Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Nilai “Saling” feat Pendidikan

6 April 2016   08:25 Diperbarui: 6 April 2016   09:55 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Lombok merupakan pulau di kepulauan sunda kecil atau Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan keberadaan etnis sasak yang merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok. Budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat suku sasak memiliki nilai tersendiri yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pendidikan di Indonesia gencar mengkampanyekan pendidikan karakter, dimana kearifan local dijadikan sebagai basis dalam pendidikan karakter. Mengapa? Karena pada dasarnya kearifan local merupakan sebuah produk budaya yang telah mentradisi dalam suatu daerah yang didalamnya mengandung nilai-nilai yang sangat universal. sebagai desain dalam pembentukan karakter seseorang secara tidak langsung. Berfungsinya kearifan local yang ada disetiap daerah akan mampu menyangkal nilai-nilai asing (baru) yang dianggap bertentangan dengan kepribadian bangsa.

Salah satu aplikasi kearifan local sebagai pendidikan karakter masyarakat suku sasak Lombok mempunyai cara unik dalam memunculkan nilai-nilai kearifan local tersebut. Misalnya dari segi social budaya masyarakat sasak, dikenal dengan adanya tradisi :

Saling Pesilaq, yaitu saling undang dalam suatu hajatan keluarga, misalnya dalam upacara perkawinan, potong gigi, ngaben dan lain-lain.

Saling pelangar, yaitu saling layat jika ada kerabat/sahabat yang meninggal. Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yangdi tinggalkan mati oleh keluarganya. Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban yang t erkena musibah.

Saling jangoq, yaitu saling menjenguk jika ada kerabat atau tetangga sedang mendapat atau mengalami musibah seperti sakit, kecelakaan dan lain-lain.

Saling begawe, yaitu mendatangi kerabat atau tetangga yang mengadakan acara, misalnya acara perkawinan dengan ikut serta dalam nyongkolan, dan begibung

Dalam kesederhanaan cara pandang tersebut, terkandung kearifan local yang memiliki nilai social yang tinggi dengan tujuan yang sama, yaitu terciptanya kebaikan, kerukunan, dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Nilai “saling” ini dijadikan sebagai pengingat satu sama lain dalam menjamin kedekatan pergaulan, persahabatan, persadauraan dan kekeluargaam.

Untuk itu, tradisi ini perlu dijaga dan dikembangkan demi terciptanya pendidikan kearifan local yang memiliki nilai social didalamnya. Dengan tradisi-tradisi seperti ini, yang bersifat nyata dan jelas di kehidupan sehari-hari, maka aseseorang terbiasa mempraktikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun