Prepepsi dan rekognisi Fear
Rasa takut yang terjadi biasanya muncul karena adanya suatu kejadian atau benda yang membuat individu merasa tidak aman. Sehingga rasa takutlah yang dijadikan sebagai tanda untuk melindungi diri sendiri dari objek yang dianggap tidak aman. Menurut Machua & Morysovab (2016) yaitu sebagai alarm seseorang terhadap situasi yang bisa membahayakan hidupnya. Ketakutan biasanya terjadi pada sesuatu yang tidak diinginkan, tidak disukai, bahkan pada sesuatu yang dapat mengancam diri sendiri.Â
Sejalan dengan hal tersebut menurut Muris (2007) bahwa "rasa takut muncul ketika ancaman tertentu terdeteksi". Rasa takut yang dialami anak tentunya berbeda-beda, sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan oleh anak.Â
Seperti halnya khayalan atau imajinasi yang muncul dalam benak anak atau pengalaman buruk atau trauma masa lalu yang pernah dialami oleh anak, akan tetapi rasa takut juga bisa ada dengan sendirinya tanpa diketahui penyebabnya. Adapun beberapa pemicu umum yang menimbulkan ketakutan, seperti:
Benda tertentu, contoh serangga atau ular.
Situasi tertentu contoh sendirian, berada di ketinggian, kekerasan atau perang, takut akan kegagalan, takut ditolak, dan lain sebagainya.
Peristiwa yang dibayangkan atau halusinasi.
Acara yang akan datang, yakni timbul perasaan was-was, takut akan tidak sempurna ataupun berfikir akan gagal diacara tersebut.
Bahaya dari lingkungan.
Begitu penyebab ini muncul, tubuh seseorang meresponnya dengan dua cara, yaitu fisik dan emosional.
Perkembangan Fear pada anak
Perkembangan emosi pada anak usia antara 3 sampai 5 tahun yaitu:
Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri .Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan bisa membuat pemenang bisa merasa senang, sementara yang kalah akan sedih. Pada usia ini merupakan masa bermain bagi anak-anak.pada masa ini anak-anak memiliki naluri untuk berinisiatif melakukan sesuatu hal, inilah yang akan membuat anak belajar mengenai arti ditanggapi dengn baik atau diabaikan (ditolak Atau diterima).
Bila mereka mendapat sambutan dengan baik maka anak dapat beljar beberapa hal:
Mampu berimajinasi serta mengembangkan ketrampilan diri melalui aktif dalam bermain.
Dapat bekerja sama dengan teman.
Memiliki kemampuan menjadi pemimpin (dalam permainan). Namun Bila inisiatif yang mereka miliki mengalami penolakan, maka hal ini akan membuat anak merasa takut sehingga selalu bergantung pada kelompok dan tidak berani mengeluarkan pendapatnya.
DAFTAR RUJUKAN
Alessandri, S. M., Sullivan, M. W., & Lewis, M. (1990). Violation of expectancy and    frustration in early infancy. Developmental Psychology, 26(5), 738--744. https://doi.org/10.1037/0012
Izard, C.  E. (1977). Human emotions. New  York, NY: Plenum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H