Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doa dan Air Mata Seorang Ibu Menyelamatkan Anaknya

22 Oktober 2014   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cengkraman yang menghimpit itu selalu berhasil membuat saya bertahan. Saya benar-benar tak berdaya mengusirnya, sama halnya ketika saya tak berdaya mengusir "gelap" dalam hidup saya. Hanya dengan jalan memohon "terang" untuk datang, maka "gelap" akan terusir dengan sendirinya. Hingga suatu waktu saya memiliki keberdayaan menentukan pilihan, cengkraman yang menghimpit terlepas seketika, kewarasan mulai timbul dalam kehendak dan perasaan. Melalui kehendak dan perasaan itulah lahirlah keputusan yang memerdekakan.

Setelah empat hari dalam perenungan, saya menemukan jawaban dari apa yang saya alami di waktu yang lalu. Lepasnya diri dari cengkraman sandiwara yang menjijikan dan lahirnya keputusan yang memerdekakan, karena ada tangan Mama yang selalu terlipat untuk saya, karena ada air mata Mama yang menetes untuk saya. Doa dan air mata Mama-lah yang telah menyelamatkan. Sebelum-sebelumnya "spesifikasi" itu tak pernah sekalipun terungkapkan, Mama hanya menyimpannya dalam hati dan menaikannya dalam doa-doanya, pasti akan beda cerita bila Mama pernah menungkapkannya, karena alur ceritanya (saya) jadi memenuhi harapan Mama, bukan "karya keselamatan" yang sedang dikerjakan bagi saya.

Akhir kata, melalui kisah Monika dan Agustinus (dan sedikit kisah seorang Mama yang telah mengadopsi nama Agustinus untuk diletakan pada nama tengah saya), kiranya bisa menginspirasi setiap Ibu di manapun sedang berada untuk mendedikasikan doa dan air matanya bagi "keselamatan" anak-anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun