Mohon tunggu...
Roswitha Ndraha
Roswitha Ndraha Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang suka menulis. Ibu dua putra.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Fenomena Bapak Rumah Tangga

26 November 2011   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya, Santi mengakui mereka mengalami banyak konflik. Arman sama sekali tidak tahu mengurus rumah, apalagi mengajari anak-anak bikin PR. Tangannya tidak pernah kena sabun cuci piring. Minggu-minggu pertama kerja Santi stress sekali karena ketika pergi dan pulang ia mendapati rumah sama kacaunya. “Suami saya bingung mau kerjakan apa. Jadi pulang jemput Niel, mereka nonton TV.

Habis makan siang piring ditaruh begitu saja di dapur, air tumpah dibiarkan saja di lantai, hanya ditutupi kain pel atau baju kotor. Aduh, pusing saya,” kata Santi mengingat saat-saat itu. Tidak heran, Santi banyak marah dan ngomel pada suaminya. Tangisan Nia, putri sulung mereka yang tidak tega melihat ibunya menangis, akhirnya mengingatkan Santi dan Arman bahwa mereka harus berubah.

“Saya mengingatkan Arman bahwa dialah pemimpin saya,” Santi bercerita lebih lanjut. Karena itu, Santi memegang tangan suaminya dan mohon bantuan bagaimana cara mengurus semua ini.
“Istri saya menguatkan saya,” kata Arman nimbrung. “Sebenarnya dengan membiarkan Santi mencari nafkah saya mulai merasa tidak berguna sebagai suami. Tetapi saya bertekad bahwa ini tidak untuk seterusnya. Ini memang saat-saat sulit bagi kami, dan kami harus menjalaninya.”

Komunikasi

Arman meminta bantuan istrinya untuk mengajarinya menjadi bapak rumah tangga. Mereka sepakat bahwa keduanya harus tetap bangun pagi. Bedanya, kalau dulu ayah yang ke kantor, sekarang ibu. Arman mengurangi aktifitasnya di gereja. “Saya rasa saya harus siap mendampingi anak-anak jika istri saya kelelahan,” katanya.

Malam hari Arman dan Santi tetap melakukan kebiasaan mereka sebagai suami dan istri, dan orangtua bagi kedua putra-putri mereka. Sebelum anak-anak tidur, Arman bercerita pada mereka. Itu adalah tugasnya sejak lama; sedangkan Santi menyiapkan kebutuhan sarapan. “Sebelum tidur kami banyak ngobrol,” tutur Arman. “Kadang-kadang Santi memberikan ide apa yang bisa kami lakukan ke depan. Kami membicarakan kemungkinan pekerjaan atau usaha atau apa saja. Kami melakukan brainstorming.”
Percakapan sebelum tidur ini merekatkan hubungan Arman dan Santi lebih dari sebelumnya.

Entah bagaimana, lewat peristiwa PHK ini Santi mendapati dirinya lebih respek terhadap suaminya. “Saya kagum padanya. Ternyata Arman bisa menjadi ayah yang hebat buat Niel dan Nia. Arman lebih dekat dengan anak-anak. Nampaknya anak-anak juga lebih tertib dan disiplin daripada kalau bersama saya,” Santi mengakui.
“Saya tidak tahu bagaimana itu terjadi. Saya hanya sekedar melakukan tugas-tugas saya dan ternyata anak-anak menaatinya,” jawab Arman ketika ditanya rahasianya.

Fenomena bapak rumah tangga menimpa cukup banyak keluarga. Jika hal serupa terjadi atas kita, satu hal perlu kita ingat bahwa bukan hanya kita yang mengalaminya. Ada keluarga-keluarga lain yang juga sedang bergumul dengan masalah yang sama. Jalan keluar bagi masing-masing juga berbeda. Ada yang cepat, dan ada yang harus menjalaninya selama bertahun-tahun.
Ada yang happy ending, tetapi ada juga yang berakhir dengan perceraian.

Berikut ini adalah beberapa tip untuk Pembaca:

1.      Sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam keluarga Anda usahakanlah membangun relasi dan komunikasi yang baik dengan pasangan. Ini adalah modal Anda menghadapi peristiwa seburuk apa pun yang mungkin menimpa.

2.      Jobless bukan berarti tidak punya apa-apa. Hitunglah apa yang masih Anda miliki, jangan menangisi yang hilang. Anda bisa meneruskan hidup dengan apa yang ada. Peliharalah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun