Mohon tunggu...
Humaniora

Pendikar Tanpa Action

28 Maret 2016   06:28 Diperbarui: 28 Maret 2016   07:07 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kompas.com"][/caption]Sejak 2010, pemerintah mulai mewajibkan  setiap jenjang pendidikan diisi dengan kurikulum bermuatan pendidikan karakter. Upaya dalam pembangunan karakter melalui jalur pendidikan dianggap sebagai langkah yang tepat dalam membentuk manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.  Ada 18 nilai karakter seperti religious, disiplin,jujur,kerja keras, kreatif, kemandirian, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social dan tanggung jawab.

Jika diibaratkan, pendidikan karakter tanpa action bagai sayur tanpa garam. Percuma dimasak dan tidak akan enak dimakan. Artinya, apabila pendidikan karakter hanya dijadikan sebagai wacana saja tanpa melakukan aksi itu percuma ditanamkan, karena tidak akan mampu membentuk pribadi yang diharapkan. Pendidikan karakter bukan hanya sebatas pengetahuan, kesadaran dan kemauan. Tetapi harus ada action untuk melaksanakan atau mempraktekan nilai karakter tersebut. Untuk itu pendidikan karakter akan berhasil apabila diimbangi dengan memfungsikan suara hati yang kuat. Karena, suara hati pasti dimiliki setiap individu sebagai control dalam melakukan atau tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan. Kitalah yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri.

Sekarang marilah kita lihat bahwa pendidikan karakter belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak ditemukan kasus-kasus yang berhubungan dengan kenakalan remaja yang menjadi indikator gagalnya penanaman pendidikan karakter. Untuk itu perlu adanya evaluasi dan implementasi dari pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Misalnya saja disekolah, guru tidak hanya berkompeten dalam menyampaikan materi, tetapi dalam perilaku kesehariannya disekolah pun perlu menjadi teladan bagi peserta didiknya. Artinya, guru secara optimal sebagai model yang berkarakter untuk peserta didik.

Salah satunya, dalam menerapkan nilai karakter disiplin. Beberapa masalah yang sering terjadi di sekolah atau kampus adalah terlambat masuk sekolah/kelas, membolos pada mata pelajaran/mata kuliah tertentu, tidak mengerjakaan tugas-tugas yang diberikan guru/dosen,mengabaikan tata tertib khususnya tentang berpakaian dan berpenampilan. Contoh, aturan yang mengharuskan mahasiswa/mahasiswi tidak mengenakan celana jeans, kaos oblong, sandal, dan mewajibkan mengenakan hijab bagi mahasiswi yang muslim. Kenyataannya ada saja yang melanggar aturan tersebut, padahal suara hatinya pribadi mengIYAkan hal itu dilarang.

Mungkin yang menjadi masalahnya adalah cara memahami nilai karakter disiplin itu sendiri. Bahwa disiplin hanya pengetahuan teori dan sekumpulan norma/aturan yang tersimpan di ingatan saja, sehingga sulit dan jarang dilaksanakan. Tujuan dari kedisiplinan sesungguhnya adalah mendorong untuk berperilaku baik dan benar, mampu menyesuaikam diri dengan tuntunan lingkungan, dan melatih pribadi untuk memiliki kebiasaan yang baik.

Sejatinya nilai-nilai karakter yang ada sama sekali tidak memberikan kerugian atau pengaruh negative apabila kita mempraktikannya. Justru berdampak baik bagi pembentukan karakter dalam diri kita.

Jadi, pendidikan karakter perlu ada ACTION bukan hanya wacana, pengetahuan, kesadaran dan kemauan. Mulailah mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari. Praktikan apa yang sudah kita pelajarai, guna membentuk pribadi yang berkarakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun