Jum'at di bulan September 2021. Kali pertama aku mengikuti mata kuliah Pancasila. Aku yang sedari dulu tidak begitu suka dengan pelajaran mengenai kenegaraan terus bergumam dalam hati, mengapa Pancasila tetap ada di bangku kuliah ya?. Pada pertemuan pertama di mata kuliah Pancasila, aku dan teman-teman baru ku saling memperkenalkan diri satu persatu. Setelah kami semua selesai memperkenalkan diri tiba saatnya dosen kami yang memperkenalkan diri.Â
Tetapi aku dan teman-teman sekelasku dibuat kaget oleh beliau, karena dosen kami itu memperkenalkan diri dengan cara yang unik. Beliau memberikan tugas kepada ku dan teman-teman sekelasku untuk mencari-cari informasi mengenai dosen ku itu kepada kakak tingkat yang tentunya lebih dulu mengenal beliau daripada kami, kemudian tugas tersebut diketik di sebuah blog dan diupload di akun sosial media seperti Instagram, Twitter, Facebok, Whatsapp dan lain-lain.Â
Dalam hatiku bertanya-tanya, mengapa harus seperti ini ya dalam memperkenalkan diri?. Kemudian aku dan teman-teman sekelasku mulai menghubungi kakak tingkat untuk menanyakan seputar dosen baru kami di mata kuliah Pancasila, dan ternyata nama dosen tersebut adalah Bapak Edi Purwanto yang akrab di panggil Pak Edi. Kakak tingkat kami pun juga bercerita bahwa
Pak Edi merupakan sosok dosen yang unik, yang suka membuat mahasiswanya berfikir kritis, dan beliau tak jarang memberikan challenge kepada para mahasiswanya yang secara tidak langsung dari challenge tersebut para mahasiswanya dapat belajar dengan sendirinya.
Tugas pun telah usai, tibalah aku dan teman sekelasku pada pertemuan kedua. Di pertemuan kedua ini kami mulai membahas mengenai materi apa saja yang akan di bahas di mata kuliah Pancasila. Dalam hatiku berdoa semoga pembahasan materi di mata kuliah Pancasila kali ini tidak membosankan seperti di bangku SD, SMP dan SMA. Pada saat itu aku tetap berusaha tenang dan berusaha menyukai mata kuliah Pancasila.Â
Setelah beberapa menit kami membahas mengenai mata kuliah dan berbincang-bincang ringan, lagi-lagi sebagai penutup pertemuaan ke dua ini, Pak Edi memberikan tugas kepada ku dan teman-teman sekelasku untuk membentuk kelompok, dan setiap kelompok akan mempresentasikan materi yang telah di tentukan sesuai dengan jadwal. Tak cukup sampai disitu, yang membuat aku dan teman-teman sekelasku terkejut adalah,
kami semua diwajibkan membuat sebuah tulisan yang berkaitan dengan materi yang akan di presentasikan setiap minggu. Jadi setiap satu minggu sekali kami semua menulis sebuah tulisan mengenai materi yang berbeda-beda yang kemudian di unggah di sebuah blog, kemudian di unggah di akun media sosial apapun yang kita punya. Dalam hatiku berkata, woooww sangat menarik ya, kami semua memiliki tugas setiap minggunya. Tetapi bagaimana lagi, namanya juga mahasiswa.
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa aku dan teman-teman sudah memasuki semester 2, lagi-lagi kami bertemu dengan mata kuliah yang berbau negara tetapi bukan mata kuliah Pancasila namanya, di semester 2 ini nama mata kuliahnya adalah kewarganegaraan. Tak lain dan tak bukan dosen mata kuliah kewarganegaraan masih tetap dengan Pak Edi,Â
dan bisa diduga tugas di semester 2 ini tak akan jauh dari menulis sebuah tulisan di sebuah blog kemudian di unggah  di sosial media apapun yang kami miliki. Tetapi, ada yang sedikit unik dari tugas di semester 2 ini, jika di semester 1 hanya membuat tulisan sesuai materi yang ditentukan dan dilakukan dengan cara mencari sumber dan referensi di internet, pada semester 2 ini aku dan teman-teman sekelasku diminta oleh Pak Edi untuk terjun langsung ke masyarakat. Bagaimana bisa?
Tugas pertama di semester 2 ini, aku dan teman-teman ku di minta oleh Pak Edi untuk saling berpasangan dan menceritakan mengenai apapun yang berkaitan dengan pasangan kita, dan seperti biasa, tugas tersebut di tulis di sebuah blog kemudian di publikasikan di media soisal. Dalam hatiku berkata, cukup menarik dari semester kemarin.