Mohon tunggu...
Fiksiana

Unsur Intrinsik Cerpen “Ordil Jadi Gancan”

1 November 2015   20:27 Diperbarui: 1 April 2017   09:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Tema :

  • Puncak dendam seorang anak (Ordil) kepada ayah kandungnya (Dalem Sogata).
  • Dibuktikan pada Ordil (anak tersebut) yang membakar bade tumpang sembilan termegah saat itu untuk kematian sang ayah akibat kekesalanya yang terpendam sejak beberapa tahun yang lalu.

B. Latar :

  1. Tempat
  • Di bawah pohon sawo di sudut alun-alun kota. Ini dibuktikan pada kalimat pertama di awal paragraf yang diungkap “Dari bawah pohon sawo di sudut alun-alun, Ordil menatap bade tumpang sembilan itu dengan pandang berseri-seri, tapi juga dengan perasaan memuncak dengki.”
  • Di pinggir alun-alun. Ini dibuktikan pada kalimat ”Mampir, Dil! Ada kecambah dan sayur kelongkang kesukaanmu,” sapa Men Kelambi, pedagang tahu goreng dengan bumbu pedas di pinggir alun-alun.
  • Di bawah bade. Ini dibuktikan pada kalimat “Ordil berdiri di bawah bade yang menuding langit.” Pada saat itu Ia akan membakar bade terbesar untuk pemakaman ayahnya tersebut.
  • Di rumah Ordil. Ini dibuktikan pada kalimat “Ordil bergegas pulang dan memasuki halaman berpagar dengan enteng. Ia melihat Ibu bersimpuh mengenakan kain batik.”
  • Di hutan belantara. Ini dibuktikan pada pernyataan “Ordil menerobos tanaman singkong, berlari kencang menembus batas petang dan malam.” Pada saat ini, Ordil berusaha sekuat tenaga agar tidak tertangkap oleh para gerombolan orang yang berusaha menangkapnya.
  • Di dapur rumah Ordil. Ini dibuktikan pada pernyataan “Para pemburu itu berdiri di ujung dapur, berkacak pinggang, menghunus kelewang. Anjing pelacak mengendus-endus seluruh ruangan.”
  • Di atas tebing. Ini dibuktikan pada kalimat “Di atas tebing, dekat rumpun bambu, ia berhenti.” Disana merupakan tempat persembunyian Ordil karena tidak dikejar lagi oleh para orang-orang tersebut.
  1. Waktu
  • Sore hari. Dibuktikan pada kalimat “Cahaya sore membuat warna-warna prada yang membungkus tiang-tiang bade kian gemerlap.”
  • Malam hari. Ini dibuktikan pada pernyataan “Lampu di sudut-sudut alun-alun sudah menyala.” Lalu juga pada kalimat “Lama ia tengadah dan tercenung, berharap di antara bintang-bintang bertemu sesuatu yang menyapanya.”
  1. Sosial
  • Upacara Ngaben biasanya dilakukan untuk membakar jenazah sebagai kepercayaan masyarakat Bali. Biasanya dilakukan dengan membuat bade, yakni tumpukan bambu yang mengerucut dengan dihias seindah mungkin.

 C. Penokohan

  1. Ordil
  • Watak : pendendam, cerdik, pembangkang, semaunya sendiri, sayang kepada ibunya, dan cekatan.
  • Penggambaran watak melalui perilaku tokoh.
  • Buktinya pada saat Ordil membakar bade tersebut, membangkang ketika dinasehati oleh Ibunya untuk bersifat tidak dendam, durhaka kepada ayahnya demi Ibunya bahagia, dan sigap dalam bersembunyi ketika melarikan diri dengan menggunakan daun pisang di tengah semak-semak hutan.
  1. Ibu Ordil
  • Watak : baik, sabar, dan ikhlash.
  • Penggambaran watak langsung oleh pengarang dan dialog antar tokoh.
  • Bukti pada percakapan “Dalem Sogata itu ayahmu, Nak!” jelas ibu penuh iba. Selain itu pada dialog “Dendammu Nak, bukan dendam Ibu”. Ini menunjukkan sifat Ibu yang penyabar terhadap suatu keadaan walaupun menyakitkan hatinya. Dan juga pada kalimat “Betapa tabah dan teguh hati perempuan itu, yang memilih memendam duka sendiri tinimbang mengobral cerita ke banyak orang.”
  1. Dalem Sogata
  • Watak : pilih kasih, kurang peduli sesama, dan suka berbohong.
  • Penggambaran watak diceitakan oleh tokoh lain, yakni oleh Ordil dan Ibunya.
  • Bukti pada kalimat “Tapi, sekian kali Dalem berjanji menikahi, sekian kali pula ia mengingkari”. Selain itu pada konteks kalimat “Dia menolak menikahi Ibu karena Ibu perempuan biasa.”
  1. Men Kelambi
  • Watak : ramah, baik, lembut, dan sigap.
  • Penggambaran watak melalui dialog tokoh dan diceritakan oleh pengarang.
  • Bukti pada percakapan “Mampir Dil ! sapa Men Kelambi.” Selain itu pada kalimat “Perempuan separoh baya itu seolah tahu, cairan bening dalam botol itu bukan air.” Selain itu juga pada kalimat “Men Kelambi yang pertama melihat api merambat berteriak embari melompat dan berputar-putar di depan warung.” Ini membuktikan watak dia yang ramah, baik, lembut, dan sigap terhadap suatu keadaan.

D. Alur

  • Campuran, karena di dalam cerita ini diceritakan bahwa di awal dan akhir cerita menggunakan alur maju, dan di tengah cerita menggunakan alur mundur. Maka disimpulkan bahwa cerita ini menggunakan prinsip alur campuran.
  • Ini dapat dibuktikan dengan kalimat yang disusun saat di awal cerita yang mana kronologi Ordil sedang membakar bade tersebut. Lalu di tengah cerita sang Ibu menjelaskan tentang kejadian dulu pernikahan dia dengan Dalem Sogata dengan semua sifat yang dia miliki. Lalu menggunakan alur maju lagi dengan menceritakan Ordil yang dikepung dan dikejar gerombolan orang untuk menangkap dia.

E. Sudut Pandang

  • Orang ketiga serba tahu, ini dibuktikan pada beberapa kalimat yang menyatakan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang ini. Contoh pada kalimat “Ordil bergegas pulang dengan kepuasan tiada tara. Ia memasuki halaman berpagar pohon beluntas dengan enteng. Tak pernah ia merasa seringan ini ketika menguak pintu masuk rumah. Ia melihat Ibu bersimpuh mengenakan kain batik, mencakupkan tangan di ruang depan, di hadapan foto Dalem Sogata. Ia berdoa untuk ketenangan arwah laki-laki yang memberinya seorang anak, walau tak pernah menepati janji untuk menikahi.”

F. Amanat

  • Dendam tidak perlu di pendam terlalu dalam. Sebaiknya jika ada suatu masalah, segera selesaikan dan tidak perlu diungkit hingga kurun waktu yang lama, apalagi dendam kepada orang yang memiliki hubungan darah dengan kita. Dan juga, tabah dan sabar adalah suatu kunci yang bisa digunakan untuk mengurangi beban masalah yang ada. Ikhlaskanlah semua yang terjadi dan mulailah apa yang ada dengan hal yang baru dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun