Mohon tunggu...
Rosydah Robiatur
Rosydah Robiatur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Islam Majapahit, ilmu komunikasi (FISIP)

Mahasiswa Universitas Islam Majapahit, ilmu komunikasi (FISIP)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pacarkeling Solusi Pembasmi Hama, Warga Tambaksari

28 Juni 2020   16:40 Diperbarui: 28 Juni 2020   16:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa yang dilakukan oleh Listiyawati juga diterapkan oleh Ulina. Perempuan 30 tahun tersebut melihat banyak tanamannya yang terkena hama. "Saya pakai cairan ini, mereka tak mau kembali lagi. Saya juga tuangkan ke WC. Alhamdullilah lebih lancar," katanya, lantas tersenyum.

Dia menambahkan, inovasi cairan pembasmi hama itu akan terus dikembangkan. Terutama untuk membuatnya dalam jumlah banyak. "Saat ini, kami juga tengah menyiapkan beragam berkas untuk mematenkan produk. Merk-nya sudah ada. Bernamma Karang Kedempel," ucap Soetikno. Nama itu sendiri, kata dia,  menggambarkan sikap egaliter (kesetaraan). "Jadi di kampung ini kita tidak membeda-bedakan. Semuanya satu. Ya itu lah yang menggambarkan produk ini. Dibuat oleh semuanya. Hasilnya nanti untuk semua," kata dia.

Soetikno juga tengah menyiapkan pengembangkan berikutnya untuk produk itu yang disemprotkan ke tanaman yang lebih besar. "Kami juga minta bantuan BPOM untuk melihat kadar kelayakan cairan," ungkapnya. Sebab, belum bisa dipastikan kadar yang tepat berbagai jenis tanaman. "Kami hanya melihat semuanya baik. Ya memang baik. Tapi ini biar makin bagus," ujarnya.

Pengembangan itu, kata dia, juga upaya meningkatkan kesadaran warga untuk terlibat lebih aktif. "Dari awal, itu tujuan pengelolaaan lingkungan hijau di kampung ini. Supaya ibu-ibu di di sini ikut serta. Kaum bapak pun begitu," ujarnya. Apalagi produk mereka itu terbilang pertama kali di Surabaya. "Biasanya kan hanya menggunakan bahan organik. Ini kami tambahkan tembakau rokok tadi. Berbeda," kata Soetikno.

Dia berharap langkah itu bisa diikuti oleh kampung lain. Menurut dia, ilmu sederhana semacacm itu perlu dibagikan ke semua orang. "Ini semua demi memajukan kampung di Surabaya," paparnya. Lagi pula, sebagai kampung yang meraih prredikat Kampung Dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam ajang SSC 2020, Soetikno ingin wawasan lingkungan jadi ruh kehidupan masyarakat. "Sehingga mereka bisa menurunkannya ke anak cucu kelak," papar dia.

Cairan pembasmi hama itu, kata Soetikno, bisa jadi bentuknya sederhana. Namun, dia mengaku penilaian tak boleh sekadar dari kemasan. "Yang terpenting itu, warga di sini mau berpartisipasi. Itu poinnya. Kalau soal pembuatan produk dalam skala besar, itu gampang. Sudah banyak yang dukung," katanya. Pelibatan karang taruna di lingkungan kampung bisa dilakukan. "Kami juga bisa undang yang ahli di bidang pengolahan cairan pembasmi hama itu," ungkapnya.

Lantas, bagaimana respon warga jika itu sudah dilakukan? "Seratus persen mereka akan mendukung. Kader-kader di kampung ini luar biasa. Kami pasti bisa produksi cairan pembasmi ini dalam skala yang lebih banyak," ujar Soetikno, lantas tersenyum. (/*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun