Ayah atau ibu yang mempunyai hak asuh (maupun yang tidak) perlu meminta maaf kepada anak-anaknya atas peristiwa ini. Janganlah mengecam mantan pasangan di depan anak. Mereka sudah cukup menderita atas perpisahan orang tuanya (termasuk pertengkaran yang terjadi sebelumnya), tidak perlu lagi ditambah dengan informasi mengenai kejelekan ayah atau ibu yang tidak bersama dia.
Keluarga yang diserahi hak asuh perlu mencari figur pengganti orang tua dengan gender sejenis. Jika anak laki-laki tinggal dengan ibu, dia memerlukan pelaku ayah, dan sebaliknya. Ini bisa difasilitasi dengan kehadiran paman atau bibi, opa atau oma, guru sekolah, guru les, dan sebagainya.
Terakhir, kita perlu memperhatikan jika anak menunjukkan perubahan signnifikan. Misalnya anak tidak mau ke sekolah, prestasi di sekolah cenderung menurun, sering melamun, mudah marah/moody. Gejala lainnya yang perlu diwaspadai adalah ngompol (padahal biasanya tidak), mengisap ibu jari, menyendiri, merasa sakit perut terus-menerus, mengamuk. Jika anak menunjukkan gejala-gejala depresi seperti ini atau kondisi psikis lainnya, orang di sekitarnya perlu mencari bantuan konselor atau profesional. (*)
Roswitha
[1] Data diambil dari buku "The Christian Therapist's Notebook" Jilid II (YAPKI, 2009): 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H