Perjalanan yang kemarin telah menceritakan tentang sebuah madrasah di Singapura yang bernama Irsyad Zuhri Al-Islamiah. Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju sebuah masjid yang bernama Alkaff Kampung Melayu.Â
Berdasarkan sumber dari wikipedia, Masjid ini berada di persimpangan kaki Bukit Avenue 1 dan Bedok Reservoir Road di Bedok, Singapura. Lembaga ini terutama melayani jamaah dari daerah Waduk Bedok. Sejarah lembaga ini dapat ditelusuri sejak  ketika awalnya dikenal sebagai masjid Alkaff.Â
Terletak di tempat yang dulunya merupakan perpanjangan dari perpanjangan Jalan Melayu penyelesaian Kaki Bukit. Masjid bergaya kampung asli dibangun dengan dana abadi dari keluarga Alkaff. Karena pembangunan kembali daerah itu pada tahun 1980-an, daerah sekitarnya menjadi dan menjadi jalan bagi perumahan umum.Pada Nopember 1989, masjid ini diganti nama menjadi Masjid Alkaff Kampung Melayu. Konstruksi memakan waktu dua tahun dan selesai pada 30 Desember 1994.Â
Hari berikutnya, membuka pintunya untuk shalat jum'at untuk pertama kalinya di lokasi saat ini. Gedung baru ini diresmikan pada 29 Juli 1995 oleh Zulkifli Mohammed, yang saat itu menjabat Sekretaris Politik untuk Menteri tanpa portofolio, dan anggota parlemen untuk jalan besar GRC.
![Foto:beautifulmosque.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/28/20200719-092913-5f1f9247d541df4a744d44e2.jpg?t=o&v=770)
Dari pihak masjid, dia juga sebagai salah satu pembicara disana. Masjid disana selain berfungsi untuk tempat pendidikan, semacam TPQ kalau di Indonesia, juga berfungsi sebagai tempat untuk berdiskusi dan beberapa kegiatan sosial keagamaan lainnya.itu yang saya tangkap dari paparan saat itu.
Di masjid ini juga menawarkan  kelas-kelas agama yang diperuntukkan untuk para tuna rungu dan orang-orang yang berkebutuhan khusus.Untuk  kelas keagamaan di masjid ini dilaksanakan pada hari minggu. Alasannya adalah di hari-hari lain mereka bersekolah formal.
Adzan dhuhur berkumandang, kamipun dipersilahkan untuk menunaikan shalat dzhuhur. untuk pria shalat berjama'ahnya  berada  di lantai bawah, sedangkan yang wanita bertempat di lantai dua. Penataan tempat mukena sangat rapi. Kalau di Indonesia antara mukena bawahan dan atasan diletakkan dalam satu hanger, tapi kalau disana  antara tempat bawahan dan atasan mukena ditempatkan dalam lemari yang berbeda.
Kamipun melihat-lihat masjid lebih detail.Selain ada meja-meja yang berfungsi sebagai tempat belajar keagamaan, ternyata didalam masjid ini juga terdapat perpustakaan.Â
Saat makan siang, dari pihak masjid membagikan nasi kotak kepada kami. kami makan secara beraama. Setelah makan siang , kamipun berbincang kemudian Setelah itu kamipun berpamitan.
Kami melanjutkan perjalanan menuju  ISEAS-Yusof Ishak Institue yang merupakan Dewan Hukum Singapura dan Lembaga Penelitian, yang kalau di Indonesia disebut dengan LIPI.
![Foto: sumber wikipedia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/28/20200728-115555-5f1fdda5097f3622df3f8ba4.jpg?t=o&v=770)
Ketika kami sampai disana, hampir sepanjang jalan menuju sebuah ruangan, kami disapa dan disambut oleh orang-orang yang masih sangat muda,dengan senyum ramah mereka dan mengarahkan kami ke sebuah ruangan tempat pertemuan. Â
Pada saat kami bertandang kesana, di Singapura sedang hangat-hangatnya berita tentang pesta besar rakyatnya, yaitu persiapan untuk pemilihan presiden. Yang salah satu nama yang santer terdengar saat itu adalah Halimah yang akhirnya terpilih di negara singa putih ini sebagai presiden wanita pertama di Singapura dan resmi dilantik pada tahun 2017.Â
Kegiatan ini di awali dengan perkenalan, baik dari pihak kampus yang diwakili oleh dosen pembimbing kami,  dan dari pihak ISEAS  yang menjelaskan bahwa lembaga ini bekerja sama  dengan tenaga dari Indonesia, yang salah satunya merupakan  tenaga ahli yang sudah senior dan sudah lama menjadi tenaga disana. Setelah itu  diadakan kesempatan tanya jawab.
Acarapun usai, dan buspun melaju menuju sebuah area pertokoan, yang konon katanya bernama kampung coklat.Acara incip mengincippun dimulai. Sudah barang tentu, karena dari pihak toko yang mempersilahkan kami untuk mencicipi coklat-coklat yang berjajar disana. Kami membeli beberapa coklat untuk oleh-oleh.
Bus kami kembali melaju.kali ini yang dituju adalah Merlion Park. Mungkin para wisatawan merasa kurang afdhal kalau ke singapura tidak mengunjungi tempat ini. Demikian juga saya dan rombongan yang  diberi kesempatan untuk untuk menikmatinya meskipun sampai sana sudah malam hari. Kami melihat perahu-perahu membawa penunpangnya. Cahaya lampu warna warni menghiasi malam itu. Walaupun sudah gelap dan tidak bisa melihat dengan sejelas-jelasnya, tapi area ini masih ramai oleh hilir mudik pengunjung.Â
Kami juga melihat bangunan-bangunan megah yang s kemarin kami hanya bisa melihatnya dari bus pada siang hari. Kemudian kami menikmati udara malam sambil berjalanmenuju jalan raya  yang sesekali mlihat barisan orang berseragam seperti tentara. entah mereka latihan militer atau apa.tapi menurut informasi yang saya dengar, ada yang mengatakan bahwa itu merupakan pergantian giliran tugas untuk  patroli malam.
Kami jalan kesana kemari melihat suasana sekitar sambil menunggu teman-teman yang lain mengumpul dekat bus untuk melanjutkan perjalanan kami.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/28/img-20170710-200821-1-1-5f1fd9a7fb29d926c51e4562.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI