Mohon tunggu...
Rotua Sarmauli Simanjuntak
Rotua Sarmauli Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - simple but nice

Simple but nice

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Belum Bergincu

31 Maret 2022   16:20 Diperbarui: 31 Maret 2022   17:42 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diceritakan Dodo keponakan saya enggan berangkat sekolah karena gurunya belum bergincu, tidak cantik. Aku selalu mengingat cerita itu. Karenanya selalu kuusahakan berangkat ke sekolah dengan gincu manis merona. Meski sudah berusaha selalu saja lebih sering berangkat dengan kondisi belum bergincu. Banyak hal penyebabnya. Terkadang memang sengaja.

Kulitku begitu sensitif, Ketika bergincu rasanya bibirku selalu bergetar, serasa bertambah tebal, menghitam seperti habis merokok bahkan terkelupas perih berdenyut. Dari merk gincu murah sampai mahal kucoba, sangat jarang yang sesuai. Mulai dari label halal sampai alami. Kemudian kutemukan satu merk yang sesuai namun stoknya selalu saja habis, atau pengirimannya memakan waktu. Alhasil bergincu terkadang kuskip dengan sengaja atau dipakai tipis-tipis. Kecuali kondangan atau acara resmi lainnya. Semoga saja siswa-siswi selalu mendengar ilmu dan motivasi yang tidak berkurang dari bibirku yang bergincu atau belum bergincu dengan porsi yang sama. Selalu kuusahakan banyak tersenyum agar  bibir yang belum bergincu tetap merona walau tanpa gincu.

 Beda lagi dengan rekan kerjaku.  Sebelum menghadap atasan, Ketika ada tamu atau sekedar ke kantin. Cepat-cepat ia keluarkan kaca. Mengamati wajah, memperbaiki riasan, melengkapinya dengan pulasan gincu merona. Kuamati berkali-kali. Pernah ia lupa membawa bedak, tetapi gincu tidak pernah lupa. Rekan lain mengatakan sering lupa membawa pena ke sekolah tetapi baginya gincu sangat wajib. Tidak boleh sampai tinggal. Ia punya gincu warna warni dalam tasnya. 

Lebih ekstrim lagi, Rekan lain bahkan sampai rela membeli gincu secara kredit. Gincu merah menjadi favorit mereka. Ada bahan candaan, jika bergincu warna merah membuat guru kelihatan lebih berwibawa. Pernah ada rekan yang mungkin bermasalah dari rumah, sesampai di kantor guru ia menangis tersedu-sedu. Ketika hendak masuk kelas ia goreskan gincu merah di bibir. Bak sulap sedih di wajahnya memudar walau belum tentu pudar di dalam hatinya. 

Seperti kata Coco Chanel "If you're sad, add more lipstick and attack".  Guru memang begitu. Terkadang seperti artis yang menutupi kesedihan dihadapan penonton. Gincu merah salah satu senjata ampuh untuk menutupi semua masalah di hadapan para siswa. Gincu pelakor demikian nama gincu yang sering mereka pakai dan sebutkan berkali-kali. Kecantikan mereka semakin paripurna dengan pulasan gincu pelakor ditambah senyum dan tawa yang lebar. Bahagia sekali kelihatannya. Seperti tidak mengalami masalah.

Gincu dianggap sebagai riasan wajib untuk melengkapi kecantikan wanita. Bahkan menurutku gincu dapat membuat kentang menjadi cantik jelita. Gincu membuat penampilan semakin wow. Warna warninya membuat penampilan memukau, menarik perhatian khalayak. 

Aku merepresentasikan bergincu sebagai seseorang yang katanya sudah meraih keberhasilan yang dapat dipertunjukkan kepada khalayak ramai. Keberhasilan yang sesuai standar umum.  Misal: kekayaan, kecantikan, kesuksesan. Warna warni gincu yang memukau mewakili jenis-jenis keberhasilan yang diraih seseorang yang berhubungan dengan cita dan cita. Belum bergincu merepresentasikan bahwa seseorang belum memenuhi standar keberhasilan yang sesuai dengan standar khalayak ramai. 

Merupakan hakikat makluk bernama manusia untuk mendapat pengakuan atas keberhasilan yang diraihnya. Bahkan demi pengakuan, ada yang sampai rela mengajukan kredit demi pamer keberhasilan. Lihat saja media sosial. Seperti bergincu yang menutupi kesedihan, kemungkinan besar ada insan yang menutupi masalah dengan pamer.

Banyak jenis gincu kita temukan saat ini;  mulai dari lip cream, lip tint, lip ice, dan masih banyak lagi. Demikian juga jenis dan standar keberhasilan. Semakin kompleks dan semakin berkembang dan semakin  banyak keberhasilan yang dapat dipertunjukkan. Beda tempat beda standar keberhasilan. Misalnya di suatu daerah disebutkan berhasil jika memiliki tanah luas dan memakai emas yang banyak.  Di tempat lain jika memiliki gelar akademik yang mentereng. Di bidang lain keberhasilan diukur dengan memiliki kulit mulus sebening kristal. Ada juga keberhasilan meraih sesuatu, menang lomba misalnya. Dan ukuran keberhasilan setiap orang pastinya berbeda-beda.

Wanita yang bepergian belum bergincu sering disebut terlalu polos dan "kurang" cantik. Namun ada juga yang beranggapan bergincu tebal norak, dan bergincu soft kurang memukau. Kita tidak bisa melarang orang lain berkomentar memberi penilaian. Tidak juga dapat bersikap masa bodoh dengan oranglain, karena kita hidup bermasyarakat. Masyarakat akan berkomentar mengenai keberhasilan yang kita raih. Akan ada banyak tuntutan ukuran keberhasilan yang dilontarkan oranglain atas kita. 

Pertanyaan mengenai keberhasilan tidak akan pernah habis-habisnya. Usia sekolah/kuliah akan ditanya: "sekolah/kampus favorit mana?, peringkat berapa?,". Yang lulus kuliah ditanya: "sudah bekerja belum? Kenapa belum bekerja?". Yang masih single: "kenapa belum menikah, milih-milih ya?, kapan menikah?. Yang sudah berumah tangga: "sudah isi belum?, kenapa belum isi?". Yang sudah paruh baya: anak sudah bekerja dimana?, sudah punya cucu belum? Kenapa?". Pertanyaan lain akan beruntun seiring  usia dengan porsi masing-masing.

Pada umumnya orang-orang jauh fokus melihat warna gincu, bergincu atau belum. Kurang perduli dengan alasan dibalik sudah bergincu atau tidak. Tidak perduli dengan seberapa kuat kita telah berusaha memulaskan gincu yang cocok agar menjadi cantik (menjadi berkat/berhasil).  Namun apapun penilaian orang jangan sampai membuat kita mengalami frustasi social: marah, minder, bersembunyi apalagi nyinyir dan melabarak. Anggap saja itu suatu motivasi untuk melangkah kedepannya.

Terserah mau bergincu atau belum. Terserah mau show up keberhasilan atau belum mau show up. Terserah memakai jenis gincu apa, warna sesuaikan dengan warna kulit. Jangan sampai norak dan merusak kulit. silahkan pakai gincu yang sesuai supaya cantik (menjadi berkat).  Jika sudah pandai memadukan warna-warni gincu dan menarik perhatian khalayak ramai, jangan lupa berbagi tips dengan murah hati. Jika sudah berhasil jangan lupa berbagi tips keberhasilan supaya semakin banyak yang berhasil dan terberkati.

Sesekali cobalah keluar dengan belum bergincu barang 2 atau 3 hari untuk menguji apakah anda tahan kritik. Jawab setiap pertanyaan yang dilontarkan dengan logika baik hati. Hadapi setiap kata "tidak cantik" dengan berlapang dada. Bahkan lawan wajah pucat dirimu sendiri dengan senyum tulus yang menghangatkan.

Selamat menyambut bulan April, selamat beraktivitas. Jangan lupa yang belum bergincu tidak ada salahnya bergincu dulu. Ingat pakai gincu yang bebas merkuri dan zat kimia berbahaya lainnya. Salam Bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun