Mohon tunggu...
Roudlotul Janah
Roudlotul Janah Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis

Mahasiswa UIN walisongo, jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Barian sebagai Pengerat Solidaritas Masyarakat Cangkring

8 November 2021   13:46 Diperbarui: 8 November 2021   14:11 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan bangsa yang plural, yang terdiri dari banyak suku, budaya, bahasa serta adat istiadat. Semua keberagaman itu, menjadi susunan penting  adanya bangsa ini. Salah satu yang menonjol dari setiap daerah adalah tradisi atau budayanya. 

Salah satunya tradisi barian yang turun temurun dilakukan oleh warga desa Cangkring b kec. Karanganyar kab. Demak. 

Mereka melakukan tradisi ini semata-mata melestarikan budaya yabg dibawa oleh cikal bakal desa ini yakni alm. Kyai anwar yang menjadi pelopor adanya tradisi tersebut. 

Diungkapkan oleh pak Zuhdi selaku ketua Rt 03 desa cangkring, "tradisi ini sudah ada sejak dulu mbah anwar masih hidup. Dulu beliau bermimpi akan ada musibah lalu terciptalah tradisi ini sebagai penolak balak". 

Tradisi barian adalag tradisi yang dilakukan masyarakat dengan tujuan oenolak balak, agar terhindar dr musibah dan lainnya. Tradisi ini dilakukan terus menerus oleh masyarakat stiap malam jumat wage di perempatan jalan . 

Adapun yang dibawa dalam ritial tersebut adalah makanan seperti kupat lepet, serta kuluban dan nasi kuning serta lauk ikan dan telur. Itu semua merupakan simbol harapan dan simbol kesyukuran atas apa yang diberi Tuhan.

"Tradisi barian ini unik mba, karna ada 2 macam makanan yg dibawa. Yang satu kupat dan lepet yang stau kuluban, nasi dan lauk pauk berjumlah 7" ucap pak bashar selaku imam mushola al mubarok.

Simbol-simbol kesyukuran dan harapan yang dibina oleh masyarakat tak terlepas dari kebahagiaan mereka menjalankan tradisi yang dilakukan sehabis sholat maghrib ini. 

Masyarakat yang jarang berkumpul atau mengobrol dan saling sapa, dalam tradiai ini mereka bisa berhadapan dan berkomunikasi. Ini membuat masyarakat semakin tertarik dan antusias seyiap diadakannya tradisi ini. Karena selain bisa berdoa, bisa juga menyambung silaturahmi antar warga.

"Kalo tradisi ini sih baiknya ya itu mba, solidaritas masyarakat tercipta, dan hubungannya makin baik karena bisa saling bertemu" ucao pak zuhdi.

Tradisi barian bukan sebatas tradisi yang bernada religius, tapi juga sosialis yang menjunjung tinggi hubungan antar manusia dengan adanya tukar menukat makanan dan saling tolong menolong dalam menyiapkan acara barian tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun