Mohon tunggu...
Rovina Alisa Sasa
Rovina Alisa Sasa Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Care Assistant

Perempuan sipenikmat hujan dan malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Kecil untuk Ayah

3 Desember 2022   03:45 Diperbarui: 3 Desember 2022   03:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan “aku selalu percaya, bahwa setiap aku bertemu orang-orang baik, dan setiap kali hari-hariku dimudahkan itu adalah jawaban dari doa ibuku. “

“Ibu bisa menggantikan siapapun tapi tidak akan pernah diganti oleh siapapun. – unknown”


Hidupku terus berlanjut dan semakin dewasa tanpa kehadiran sosok Ayah. Awal masuk perkulihan, aku mendapat kabar tentang Ayah. Padahal aku kuliah di Jakarta. Sementara Ayah berada di daerah Jawa Barat bersama istri barunya.

Aku meminta alamat nya itu oleh kawan lama Ayah yang mengetahui keberadaannya. Dan akhirnya aku mendapatkan alamat tersebut,langsung aku meminta izin Ibu. Aku ingin mencari Ayah dan berangkat bersama kawanku untuk mencari keberadaan Ayah. sampai akhirnya aku menemukan nya disana. Sesampai di sana, aku berharap bisa mendapatkan kabar baik tentang Ayah. Kerinduan yang terpendam sepertinya sudah menggunung di dadaku. Aku sangat merindukan Ayah. Sejak TK sampai saat ini, aku tak pernah bertemu dengannya. Namun apa yang ku raih? Tidak bertemu juga. 

Namun, perjuanganku tidak sampai situ. 3 kali aku mencarinya ditempat yang berbeda, pada akhirnya waktu dimana aku menemukan seorang pria yang sama persis yang diceritakan oleh ibu. Lalu aku yakin betul itu Ayah ku, dengan rasa malu untuk bertemu dengan Ayah, aku memutuskan agar kawan ku untuk mendekatinya dan menunjukan foto lama nya, pada pria itu. aku melihatnya dari kejauhan. lalu dengan muka yang putus asa, kawan ku menghampiri ku dan berkata " ia tidak mengenalinya, sa. dan diapun pergi ke dalam ruangan itu dan gak balik-balik lagi"

Dengan rasa kecewa, tercapik lah sudah dadaku, marah bahkan tidak lagi kalimat apa yang bisa ku ucap untuk mengambarkan hatiku ini, sesak sekali rasanya di dalam dada, ingin sekali berteriak dan menangis atas apa yang diucapan kawanku itu. Tapi, Ah, mungkin ini jawaban dari sekian kali aku mencari tak pernah berhasil. Dan Tentu saja, mungkin ini karena dari kecil aku tak pernah ketemu Ayah.  Dan mungkin saja ia tak mengenali wajahku.

 Aku hanya bisa mendoakanya dalam setiap sujudku pada Tuhan. Kusampaikan kerinduan ku lewat sebait-bait doa.  Mungkin Tuhan belum mengizinkan kita bertemu.  jika memang kita tidak ditakdirkan bertemu didunia ini. Izinkan aku bertemu disyurga-Mu nanti, untuk berkumpul dengan Ayah walau sebentar atau selama-lamanya. 

“ Ayah, bolehkah  aku membeli waktumu? walau hanya 1 jam lamanya.  Untuk Sholat berjamaah denganku. Hanya Sholat ”. Jika Tuhan mengkabulkan do'a ku, Hingga nanti aku akan memelukmu. Melepaskan semua rindu yang kadang terasa menyesakkan dada bersama Ibu.

“ Petuah Ayah, Nak. Hati Ibu tak luas, tak juga punya ornament indah. Tetapi. Nak, disana teduh, di sana semegah-megahnya rumah ibadah.”

Pada akhirnya, Ibu menemukan lelaki yang mencintainya, bukan karna Ibu tidak mencintainya duluan. Tapi, Ibu trauma bila harus mencintai nya lebih dulu. Ibu menikah dengan lelaki yang mencintainya. Lelaki itu akhirnya aku panggil dengan sebutan Abah. Seperti kebanyakan anak-anak lain, banyak panggilan untuk sosok Ayah; Bapak, Papah, Babeh, Abi bahkan panggilan lain semacamnya. Pernikahan Ibu dengan Abah menjadi cerita gembira untukku. 

Mereka bertemu, saling jatuh cinta, lalu memutuskan untuk hidup bersama. Pernikahan itu melengkapi kebahagiaan Ibu. Di usia ku yang saat itu duduk di bangku SMP, usia yang masih terbilang labil untuk ku percayai, awalnya. Tapi aku tidak bisa menolak kebahagian untuk diri Ibu, aku terlalu berdosa jika tidak ingin melihat Ibu bahagia,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun