Jadi, pengertian yang kami berikan pun mencoba untuk mengikuti gerak jiwanya (sesuai dengan teori Hobbes) untuk menjauhi kesengsaraan akibat dispenser yang rusak, dan mendekati kenikmatan dengan tetap bisa mengonsumsi susu formula karena ketersediaan air mineral dari dispenser yang tidak rusak.
Setidaknya teori klasik yang diasumsikan oleh Hobbes tentang gerak jiwa ini, akan kami terapkan (pada konteks yang benar) selama sang buah hati masih berusia di bawah lima tahun, hingga kelak kami harus mengaplikasikan teknik lain yang digunakan untuk mengubah perilaku---dalam ilmu psikologi dikenal dengan modifikasi perilaku.
Sebab Hobbes pun telah menyimpulkan dari premis yang dibangunnya tentang gerak jiwa ini bahwa manusia yang mengalami pengondisian keadaan (pada konteks yang tidak benar) yang selalu mengarah untuk mendekati kenikmatan dan menjauhi kesengsaraan, akan memiliki kecenderungan menjadi pribadi yang mementingkan diri sendiri dan selalu mengejar kepuasan pribadi. Tentu kami tak menghendaki keadaan seperti demikian menimpa sang buah hati.
Terlepas dari semua teori yang telah dan akan kami pelajari, bagian yang terpenting saat ini hingga batas penghabisan, kami akan mendidik sang buah hati dengan memberikan teladan untuk selalu melekat pada Sang Pemilik Jiwa. Oleh sebab hanya Sang Pemilik Jiwa yang dapat membentuk setiap gerak jiwa menjadi indah, mengubah setiap gerak hati menjadi murni, memproses setiap gerak akal budi menjadi bersih.
Kota Surabaya, 28 Maret 2019
RAS