Mohon tunggu...
Rovina Alisa Sasa
Rovina Alisa Sasa Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Care Assistant

Perempuan sipenikmat hujan dan malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Sudut Lift Ruangan

16 Januari 2023   01:39 Diperbarui: 16 Januari 2023   01:46 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pertama kali bertemu di sebuah lift gedung saat pengujung malam di waktu ituhanya ada cahaya lampu-lampu yang menyala disetiap sudut ruangan yang memancarkan sinarnya dengan terang juga ke heningan malam menjadi saksi bagaimana di dalam sana hanya ada suara aku, kau dan salah satu temanmu di dalamnya.

Seperti biasa, perjumpaan pertama mendatangkan banyak canggung dan malu-malu, terlihat betul ketika dirimu melihatku. Namun seiring berjalannya waktu. Mataku dan matamu bagaikan simpul yang tak terurai kisah ini yang memaksa untuk dimulai.

Kita pun berjumpa lagi didalam ruangan dan ku bersikap biasa kepadamu, dan juga bersama temanku di dalam sana. Lambat laun kita terbiasa mengobrol dan menyapa sewaktu-waktu dengan penuh hangat dan canda tawa selalu menyelingi di dalamnya ia mendatangkan nyaman
.

Hari demi hari semakin berlalu kemunculanmu itu selalu disudut Musolah itu, aku menjumpaimu dengan sangat berserah sebagaimana seorang hamba yang ingin berjumpa dengan Sang Kekasihnya. dan bagaimana mungkin ketika tatapanmu yang penuh malu ketika dihadapan dengan aku disisi mu,  dan bibirmu seakan bisu,tubuhmu kaku. Untuk sekedar mengangkat kepalamu dan melihatku akan-akan ragu.

Barangkali aku ini menjadi pengagum rahasiamu dikala itu, bukan? . Sering kali hatipun terasa tenang, apa itu ketidakmungkinan dari bait-bait doamu yang kau panjatkan di pengujung malam ? Dirimu selalu membisu ketika kita bertemu, ntah mengapa ? itu yang selalu tersirat dalam pikiranku. Dan mungkin benar kata seorang pecinta. Mereka yang selalu kaku, diam membisu ketika bertemu dan terang-terang ketika bersama sang pecipta.

Mungkin hadirmu kau adalah obat dari segala luka pada sakitku, kemarin. "Mengapa nggak dari dulu sih kita seperti ini?". "Dari beberapa bulan lamanya sepertinya masih sekitar dua minggu ini ya kita seperti ini?" Ujar hatiku, barang kali juga hatimu.

Waktu yang terlalu lama untuk mendatangkan rasa nyaman? Ataukah ego yang terlalu kuat untuk menahannya? Dan mungkin pula kau yang begitu ragu akan keberanian diri untuk sekedar memulai karna rasa takut yang berlebihan.

Dan karena sore ini juga disaat senja memerah jingga. Diwaktu libur yang bersamaan
Percakapan melalui pesan singkat itu hadir di dalam kedipan layar handphone. Untuk pertemuan didalam lift ini, dan Sepertinya Kita telah terjebak dalam rasa

Jakarta, 23 desember 2022

Kisah inipun dimulai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun