Mohon tunggu...
Roudhotul Jannah
Roudhotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan lupa membaca hari ini
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Melalui tulisan kamu bisa berbicara, berkata, bahkan mampu menyentuh seseorang yang tidak diketahui keberadaanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tahapan Perkembangan Prenatal

18 April 2022   00:02 Diperbarui: 18 April 2022   20:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahapan Perkembangan Prenatal

Mungkin banyak dari kita mengira bahwa masa perkembangan anak yaitu sejak masa bayi, ternyata masa prenatal adalah periode penting dari proses perkembangan sejak dalam kandungan.

Apa sih yang dimasud dengan masa prenatal itu?... mari kita bahas bersama-sama

 Masa prenatal adalah masa awal perkembangan manusia, yaitu ketika ovum wanita dibuahi oleh seperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran manusia. Otak berkembang selama masa prenatal, dan akan selalu mengalami banyak preubahan-perubahan sejak tahun awal masa kanak-kanak. Proses perkembangan masa prenatal terdapat 3 tahapan, yaitu tahap germinal (dua minggu pertama), tahap masa embrionik (minggu ketiga hingga kedelapan), tahap masa janin (minggu ke sembilan hingga kelahiran).

Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan otak dalam kandungan yaitu :

1. Asupan Makanan

Kesehatan tubuh anak-anak hingga lanjut usia sangat berpengaruh dari makanan yang mereka konsumsi sehari-hari. Nah, selama masa kehamilan ibu harus memastikan makanan yang dikonsumsi bergizi seimbang dan porsi yang tepat, tidak hanya itu, adakalanya ibu juga membutuhkan macam-macam vitamin dan mineral untuk menyempurnakan proses pembentukan organ dan saraf janin, bagi ibu yang memiliki janin dengan berat badan yang kurang, cobalah untuk lebih rajin mengonsumsi protein dibandingkan karbohidrat. Protein merupakan nutrisi yang dapat memengaruhi kenaikan berat badan pada janin.

2. Aktivitas Fisik

Kebiasanya, Ibu malas bergerak atau melakukan olahraga, khawatir dapat mempengaruhi kesehatan janinnya, seharusnya Ibu lebih aktif dari sebelumnya agar kondisi dirinya selalu sehat, tetapi yang perlu diingat, tentunya tak semua olahraga bisa dilakukan Ibu dan tak semua ibu hamil diperbolehkan berolahraga, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter kandungan untuk memilih jenis dan porsi olahraga yang tepat.

3. Lingkungan

Kondisi lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan janin. Contoh sederhananya, polusi udara dari kendaraan bermotor, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tumbuh dengan tidak baik, sehingga lahir dengan berat yang rendah, adapun ibu yang mengidap penyakit terkait polusi udara juga bisa memicu timbulnya masalah kesehatan pada janinnya. Kata ahli, penyakit tersebut bisa memengaruhi suplai makan ke bayi. Jangan anggap remeh hal ini, berat badan lahir rendah dapat berdampak negatif bagi bayi yang berisiko mengalami serangan akut seperti hipertermia dan tak bisa bernapas normal. Tak berhenti di situ, apabila kondisi tersebut berlangsung dalam jangka panjang maka ujung-ujungnya bisa menghambat perkembangan otak bayi.

5. Kesehatan Mental

Tidak hanya memengaruhi tubuh dan pikiran ibu saja, kesehatan mental juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan janin. Menurut sebuah riset, ibu yang sering menangis karena depresi bisa meningkatkan risiko bayi terlahir dengan masalah saraf hingga kelainan psikis. 

7. Kondisi Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu secara menyeluruh juga menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal, kaerena ada beberapa penyakit yang bisa memengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Seperti penyakit jantung, diabetes melitus, hingga hipertiroid. Oleh karena itu, ibu yang mengidap kondisi tersebut sebaiknya harus rajin berdiskusi dengan dokter kandungannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun