Yang kedua, aku nggak biasa meletakkan barangku sembarangan, kecuali emang lagi "kepepet/tergesa-gesa banget". Karena kalo ini terjadi, pasti bakalan susah nemuin barang itu lagi, pas mau dipake.Â
Aku berusaha untuk menaruhnya di tempat yang memang aku pastikan bakal mengingatnya, alias "tempat yang emang biasanya buat naruh itu", jadi kalo mau di pake lagi, nyarinya enak.
Ketiga, pelupa mengajarkanku satu hal penting lagi. Yaps, kalo sedih jangan lama-lama. Ketika kamu, atau aku punya masalah, biasanya emang bakal kepikiran siang malam, sampek-sampek susah tidur, atau malah kebawa mimpi.Â
Berbeda dengan itu, alhamdulillah, seringkali pelupa memberiku jeda waktu untuk istirahat dari hal-hal yang bikin overthingking. *Eh aslinya, bukan problem kita yang bikin overthingking ya,, tapi overthingkinglah yang sering bikin masalah kecil jadi terasa lebih besar dari ukuran asli. Wkwkw, ya,. Gitu lah.
Mungkin benar, jika kamu bakal menyangkal omonganku, "Emang bikin lupa sementara, tapi masalah itu akan tetep ada. Alias belum terselesaikan." Yups. Itu emang bener. Tapi, kalian juga kudu ngerti, kalo mengistirahatkan pikiran sejenak saat problema hidup lagi "meletus-meletus-nya" adalah kenikmatan yang luar biasa. Jujur, ini bukan teori dari ahli manapun. Ini murni pengalaman pribadi yang mungkin bisa kamu terapkan, karena aku pernah nyobain, dan berhasil. Saat si "pelupa" kita, beraksi, maka kita menjalani hari, layaknya hari tanpa masalah. Ringan dan bahagia. Tentu. Mungkin hanya beberapa saat. Tapi setidaknya, otak kita yang panas, nggak sepenuhnya bekerja banting tulang 24 jam non stop.
Ini adalah curhatan nggak penting yang mau aku kasih tau ke kalian. Kalo kalian suka, silahkan di-like, share, komen. Semoga suatu saat aku bisa bikin kisah "PELUPA" ini versi buku. Aminin dong.. Amin deh, Amin lah.. Amin Pasti.!
Thnx.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H