Mohon tunggu...
Rosya Mawaddah Susanto
Rosya Mawaddah Susanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rosya

Rosya Mawaddah S PBS A UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku, Pak Edi, Pancasila dan Kewarganegaraan

2 Juni 2022   13:24 Diperbarui: 2 Juni 2022   13:38 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jum'at di bulan September 2021. Kali pertama aku mengikuti mata kuliah Pancasila. Aku yang sedari dulu tidak begitu suka dengan pelajaran mengenai kenegaraan terus bergumam dalam hati, mengapa Pancasila tetap ada di bangku kuliah ya?. Pada pertemuan pertama di mata kuliah Pancasila, aku dan teman-teman baru ku saling memperkenalkan diri satu persatu. Setelah kami semua selesai memperkenalkan diri tiba saatnya dosen kami yang memperkenalkan diri. 

Tetapi aku dan teman-teman sekelasku dibuat kaget oleh beliau, karena dosen kami itu memperkenalkan diri dengan cara yang unik. Beliau memberikan tugas kepada ku dan teman-teman sekelasku untuk mencari-cari informasi mengenai dosen ku itu kepada kakak tingkat yang tentunya lebih dulu mengenal beliau daripada kami, kemudian tugas tersebut diketik di sebuah blog dan diupload di akun sosial media seperti Instagram, Twitter, Facebok, Whatsapp dan lain-lain. 

Dalam hatiku bertanya-tanya, mengapa harus seperti ini ya dalam memperkenalkan diri?. Kemudian aku dan teman-teman sekelasku mulai menghubungi kakak tingkat untuk menanyakan seputar dosen baru kami di mata kuliah Pancasila, dan ternyata nama dosen tersebut adalah Bapak Edi Purwanto yang akrab di panggil Pak Edi. Kakak tingkat kami pun juga bercerita bahwa

Pak Edi merupakan sosok dosen yang unik, yang suka membuat mahasiswanya berfikir kritis, dan beliau tak jarang memberikan challenge kepada para mahasiswanya yang secara tidak langsung dari challenge tersebut para mahasiswanya dapat belajar dengan sendirinya.

Tugas pun telah usai, tibalah aku dan teman sekelasku pada pertemuan kedua. Di pertemuan kedua ini kami mulai membahas mengenai materi apa saja yang akan di bahas di mata kuliah Pancasila. Dalam hatiku berdoa semoga pembahasan materi di mata kuliah Pancasila kali ini tidak membosankan seperti di bangku SD, SMP dan SMA. Pada saat itu aku tetap berusaha tenang dan berusaha menyukai mata kuliah Pancasila. 

Setelah beberapa menit kami membahas mengenai mata kuliah dan berbincang-bincang ringan, lagi-lagi sebagai penutup pertemuaan ke dua ini, Pak Edi memberikan tugas kepada ku dan teman-teman sekelasku untuk membentuk kelompok, dan setiap kelompok akan mempresentasikan materi yang telah di tentukan sesuai dengan jadwal. Tak cukup sampai disitu, yang membuat aku dan teman-teman sekelasku terkejut adalah,

kami semua diwajibkan membuat sebuah tulisan yang berkaitan dengan materi yang akan di presentasikan setiap minggu. Jadi setiap satu minggu sekali kami semua menulis sebuah tulisan mengenai materi yang berbeda-beda yang kemudian di unggah di sebuah blog, kemudian di unggah di akun media sosial apapun yang kita punya. Dalam hatiku berkata, woooww sangat menarik ya, kami semua memiliki tugas setiap minggunya. Tetapi bagaimana lagi, namanya juga mahasiswa.

Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa aku dan teman-teman sudah memasuki semester 2, lagi-lagi kami bertemu dengan mata kuliah yang berbau negara tetapi bukan mata kuliah Pancasila namanya, di semester 2 ini nama mata kuliahnya adalah kewarganegaraan. Tak lain dan tak bukan dosen mata kuliah kewarganegaraan masih tetap dengan Pak Edi, 

dan bisa diduga tugas di semester 2 ini tak akan jauh dari menulis sebuah tulisan di sebuah blog kemudian di unggah  di sosial media apapun yang kami miliki. Tetapi, ada yang sedikit unik dari tugas di semester 2 ini, jika di semester 1 hanya membuat tulisan sesuai materi yang ditentukan dan dilakukan dengan cara mencari sumber dan referensi di internet, pada semester 2 ini aku dan teman-teman sekelasku diminta oleh Pak Edi untuk terjun langsung ke masyarakat. Bagaimana bisa?

Tugas pertama di semester 2 ini, aku dan teman-teman ku di minta oleh Pak Edi untuk saling berpasangan dan menceritakan mengenai apapun yang berkaitan dengan pasangan kita, dan seperti biasa, tugas tersebut di tulis di sebuah blog kemudian di publikasikan di media soisal. Dalam hatiku berkata, cukup menarik dari semester kemarin.

Setelah tugas pertama usai, datanglah tugas-tugas selanjutnya, yaitu menceritakan ayah dan ibu. Setelah selesai, barulah muncul tugas yang sangat menarik hatiku, yaitu Pak Edi meminta aku dan teman-teman sekelasku mengadakan wawancara ke tempat ibadah umat lain seperti ke gereja, keleteng, vihara dan pura. Setelah tugas itu usai, aku dan teman-teman sekelasku 

masih diminta melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar, seperti wawancara kepada tokoh masyarkat untuk menanyakan mengenai tradisi menyambut bulan Ramdhan, wawancara kepada pihak KPU atau Bawaslu seputar pemilu, wawancara kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu dan tentunya sembari berbagi, dan wawancara kepada seorang guru pertama yang mengajari aku dan teman-teman sekelasku membaca huruf-huruf hijaiyah.

Pada awalnya, dengan adanya tugas-tugas seperti itu, aku berfikir pasti sangat melelahkan, karena harus pergi berkunjung dan meminta izin untuk wawancara terutama seperti di sebuah Lembaga dan tempat ibadah umat lain di tengah-tengah kesibukan ku dan teman-temanku mengikutii mata kuliah lainnya. Pada awalnya aku berfikir tugas seperti itu hanya melelahkan, tetapi setelah aku renungkan beberapa kali, terdapat sebuah hikmah yang sangat banyak di dalamnya.

Dengan tugas-tugas seperti yang sudah di ceritakan di atas, secara tidak langsung Pak Edi mengajarkan kepada ku dan teman-teman sekelasku untuk belajar mandiri, berfikir kritis, menganalisa, 

mendeskripsikan, bertoleransi, bertenggang rasa, dan tak melupakan orang-orang yang telah berjasa pada kita. Selain itu Pak Edi secara tidak langsung mengajarkan kepada kami untuk membiasakn diri menggunakan sosial media untuk hal-hal yang berguna, dan juga Pak Edi secara tidak langsung mengajarkan kepada kami semua untuk belajar menulis dengan baik, yang siapa tahu dapat menjadi bekal di kehidupan yang akan datang. 

Terimakasih banyak ku ucapkan kepad Bapak Edi Purwanto yang telah memberikan pelajaran berharga untuk ku dan teman-teman sekelasku. Satu kata untuk beliau "Jenengan Suangar Pak " (Anda sangat keren pak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun