Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada tanggal 14 Maret 2023 memberikan pernyataan kecemasan akan perjanjian aliansi Australia, Inggris, dan Amerika Serikat yang bernama program aliansi AUKUS. Menurut pandangan Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri stabilitas dan perdamaian kawasan menjadi tanggung jawab semua negara, oleh karenanya Indonesia kembali mengingatkan Australia untuk tetap mengikuti kewajibannya sesuai rezim non-proliferasi senjata nuklir dan IAEA agar selalu transparan dan tidak diskriminatif.
Dalam kasus terkait reaksi Indonesia menanggapi aliansi antara Amerika Serikat, Australia, dan Inggris sudah terlihat menunjukkan ketidaksepakatan yang didasari oleh kecemasan. Indonesia dalam hal ini sebagai negara yang bertetangga dengan Australia takut semakin lama kekuatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya mempengaruhi stabilitas kekuatan regional Asia Tenggara, menurut Indonesia negara besar seperti Amerika Serikat bisa mengancam Indonesia secara langsung jika kekuatan aliansi militernya semakin dekat.
Yang dimaksud disini ialah Indonesia khawatir akan konflik negara terjadi akibat gesekan perbedaan prinsip kepentingan nasional, kedua negara bersama menyepakati untuk mengusahakan perdamaian dunia tetapi Amerika Serikat memiliki visi pandangan sendiri terkait perdamaian dunia.Â
Amerika Serikat tidak takut akan dampak hegemoni politik luar negeri negaranya pada negara lain asalkan kepentingannya bisa tercapai yaitu memperluas pengaruh nilai demokrasi dan kebebasan, akan tetapi hal ini disertai juga dengan efek samping yaitu untuk menjalankan nilai tersebut Amerika Serikat tidak segan menggunakan kekuatan "Hard Power" seperti politik, militer, dan ekonomi untuk menekan negara yang tidak sejalan dengan ide nilai tersebut.
Kasus serangan Irak 2003, perang Afghanistan 2001, dan terakhir invasi Libia 2011 merupakan serangkaian langkah kebijakan luar negeri Amerika Serikat kepada negara-negara yang dianggap mengancam pada nilai kebijakan luar negerinya. Tiga contoh kasus di atas hanyalah beberapa contoh di antara banyak kasus lain dimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat membawa kecemasan bagi Indonesia, melalui penjelasan singkat di atas Kementerian Luar Negeri Indonesia kemudian menyatakan ke khawatirannya pada ide aliansi AUKUS. Rumusan masalah menarik pada tulisan saya kali ini ialah apa strategi Indonesia dalam menghadapi aliansi militer AUKUS untuk stabilitas perdamaian kawasan?
Untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah tersebut dapat saya katakan Indonesia perlu mengikuti strategi kebijakan luar negeri Soeharto dalam buku karya Leo Suryadinata berjudul Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Soeharto (silahkan dibaca review saya pada tulisan sebelumnya). Dalam buku tersebut pakar ahli keamanan nasional Indonesia seperti Ali Moertopo dan Sayidiman mengemukakan pendapat akan pentingnya ada ketegangan terbatas antara negara besar yang ingin membangun aliansi dekat dengan kawasan Indoensia.
Harus saya katakan Indonesia mendapatkan keuntungan dan kekurangan dari aliansi AUKUS dengan pengaruh kekuatan militer negara Inggris, Australia, dan Amerika Serikat di Asia Tenggara. Keuntungan Indonesia adalah dengan adanya aliansi ini Republik Rakyat Cina dapat terbendung dan terawasi akibat adanya kekuatan besar yang masuk untuk mengimbangi, dalam pertimbangannya kekuatan besar seperti Amerika Serikat hanyalah satu-satunya kekuatan yang mampu menekan RRC dikarenakan Indonesia dan negara di Asia Tenggara lainnya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membendung.
Kekurangannya adalah Indonesia dengan adanya aliansi AUKUS tentu keamanan nasional akan terancam jika kemudian negara besar mulai menggunakan pangkalan militer dalam jarak terlalu dekat dengan wilayah Nusantara, Indonesia kemudian akan terseret konflik besar jika Amerika Serikat misalnya berperang dengan RRC kawasan Asia Tenggara akan menjadi arena peperangan. Poin utama disini ialah Indonesia harus memiliki kerjasama keamanan yang seimbang antara negara kawasan Asia tenggara terkait prinsip keamanan seperti apa yang harus disepakati.
Dalam perkembangan membahas keamanan kawasan Asia Tenggara lembaga internasional ASEAN merupakan kunci geopolitik bagus bagi Indonesia untuk masuk membahas isu ini, titik utamanya pertama dan utama semua anggota ASEAN harus mampu diyakinkan akan ide konsep keamanan dari Indonesia yang terlihat tidak mewakili status quo sama seperti sebelum-sebelumnya. Dalam hal ini ide saya adalah Indonesia harus membentuk aliansi keamanan kolektif dengan prinsip tegas mengatur keterlibatan kekuatan negara besar seperti aliansi AUKUS dalam terlibat di kawasan Asia Tenggara, poin utamanya adalah mengatur sedemikian rupa agar negara besar tersebut tidak berbenturan dengan negara besar lain dengan berkonflik maupun masuk terlalu bebas dalam menjalankan politik luar negerinya.
Indonesia dan negara anggota ASEAN yang lain harus mampu merumuskan batasan sejauh apa pengaruh kekuatan besar masuk di kawasan Asia Tenggara sembari memperkuat diri dengan membentuk sistem aliansi kolektif yang saling menopang sesama anggota. Penting sekali saya rasa terkait masalah keamanan kawasan semua anggota ASEAN harus memiliki pandangan yang sama karena jika tidak konsekuensinya adalah kerangka kerja keamanan tidak bisa terbentuk, oleh karenanya poin disini Indonesia sebagai negara dengan kekuatan regional power di kawasan Asia Tenggara harus menjadi motor penggerak inisiasi ide pertahanan tersebut.
Langkah awal yang bisa dilakukan Indonesia adalah dengan mempengaruhi negara ASEAN yang paling mungkin mendukung secara total aliansi AUKUS dan keterlibatan lebih Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara, setelah melihat berbagai indikator saya fokuskan dua negara utama yang paling memungkinkan yaitu Filipina dan Singapura. Kedua negara ini bersama-sama memiliki kedekatan dengan dua negara aliansi AUKUS yaitu Inggris dan Amerika Serikat, Singapura bekas koloni Inggris dan memiliki beberapa kesepakatan pertahanan sementara Filipina punya perjanjian militer dengan Amerika Serikat mengenai pagkalan militer.
Seperti yang saya gambarkan sebelumnya jika ingin membentuk aliansi keamanan kolektif diperlukan kesepakatan bersama semua anggota ASEAN, karenanya dua negara ini perlu di dekati oleh Indonesia untuk meyakinkan mereka tidak mengizinkan pengaruh AUKUS dan Amerika Serikat bebas tanpa prinsip batasan dalam membentuk kebijakan keamanan kawasan.Â
Indonesia dengan anggota ASEAN pernah mampu menyepakati larangan penggunaan senjata nuklir yaitu kesepakatan ZOPFAN untuk keamanan kawasan, saya rasa Indonesia dengan sejarah tersebut mampu merumuskan aliansi keamanan kawasan kolektif jika bisa meyakinkan dua negara dengan konsekuensi mengingatkan mereka kawasan Asia Tenggara di dalam pengaruh kuasa penuh aliansi pertahanan negara adidaya bisa berbahaya.
Tantangan dari prinsip aliansi keamanan kolektif Indonesia dan ASEAN datang paling berat dari dalam Indonesia itu sendiri. Dalam politik luar negeri Indonesia berpegang teguh pada prinsip bebas aktif sebagai pedoman utama akan tetapi implementasi prinsip tersebut sangatlah dipengaruhi oleh Presiden yang saat itu memimpin, kepemimpinan dan visi misi Presiden membetuk kerangka kerja bagaimana ide tersebut menjadi kebijakan yang konkrit.
Mengutip langsung dari web resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, misi Kementerian Luar Negeri adalah "melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden, dengan uraian sebagai berikut:Memberikan nilai manfaat ekonomi yang optimal melalui hubungan luar negeri untuk mendukung struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing". Terlihat jelas bahwa misi Presiden Joko Widodo pada pemerintahan saat ini adalah ekonomi sebagai tulang punggung politik luar negeri Indoensia, dikatakan mendukung struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing jelas menunjukkan Presiden Joko Widodo menngutamakan ekonomi sebagai strategi geopolitik.
Dapat saya katakan strategi Presiden Joko Widodo dalam pandangan politik luar negeri ekonomi tidak memiliki konsep strategi geopolitik yang signifikan sehingga langkah untuk menanggapi terbentuknya aliansi AUKUS hanya sampai pada pemberian teguran dan pernyataan, Indonesia secara prinsip tidak memiliki kerangka kerja yang konkrit dalam menanggapi aliansi AUKUS karena konsep ekonomi tidak bisa masuk dalam kasus ini.
Strategi ekonomi sebagai jembatan memperkuat kerjasama hubungan luar negeri sering diangap sebagai solusi Indonesia karena membawa keuntungan timbal balik bagi negara lain dengan Indonesia sendiri, akan tetapi ekonomi tidak bisa menjawab solusi dunia internasional sehingga dibutuhkan strategi politik luar negeri yang cocok dengan dimensi isu terkait agar bisa menguraikan solusi dari masalah tersebut.
Kesimpulan dari tulisan ini ialah aliansi keamanan kolektif ASEAN menjadi strategi luar negeri terbaik bagi Indonesia jika ingin mengimbangi pengaruh Amerika Serikat dan aliansi AUKUS. Dalam menanggapi aliansi tersebut Indonesia harus mampu meyakinkan semua negara anggota ASEAN untuk turut ikut terlibat dalam proses pembetunkan aliansi keamanan kolektif, dengan tujuan yaitu secara bersama menngatur batasan pengaruh negara besar yang telibat di kawasan Asia Tenggara sekaligus menciptakan keseimbangan kekuatan antara negara besar yang memiliki kepentingan di kawasan ini.Â
Indonesia memiliki kekuatan sebagai regional power sebagai instrumen kekuatan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan negara anggota ASEAN, karena itu Indonesia memiliki pengaruh untuk melakukan kebijakan luar negeri dengan jangkauan kawasan Asia Tenggara.
Dengan modal itu keamanan kolektif bisa disampaikan sebagai solusi alternatif mengenai konsep kestabilan kawasan yang berkelanjutan dimasa depan, kebijakan tersebut juga bisa menjadi strategi politik luar negeri terbaik bagi Indonesia untuk menjamin keamanan nusantara dari pengaruh kekuatan negara besar yang sulit untuk dibendung.Â
Ada poin yaitu mendekati Filipina dan Singapura sebagai langkah awal karena kedua negara tersebut merupakan dua negara anggota ASEAN yang memiliki politik luar negeri dekat dengan dua negara aliansi AUKUS, kedua negara tersebut adalah Amerika Serikat dan Inggris.
Jika ingin mewujudkan perdamaian kawasan melalui aliansi keamanan kolektif maka diperlukan solidaritas semua negara anggota ASEAN, Filipina dan Singapura secara keamanan mengandalkan negara Amerika Serikat dan Inggris sebagai pelindung utama, oleh karena itu penting untuk meyakinkan mereka untuk bisa membatasi pengaruh kedua negara besar tersebut untuk tidak bergerak terlalu bebas di kawasan Asia Tenggara sembari memberikan mereka jaminan keamanan melalui sistem aliansi keamanan kolektif ASEAN.Â
Indonesia juga harus memiliki visi yang jelas jika ingin melakukan strategi luar negeri seperti ini karena visi misi Presiden sangatlah mempengaruhi arah politik luar negeri Indoensia, jika Presiden Indonesia mampu mendapat pandangan yang baik terkait kondisi geopolitik kawasan dan langkah konkrit yang bisa diambil maka implementasi kebijakan luar negeri Indonesia bisa berjalan baik. Sekian dan terima kasih.Â
Sumber Refrensi :
https://www.kemlu.go.id/portal/id/list/halaman_list_lainnya/10/landasan__visi_dan_misi_polugri
https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/03/14/indonesia-cemas
https://kemlu.go.id/portal/id/read/2937/siaran_pers/pernyataan-mengenai-kapal-selam-nuklir-australia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H