"Ada terakhir sifatnya anak setan, orang yang bakhil atau pelit. Kalau kamu tidak bisa memberi orang itu berarti kamu tidak bisa melaksanakan nadzarmu." Jelas Syeikh.
Tidak disangka-sangka saat ia tengah makan di warung ia menemukan apa yang disebutkan syeikhnya tadi, kemudian ia langsung berinisiatif memberikan harta satu koper penuh kepada si-bakhil tersebut.
"Ini pak saya beri uang untuk anda, kasihan sampean makan hanya dengan kuah dan air putih saja." Kata orang kaya.
Tidak langsung menerima pemberian orang kaya itu, si-bakhil juga menanyakan mengapa ia memberikan uangnya. Beberapa kali ia menolak menjelaskan alasannya kenapa mau memberikan uang kepada si-bakhil, berkali-kali juga ia dipaksa akhirnya ia menjelaskan bahwa ia mempunyai nadzar kepada anak setan atas kesembuhan penyakitnya dan salah satu sifatnya anak seta ada didiri orang tersebut.
Meskipun telah mendengar alasan saudagar kaya, orang bakhil tersebut tetap mau menerima uang nadzarnya. "Ya sudah kalau kata syeikhmu saya anaknya setan, kalau kamu nadzar lagi kepada anaknya setan, Â tak usah kamu kasih ke yang lain ke saya saja, saya siap menerima." Kata si-bakhil dengan percaya diri.
Selesai sudah kisah saudagar kaya raya memburu anak setan untuk diberikan uang sedekah nadzarnya. Dari kisah diatas kita dapat mengambil banyak hikmah untuk kemudian kita bisa mengevaluasi diri kita untuk tidak mengikuti sifat-sifat tercela anak setan.
Kisah ini di ulas dari kajian kitab Dzakirotul Musyarofah karya al-Habib Umar bin Hafidz oleh Habib Abdul Qodir Baabud.