Enam belas tahu yang lalu engkau ada disiku, memelukku dan merawatku, menggendongku, mendoakanku. Dulu kau sesekali marah karena aku berlaku jahil.
Sekarang engkau sudah tidak lagi disisiku, merawatku, tidak melihatku tumbuh besar secara langsung. Terkadang aku iri dengan mereka yang bercerita tentang ayah mereka. Terkadang aku menanangis didalam hati dan bersikap tegar diluar. Aku sempat iri dengan mereka yang direngkuh dan di peluk oleh ayahnya. Pulang bersama, bermain dan pergi bersama, menceritakan kejadian lucu dan menyedihkan bersama. Tapi aku tidak pernah merasa malu ataupun iri yang berlebihan, karena aku tahu engkau selalu disisiku setiap waktu, walaupun engkau tidak terlihat.
Dulu ketika aku kecil, sempat menangis ketika ditanya temanku tentang engkau yang sudah tiada. Aku ceritakan dengan berat hati, tapi aku berusaha tegar dan tidak memperlihatkan kesedihanku akrena aku tahu engkau juga pasti sedih. Aku tahu engkau pasti menangis ketika aku menangis dan bahagia ketika aku bahagia pula.
Ibu selalu menceritakan tentang engkau yang selalu bekerja keras dan sabar ketika mendapat masalah. Engkau juga mandiri, selalu membuat sesuatu dengan tenaga dan keringatmu sendiri. Satu-satunya hasil karyamu yang masih ada dirumah kita adalah almari. Almari tersebut masih terlihat bagus walaupun sudah bertahun tahun ada di rumah kita.
Walaupun aku tidak begitu ingat wajahmu, namun samar samar aku tahu bagaimana wajahmu. Eyang pernah memperlihatkan fotomu bersama aku dan ibu. Walaupun engkau sudah 14 tahun tiada aku tetap menyayangimu. Aku yakin kau pasti melihatku dari sana. Aku selalu berusaha membuatmu bahagia dengan hasil yang aku dapatkan sekarang. Aku juga yakin kau pasti bahagia aku bisa sekolah hingga tinggi. Aku tetap berusaha untuk tidak mengecewakanmu.
Aku sudah berpesan kepada eyang rumah kita yang dulu supaya tidak dirobohkan. Walaupun rumah itu sudah usang, sudah lapuk dimakan rayap, sudah diperbaiki sana-sini. Tapi rumah itu sungguh berarti bagiku. Ditempat itu aku dilahirkan, kita sempat bermain, bercengkrama bersama membagi kebahagiaan kita satu sama lain, dan di tempat itu juga engkau meninggalkanku untuk selamanya. Rumah itu meninggalkan banyak kenangan walaupun hanya dua tahun kita bersama.
Disetiap doaku setelah sholat, aku mendoakanmu semoga engkau bebas dari siksa kubur yang menyedihkan, mendapatkan pertolongan Allah yang maha kuasa, dan aku selalu berdoa semoga aku, engkau dan ibu bisa berkumpul bersama di surga yang indah.
Engkau tetap ayah terhebat
Yang aku miliki
Karena kau telah membuatku
Ada di dunia ini
"Terimakasih Ayah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H