Apa yang ada di benak kita mengenai tawuran? Tentunya hal yang negatif bukan? Benar sekali. Tawuran adalah kegiatan yang bisa mengarahkan kepada hal-hal negatif. Karena, tawuran sebenarnya adalah salah satu perbuatan yang menyimpang dari keadaan nilai dan norma yang ada.
Apa sih sebenarnya tawuran itu? Banyak sekali para ahli sosiologi mendefinisikan tawuran ini. Menurut ahli sosiologi Indonesia, Sofyan S. Willis, tawura adalah perbuatan yang dilakukan dengan mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunjukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Tawuran ini banyak caranya, seperti ; pukul-memukul, tendang-menendang, maupun melempar bebatuan.
Akhir-akhir ini kita banyak temui kasus tawuran antar pelajar di berbagai daerah, khususnya di ibukota Jakarta. Di Jakarta sendiri menurut sumber dinas pendidikan disana, kasus tawuran sangat marak dan hampir terjadi setiap harinya. Jika hal ini terus menerus berlanjut, akan sangat mengganggu ketentraman dan kenyamanan siklus pendidikan di Indonesia ini.
Memang apa saja factor yang dapat menyebabkan tawuran, khususnya pada pelajar? Factor pertama adalah lemahnya keimanan dan benteng kepribadian yang mereka miliki sendiri. Hal ini sangat wajar terjadi karena dimanapun agama adalah landasan utama dalam membangun karakter dan sifat yang akan terus mereka bawa. Kedua adalah kurangnya adaptasi terhadap suatu keadaan. Hal ini sangat mungkin terjadi. Sebagai seorang murid yang masih labil dalam berpikir, kami biasanya masih ikut-ikutan ajakan teman dan masih ingin berdiri sendiri, karena emosi kita masih dikendalikan oleh perasaan yang tidak menetu.
Apakah faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi? Jawabanya adalah betul. Karena, lingkungan sebagai pembentuk kepribadian utama seorang anak setelah keluarga. Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan yang buruk ditambah control sosial dan diri yang lemah membuat pertumbuhan kelompok anak yang menentang aturan / nakal dalam bertindak. Hal inilah tawuran bisa mulai muncul.
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari adanya tawuran ini. Contohnya adalah dapat memecah belah persatuan, merusak fasilitas yang ada, maupun menimbulkan kasus sosial lainya. Â Selain itu juga timbulnya luka fisik, tindak pidana, dan dikucilkan bagi pelajar. Untuk sekolah, tawuran ini sangat merugikan karena dapat mencemarkan nama baik sekolah tersebut, kerugian material, dan lingkungan lainya. Namun tawuran ini juga berdampak kearah yang posotof, seperti menimbulkan rasa keberanian dalam bertindak, kekompakan / solidaritas terhadap sesame bisa bmeningkat, dan juga mendapat rasa hormat terhadap pelajar pada suatu kelompok pelajar yang berkelahi.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meredam aksi dan mengendalikan sebuah tawuran ini? Jawabanya adalah pengedalian secara formal dan juga non formal. Secara formal, bisa dilakukan melalui berbagai lembaga masyarakat yang ada, seperti kepolisian, pengadilan, dan juga lembaga pendidikan seperti sekolah. Aksi-aksi tawuran ini apalagi bagi seorang pelajar adalah hal yang sulit dikendalikan. Karena kita tahu bahwa mereka masih berstatus remaja yang tidak bisa di tindak pidanakan sebelum 17 tahun, dan polisi tidak boleh semena-mena dalam bertindak. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah ataupun meredam aksi saat berlangsung. Kita juga bisa menyebar luaskan berbagai pengarahan ataupun bimbingan kepada siswa di sekolah mengenai pendidikan remaja, dampak kenakalan remaja, maupun tekanan guru BK dalam memberi pengarah psikologi anak pada saat itu.
Jika kita kaji berdasarkan sifatnya, sebenarnya pencegahan / pengendalian kasus ini bisa dibagi menjadi dua cara, yakni melalui preventif (pencegahan) dan represif (tindakan). Kedua hal ini harus dijalankan secara bersama agar terciptanya suatu keharmonisan dalam pelajar maupun lingkungan masyarakat sekitar. Pertama, dengan cara preventif, bisa dilakukan lewat media keluarga sebagai sosialisasi primer dan juga sekolah sebagai lingkungan kedua anak. Disana anak harus dididik secara benar dan ditanamkan nilai – nilai yang kuat dalam bergaul dalam masyarakat.
Cara yang kedua adalah dengan tindakan represif. Apa sih sebenarnya represif itu? Yakni suatu tindakan yang dilakukandengan cara kekerasan seperti tindakan semprotan gas air mata oleh polisi, penembakan peluru di udara sebagai peringatan, maupun tindakan kekerasan lainya. Tindakan ini bertujuan agar keadaan pulih seperti sedia kala. Inilah fungsi dari adanya suatu pengendalian sosial di dalam masyarakat maupun lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H