu kisah tentang leluhur ini akan kami tuturkan bukan untuk keangkuhan, melainkan untuk bekal bagi generasi penerus supaya tidak menyia-nyiakan kehidupannya, hingga bertemu muka dengan Sang Penakluk Laut.

Kota Surabaya, 14 Agustus 2022

RAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun