Mohon tunggu...
Roudhotul Jannah
Roudhotul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan lupa membaca hari ini
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Melalui tulisan kamu bisa berbicara, berkata, bahkan mampu menyentuh seseorang yang tidak diketahui keberadaanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Picky Eater Pada Anak Usia Dini

25 Desember 2021   12:48 Diperbarui: 25 Desember 2021   12:51 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Picky Eater merupakan fase yang sering terjadi dimasa perkembangan anak, jika anak mengalami fase ini, sebagai orang tua harus memperhatikan makanan anak agar tidak kekurangan gizi yang dibutuhkan, jika anak kekurangan gizi, tumbuh kembangnya dapat terganggu hingga menyebabkan terjangkit berbagai jenis penyakit. Picky eater banyak terjadi pada umur 1-3 tahun dan berisiko dua kali lebih besar untuk mempunyai berat badan rendah pada umur 4,5 tahun dibandingkan anak yang bukan picky eater (Anggraini, 2014) Pertumbuhan dan perkembangan anak pada 5 tahun pertama kehidupan meruoakan waktu yang menunjukkan pertumbuhan fisik dan perubahan fisik yang cepat. Prilaku makan anak merupakan pondasi untuk pembentukan pola makan dikemudian hari (Ardra, 2019)

 Picky eater biasanya terjadi dimasa tumbuh kembang anak, seiring perkembangannya picky eater bisa diatasi jika orang tua memperhatikan dan segera menanganinya. Biasanya anak yang mengalami picky eater selalu diberi makan makanan yang tidak berfariasi, anak selalu memilih makan, anak hanya menyukai dan makanan yang selalu ia makan. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi status gizi anak, antara lain yaitu faktor karakteristik orang tua (tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, perilaku makan dan pendapatan), kemudahan jangkauan akan sumber informasi, akses terhadap sanitasi dan air bersih, praktik gizi dan kesehatan, kualitas dan pola pengasuhan psikososial, jumlah anggota dalam satu keluarga, dan perilaku makan anak (Arisandi, 2019). Oleh karena itu, orang tua harus menghidangkan makanan baru yang bergizi sejak dini, agar tidak mengalami picky eater dimasa tumbuh kembangnya, membuat suasana yang lebih menyenangkan pada waktu makan dapat juga meningkatkan nafsu makan anak. Hal yang menyebabkan terjadinya picky eater pada anak biasanya orang tua tidak mengenalkan tekstur makanan sejak awal, penekanan dalam memilih makanan biasanya dipengaruhi oleh lingkungan, makanan yang tidak bervariasi, dan memberi makanan yang tidak bergizi. Akibat dari picky eater adalah sembelit, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurangnya zat besi dan zinc.

Picky eater merupakan masalah pada anak yang perlu diperhatikan baik oleh orang tua maupun praktisi kesehatan, karena picky eater pada anak memiliki efek yang merugikan, baik bagi pengasuh ataupun anak itu sendiri. Orang tua harus memastikan asupan gizi anak agar selalu terpenuhi . Seiring pertumbuhannya, anak lebih menyukai menu makanan yang beragam. Sehingga berjalannya waktu mereka akan menyadari betapa pentingnya nutrisi dan fariasi makanan. Sambil menanti saat tersebut tiba selain bersabar, orang tua tidak harus memaksa anak untuk makan kalau mereka tidak lapar, paksaan yang dilakukan oleh orang tua terus menerus justru membuat anak mengaitkan kegiatan makan dengan kecemasan dan frustasi, anak juga cenderung lebih mengabaikan rasa kenyang dan lapar nya sendiri, membuat jadwal makan rutin yang teratur, menyajikan menu makanan baru, membuat kegiatan makan jadi menyenangkan, mengajak anak berpartisipasi menyiapkan makanan, mengkreasikan makanan supaya lebih menarik, menjauhi hal yang mengganggu waktu makan seperti mematikan TV atau alat elektronik lainnya saat sedang makan, makan bersama keluarga, tidak menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman.

Apabila anak terbiasa makan makanan yang sama (tidak bergizi), tubuhnya spontan akan menganggap pola makan tersebut sebagai rutinitas, hal ini tentu saja merugikan proses tumbuh kembangnya, jika anak makan dengan menu atau bahan yang sama setiap hari mulai dari pagi hingga malam, lambat laun hal ini akan membatasi asupan nutrisi anak. Karena, tubuh anak membutuhkan asupan gizi yang bervariasi dalam jumlah seimbang untuk hidup sehat. Jika gizi anak buruk, dapat menyebabkan komplikasi serta gangguan kesehatan jangka panjang, anak picky eater kerap kali kekurangan asuapan serat yang membuat mereka rentan mengalami sembelit kronis. Kebiasaan buruk pilih-pilih makanan dapat menyebabkan anak memiliki berat dan tinggi badan yang lebih rendah dibanding anak yang tidak picky eater.  

PEMBAHASAN

              Picky eater adalah anak yang susah makan atau hanya menyukai makanan tertentu saja. Picky eater atau pilih-pilih makanan merupakan proses normal yang sering terjadi pada balita dan biasanya tidak berlangsung lama. Picky eater adalah perilaku anak yang tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan dengan jenis dan jumlah porsi makan biasanya, prilaku normal biasanya ditandai mulai dengan membuka mulut tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga terserap di dalam pencernaan dengan baik dan tanpa pemberian vitamin atau obat penambah nafsu makan.

Picky eater merupakan fase yang sering terjadi pada masa perkembangan anak, sebagai orang tua harus memperhatikan makanan anak agar anak tidak kekurangan gizi yang dibutuhkan, ketika anak kekurangan gizi, tumbuh kembangnya dapat terganggu hingga berakibat terjangkit berbagai jenis penyakit, picky eater hampir terjadi pada 30-70% anak, picky eater tentu saja dapat membuat anak kekurangan nutrisi tertentu, saat menghadapi masalah picky eater orang tua terkadang panik sebab anak tidak mau makan. Masalah pola makan  yang sering terjadi pada anak balita seperti picky eater oleh orang tua merupakan salah satu penyumbang peningkatan status gizi kurang maupun gizi buruk pada anak indonesia (Priyanti, 2013)

              Gejala picky eater yaitu : Sensory-dependent eaters : anak tidak menyentuh makanan yang teksturnya tidak sesuai dengan yang ia sukai atau yang biasa ia makan dan bau yang terlalu tajam atau aneh. Prefential eaters : anak makin sulit makan saat orang tua menyajikan menu baru dalam makanan kesukaannya. General perfectionis : hanya mau makan jika tampilan makanan di piringnya sempurna, lebih terperinci dengan apa yang ia makan dan bagai mana ia cara makannya. Misalnya, susunan makanan tidak berantakan, tidak diaduk, atau tidak disentuh dengan tangan. Behavioral responder : rewel mengenai jenis makanan misalnya anak ingin letak nasi di piringnya ada di tengah, sayur dipisah, hanya ingin makan telur bagian kuningnya saja, bahkan lebih memilih bermain dari pada makan.  

Jadi, dapat disimpulkan bahwa picky eater adalah keadaan anak menolak untuk makan karena memilih-milih makanan yang akan dimakannya, keadaan ini mungkin membuat perasaan orang tua khawatir. Tapi sebaiknya, orang tua harus tetap sabar karena keadaan ini wajar terjadi pada anak. Penyebab utama picky eater yaitu hilangnya nafsu makan, gangguan proses makan dimulut, dan pengaruh psikologis yaitu kondisi kecemasan, ketakutan, sedih, depresi atau trauma, kondisi fisik karena adanya keterbatasan pada anak terutama organ-organ pencernaan (Priyanti, 2013)

              Penyebab picky eater pada anak yang umum terjadi yaitu anak merasa bosan atau tidak lapar, tidak menyukai tekstur makanan, anak mengalami sakit dibagian mulut seperti sariawan, gigi berlubang, atau infeksi pada gusinya, masalah psikologis yaitu kurang perhatian, hubungan orang tua yang kurang harmonis, pernah alami trauma makan, seperti pernah dipaksa makan atau rasa makanan yang tidak enak, variasi pangan, penolakan pada sayur, buah, daging, dan ikan dan kesukaan pada metode pemasakan tertentu (Noviana, 2019) terlambat memperkenalkan makanan pada anak, pola asuh pemberian makan, seperti pola asuh otoriter atau tekanan, dengan tekanan bisa meningkatkan meningkatkan resiko anak picky eater.

Orang tua di indonesia masih menganggap bahwa anak yang sehat adalah anak yang gemuk, sehingga menyebabkan salah dalam mengambil langkah, seperti memberikan susu formula di samping ASI bahkan memberikan makanan pada anak yang masih berumur di bawah 3 bulan (Priyanti, 2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun