Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terserang Covid-19 pada Waktunya

29 April 2022   21:53 Diperbarui: 29 April 2022   21:57 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama dunia tersandera oleh Pandemi Covid-19, meski tak ada rasa takut yang terlalu berarti, namun kami benar-benar berupaya menjaga diri. Selain mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, kami pun berupaya menciptakan kebiasaan baru, dan salah satu kebiasaan baru yang kami ciptakan sejak awal pandemi hingga saat ini yaitu kami tidak menyentuh ataupun saling bersentuhan dengan yang ada di rumah saat baru tiba dari berkegiatan di luar rumah, sebelum mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu.

Upaya menciptakan kebiasaan baru serta menjaga konsistensi pengaplikasiannya ini, kami tempuh tidak lain tidak bukan hanya demi melindungi buah hati, dan buah hati kami pun telah memahaminya dengan baik. Tak jarang melalui kebiasaan baru yang telah tercipta, saat kami baru tiba di rumah, buah hati kami akan menyambut di depan pintu untuk melempar senyum sejenak, kemudian berlari masuk ke dalam rumah sembari berkelakar dengan meneriakan kalimat: "Papa Corona, Papa Corona, Papa Corona (begitu pula sebaliknya saat menyambut Mamanya)."

Dampak baik melalui kebiasaan baru yang kami ciptakan, setidaknya mampu menghindarkan kami bertiga dari penularan Covid-19 sejak pandemi melanda Indonesia pada bulan Maret 2020, hingga akhirnya gejala dari varian Omicron menghampiri saya pada tanggal 12 Februari 2022. Namun, karena gejala yang ditimbulkan tak ubahnya seperti flu biasa, maka saya cenderung untuk mengabaikannya.

Empat hari berselang (16/2/2022), gejala yang dirasakan makin bertambah keras, dan saat sedang berada di tempat kerja, saya memutuskan untuk keluar sebentar melakukan Swab Antigen, hasilnya pun positif Covid-19. Setelah mengetahui hasil positif, saya memilih untuk izin tidak kembali ke tempat kerja, dan langsung melakukan isolasi mandiri di rumah dengan kamar yang terpisah dari istri dan buah hati.

Selama saya melakukan isolasi mandiri, istri sedang bekerja dari rumah, dan dengan sendirinya peran perawatan dilakukan oleh istri. Interaksi kami upayakan sebisa mungkin sesuai dengan protokol kesehatan, makanan dan minuman pun disediakan hanya dengan diletakan di dekat tangga---saya berada di lantai atas, istri dan anak berada di lantai bawah. Namun, sekeras apa pun kami berusaha menerapkan protokol kesehatan, tiga hari kemudian (19/22/2022) pada akhirnya gejala dari varian Omicron dirasakan pula oleh istri---besar kemungkinan proses terpaparnya telah berlangsung pada rentang waktu sejak tanggal 12 Februari 2022.

Hingga pada tanggal 22 Februari 2022 kami bertiga melakukan Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan keesokan harinya (23/2/2022) saat belum diketahui hasil diagnosis dari Tes PCR, buah hati kami mengalami demam tanpa penyebab yang jelas hingga suhu tubuh mencapai 39 derajat Celcius---seketika itu kami memberikan obat penurun panas, dan keesokan harinya (24/2/2022) telah pulih seperti sedia kala. Prakiraan kami kala itu, Omicron pun telah menghampiri buah hati, menyusul Mamanya yang telah bergejala sejak merawat saya.

Kami bertiga pun melanjutkan isolasi mandiri, hingga pada tanggal 26 Februari 2022 dihubungi oleh pihak Puskesmas untuk mengambil hasil Tes PCR, dan dari hasil Tes PCR yang menggambarkan kondisi empat hari sebelumnya (22/2/2022) dapat kami ketahui bahwa saya dan buah hati terkonfirmasi negatif Covid-19, dan istri terkonfirmasi positif Covid-19 sesuai dengan gejala yang sebelumnya memang telah dirasakan.

Singkat cerita, kami bertiga pada akhirnya pulih dengan kondisi kesehatan yang makin baik, dan telah terkonfirmasi negatif Covid-19 melalui hasil akhir Swab Antigen---saya dan istri telah dikonfirmasi dengan hasil tes berikutnya, akan tetapi buah hati kami tidak melalui tes berikutnya, karena kami tak cukup tega harus membiarkan hidungnya dicolok kembali.

Tentu kami bersyukur atas serangan Covid-19 yang hadir tepat pada waktunya, mengingat kami berdua telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) pada akhir bulan Januari 2022. Terlebih varian yang menyerang kami hanyalah Omicron yang tidak seganas varian lain yang sudah ada sebelumnya, sehingga saat buah hati harus terserang Covid-19---apabila dilihat dari gejala demam yang sempat muncul---yang penularannya berasal dari kami, buah hati tidak mengalami keadaan yang parah.

Memasuki bulan Maret 2022, kami sebenarnya akan melakukan pemberian Vaksin Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) bagi buah hati, menyusul usianya yang akan menginjak lima tahun pada bulan April 2022. Kami menjadwalkan pemberian vaksin tersebut sebulan lebih awal, dengan dasar pertimbangan apabila ada efek samping yang ditimbulkan dari Vaksin DPT, tidak akan mengganggu rencana kami dalam memberikan kejutan pada hari ulang tahunnya (catatan selengkapnya: bit.ly/3OcxUPr).

Namun, menyusul adanya demam tanpa penyebab yang jelas yang telah dialami sebelumnya (23/2/2022), kami lebih memilih untuk menunda pemberian Vaksin DPT setelah hari ulang tahunnya. Langkah ini kami tempuh dengan pertimbangan untuk memberikan jarak yang cukup terhadap kemungkinan dari "vaksin alami" yang telah didapatkan melalui penularan Covid-19, sebelum akhirnya harus mendapatkan vaksin dengan jenis yang lain.

Saat yang dinanti pun tiba, buah hati kami pada akhirnya menerima Vaksin DPT pada tanggal 23 April 2022. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, buah hati yang dulu masih harus kami gendong saat memenuhi jadwal pemberian imunisasi, kini sudah bisa berjalan sendiri sembari menghitung jumlah anak tangga yang dilewati di rumah sakit. Bahkan telah memiliki kemampuan untuk mengulas segala sesuatu yang diamati, hingga kami pun harus memberikan perhatian yang ekstra untuk merespons guna menjadi penyeimbangnya.

Bagian yang tidak pernah berubah hanya terletak pada ketidaktakutan buah hati terhadap jarum suntik. Apabila sewaktu bayi tidak pernah menangis saat disuntik, saat menerima Vaksin DPT yang lalu (23/4/2022) pun tidak menangis saat disuntik, justru buah hati sendiri yang memilih untuk disuntik pada bagian lengan kiri (sebelumnya ditawarkan mau disuntik pada bagian lengan atau paha) dengan mata yang memandang jarum suntik saat proses imunisasi berlangsung---dokter spesialis anak yang memberikan imunisasi tersebut merupakan dokter yang sama setiap memberikan imunisasi bagi buah hati kami sejak masih bayi.

Jalan kami sebagai orang tua masih sangat panjang, kerja keras yang kami berdua ikhtiarkan merupakan rangkaian perjalanan panjang yang sedang dilalui. Kami berketetapan hati dalam setiap langkah pada perjalanan panjang yang dilalui mesti banyak kasih yang tercurahkan, dan pemberian imunisasi merupakan salah satu bentuk kasih yang tercurahkan melalui usaha investasi kesehatan jangka panjang bagi buah hati.

Kota Surabaya, 29 April 2022

RAS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun