Jika kita bermaksud menjadi penolong bagi anak-anak "yatim-piatu" maka kita perlu memahami berbagai masalah umum yang menimpa kehidupan suatu keluarga dengan orang tua tunggal.
Beberapa data
Dalam kehidupan masyarakat Amerika masa kini, hampir separuh anak usia 0-18 tahun hidup hanya dengan orang tua tunggal. Lebih dari 95% kasus, yang menjadi orang tua tunggal adalah ibunya. Kita hanya bisa membayangkan betapa besarnya perubahan emosi dan akibat yang terjadi dalam kehidupan seorang anak yang diabaikan oleh orang tuanya.
Kehilangan ayah biasanya sangat mempengaruhi kehidupan anak-anak laki-laki, yang akhirnya terpaksa tumbuh sendiri tanpa mempunyai model untuk ditiru.
Perceraian dan ketidakhadiran salah satu orang tua sangat mempengaruhi tingkat kemampuan akademik anak-anak. Sebagai contoh: 38% anak SD dengan orang tua tunggal memiliki rata-rata angka akademik yang rendah, dibandingkan dengan 24% angka akademik rendah bagi anak-anak SD dari keluarga utuh. Anak-anak dengan orang tua tunggal cenderung sering terlambat datang ke sekolah, atau harus menghadapi tindakan disiplin dari sekolah karena berbagai pelanggaran yang mereka lakukan. Anak-anak ini juga mempunyai angka dua kali lebih tinggi terancam gagal sekolah/tidak lulus (Hodges 1986).
Pergumulan Keluarga
Dalam rumah tangga dengan orang tua tunggal biasanya anak-anak kekurangan dukungan emosi yang diperlukan[1]. Misalnya, kakek-nenek akan kurang mengunjungi cucu-cucunya. Ketidakhadiran orang tua dengan gender sejenis akan membuat anak kehilangan contoh. Keluarga menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendisiplin anak-anak yang tumbuh menjelang dewasa.
Anak-anak menjadi cemas akan keselamatan orang tua yang mendapatkan hak asuh mereka. Biasanya beberapa saat setelah terjadinya perceraian, anak-anak menjadi enggan ke sekolah. Orang tua yang mempunyai hak asuh juga kemungkinan besar tidak mempunyai banyak waktu bagi anak-anak ini karena dia terpaksa harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Anak-anak mungkin tidak bisa ikut berpartisipasi dalam seusai sekolah karena mereka diperlukan di rumah.
Berkurangnya perhatian orang tua juga bisa meningkatkan penggunaan sebagian besar waktu anak untuk menonton TV dan melakukan berbagai kegiatan lain yang mungkin tidak akan diizinkan orang tua jika mereka ada di rumah.
Menolong Anak Korban Perceraian
Bagaimana menolong anak korban perceraian? Pertama kita berusaha meyakinkan anak bahwa dia tidak bersalah atas perpisahan orang tuanya. Beberapa anak mungkin merasa, orang tuanya bercerai karena kenakalannya. Mungkin keadaan akan lebih baik jika dia dilahirkan sebagai anak laki-laki (bagi pasangan yang menginginkan anak laki-laki), atau sebaliknya.