"Hai, suatu saat jika kamu membaca tulisan ini aku pasti sudah tidak bersamamu lagi. Kamu orang yang baik, kamu yang mengajari aku banyak hal kecil, sederhana tapi bermakna yang mungkin belum pernah aku ketahui sebelumnya. Kamu tau nggak sih, kamu yang ngajari aku untuk membalas chat orang dengan cepat, menghargai orang yang ngajak kita bicara dengan menatap matanya, nggak memotong omongannya, belajar sabar, belajar tepat waktu, belajar untuk selalu berdo'a sebelum tidur, meminta maaf sebelum tidur, dan berterimakasih kepada Tuhan karena masih dibangunkan di pagi hari untuk menjalani hidup kembali.Â
Kamu tau nggak, kalo setiap kita jalan bareng sama temen-temen, aku selalu membaca sholawat dalam hati, dan berdo'a, semoga suatu saat kita bakal jalan kek gini, tapi dengan anak-anak kita. Kamu nyetir mobil, aku dari bangku depan, nyimak hafalan qur'an mereka. Setiap aku bangun tidur, aku selalu berdo'a, semoga suatu saat aku lah yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk membangunkan kamu di sepertiga malam buat sholat tahajud. Setiap aku makan, aku juga berdo'a semoga suatu saat masakanku-lah yang selalu kamu nikmati tiap sarapan pagi. Aku lah perempuan yang selalu mencium tangan kamu setiap kamu mau berangkat kerja. pokoknya, akulah orang yang pertama kali kamu tatap saat kamu bangun tidur dan terakhir kali kamu tatap saat kamu mau tidur.Â
Jika suatu saat di hari perhitungan, Tuhan kembali membuka catatan hidupku, lihatlah dengan baik-baik, bagaimana aku menangis dan sangat kesakitan karena mencintaimu dalam diam. Aku harap kamu tau, bagaimana aku tidak nafsu makan, dan ingin sekali melihatmu, tapi kamu tidak kunjung datang, tidak kunjung menghubungi. kamu akan tau bagaimana sajadahku basah karena air mata yang tiada berhenti mengalir.Â
Kamu akan tau, bagaimana rindu bisa berubah menjadi penyakit ganas yang tiba-tiba menggerogoti tubuhku. Aku benar-benar tidak pernah mengatakan aku menyukaimu kepada siapapun, selain Allah. Selama Allah belum menggerakkan hatimu untuk datang ke rumahku, aku telah berjanji untuk tidak memberitahukan perasaan ini kepada seorangpun di dunia. Aku harap, hanya aku dan Allah-lah yang tau.Â
kita sering bertemu, dan jantungku berdebar tidak seperti biasa. bahkan untuk menatapmu saja aku tidak berani. Berbicara lebih hati-hati, dan aku seolah menjadi lebih sopan, di depanmu. Terimakasih telah menjadi guruku, dan seseorang yang pernah aku kenal. Aku sangat bersyukur karena di sisa hidupku, Allah menghadirkanmu untuk melengkapi dan membuat senyumku selalu ada, meski sakit di tubuhku belum juga hilang."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H