Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagalan Diplomasi Publik Amerika Serikat, Studi Kasus Perang Afghanistan

24 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 24 Februari 2023   12:02 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imahttps://moderndiplomacy.eu/2018/05/05/united-states-comprehensive-approach-towards-afghanistan/ge caption

Kesalahan kedua adalah Amerika Serikat gagal memahami struktur budaya lokal Afghanistan dalam mencoba memahami akar masalah. Negara Afghanistan seperti sudah disinggung sebelumnya masyarakatnya masih sangat tradisional oleh karenanya pengambilan keputusan dalam suatu kelompok masyarakat masih sangat kuat dikendalikan oleh tokoh adat dan tokoh agama, beberapa contohnya seperti malik, arbab, dan wakil. Orang-orang yang menjadi tokoh masyarakat tersebut memiliki pandangan konservatif dan cenderung tertutup, karena itu ide akan kebebasan berpendapat atau ide hak kesetaraan perempuan kepada  para tokoh masyarakat tersebut sangatlah terdengar asing dan sulit diterima.

Masyarakat dengan kondisi seperti ini sangat sulit untuk diubah dari faktor luar karena dalam struktur budayanya merasa sudah tercipta stabilitas keamanan melalui pola adab dan norma sosial yang sudah berjalan dari jaman dulu, pola ini dipandang oleh masyarakat sebagai solusi dari dunia mereka untuk tidak terjerumus dalam kekacauan sehingga wajib untuk dilindungi. 

Masyarakat Afghanistan berpikir bahwa yang membuat mereka bisa hidup sampai saat ini karena budaya kolektif kesukuan tersebut dipandang mulia, dan karena budaya ini bersifat konservatif tertutup maka pengambilan keputusan tidak pernah melibatkan kebebasan berbicara, hasilnya adalah keputusan bersifat final dan tidak bisa dibantah serta berbentuk kaku. Sangat masuk akal kemudian jika keputusan tokoh masyarakat mempengaruhi kuat opini masyarakat menolak diplomasi publik Amerika Serikat karena mereka memiliki peran mulia di mata masyarakat semacam pelindung budaya. Kesalahan ketiga dan terakhir datang dari pemerintah pusat Afghanistan sendiri melalui presiden Ashraf Ghani yang menjadi presiden terakhir periode 2014-2021.

Kesalahan yang dibuat oleh Presiden Ghani adalah pemerintahan yang dibentuk olehnya sangat bernuansa otoriter dan tidak menggambarkan demokrasi, pemerintah Amerika Serikat melalui banyak jalur memberikan bantuan finansial dan ekonomi tetapi data menunjukkan banyak yang tidak jatuh tepat sasaran karena di korupsi oleh petinggi negara. Presiden Ghani juga terlihat banyak melakukan manuver kekuasaan yang mengkonsolidasikan kekuatan pemerintahan terpusat hanya kepadanya dan beberapa menteri loyalis terdekat, sehingga banyak proses pengambilan keputusan tidak diketahui oleh masyarakat. Hal ini menurut pandangan beberapa ahli merupakan warisan budaya kepemimpinan dari presiden Afghanistan sebelum-sebelumnya, dimana semua presiden selalu terlibat dengan ambisi kekuasaan semu yang dicirikan dari negara dengan latar tidak memili konsep landasan demokrasi modern.

Semua faktor ini akhirnya menunjukkan peran Amerika Serikat dalam diplomasi publiknya tidak bisa meraih simpati masyarakat, karena setiap elemen masyarakat mulai yang tertinggi sampai terendah di Afghanistan secara struktural tidak melihat ide kebebasan individu ini penting bagi mereka. Dengan demikian Taliban dapat dengan mudah mengambil kemenangan karena disebabkan oleh kacaunya pemerintahan Afghanistan dan hilangnya rasa legitimasi pemerintah dimata masyarakat, dari sisi Amerika Serikat sendiri semua usaha dan upaya mereka hampir 20 tahun terbuang secara percuma dengan hasil akhir yaitu kekalahan

Kesimpulan sekaligus penutup dari karya tulis ini ialah Amerika Serikat sebagai negara super power gagal melihat banyak faktor yang bisa menghalangi kebijakan diplomasinya di Afghanistan, sehingga memunculkan hasil akhir yang fatal yaitu kekalahan telak meskipun berperang dengan jangka waktu cukup lama. Penting untuk memahami kondisi dimana kita berperang tetapi jauh lebih penting memahami filosofi bagaimana kita berperang, seperti kata Sun Tzu "Kenalilah lawanmu dan kenalilah dirimu sendiri, niscaya dalam seratus pertempuran kemenanganmu tidak akan dalam bahaya" sekian dan terima kasih.

Sumber:

https://www.journalofdemocracy.org/articles/the-collapse-of-afghanistan/

https://www.britannica.com/topic/public-diplomacy

https://www.foxnews.com/media/henry-kissinger-america-failed-afghanistan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun