"Diantara Cinta dan Persahabatan"Â
Hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan bagi pelajar di SMA tempat sekolah Tiara. Setiap tahun dalam rangka memperingati hari kemerdekaan yang dikenal dengan HUT RI, selalu diadakan berbagai perlombaan, namun ada salah satu lomba yang memerlukan kerjasama antara kelas X dan kelas XI yaitu lomba kebersihan kelas.
Karena masih kekurangan kelas di sekolah itu, maka ada satu ruang kelas yang akan digunakan secara bergiliran. Pagi hari digunakan untuk kelas XI dan siang harinya digunakan untuk kelas X. Sehingga lomba kebersihan kelas merupakan lomba yang paling seru untuk diikuti, karena saat inilah kakak kelas dan adik kelasnya bisa saling berbaur dan menuangkan idenya agar hasilnya memuaskan masing-masing kelas yang diikuti seluruh kelas mulai dari kelas X hingga kelas XII.
Seluruh siswa memiliki tugasnya masing-masing. Tidak terkecuali Tiara, gadis cantik yang selalu ceria dan aktif diberbagai kegiatan itu. Dengan sikap humblenya, semua orang yang mengenalnya menyukai sosok gadis ini. Sebagai bendahara di kelasnya Tiara harus bisa mengatur keuangan untuk acara itu. Sehingga beberapa kali namanya sering dicari oleh kakak kelasnya untuk mengurus anggaran yang akan dikeluarkan bersama.
Setelah selesai berdiskusi dengan Th Aisha terkait rincian pembiayaan menghias kelas. Owh, ya karena sekolah Tiara berada di kawasan Bandung, yang terkenal dengan bahasa dearahnya yaitu Bahasa Sunda. Maka salah satu cara untuk melestarikan Bahasa ibu tersebut, sekolahnya menetapkan bahwa panggilan untuk kakak kelasnya adalah Akang untuk panggilan kakak kelas laki-laki dan Tth untuk panggilan kakak kelas perempuan. Tiba-tiba tangan Tiara ditarik oleh sahabatnya yang sedari SMP selalu bersama, dia adalah Mila.
"Tiara... kamu masih inget gak tentang kakak kelas yang pernah aku ceritain dulu, orang yang nolongin aku waktu itu?" tanya Mila antusias, Tiara mencoba mengumpulkan kepingan ingatannya tentang cerita Mila waktu itu.
"Owh, si muka bayi, gebetan kamu itu. Emang kenapa?" Tiara balik tanya dengan wajah datarnya. "Ish, walaupun muka bayi tapi dia cakep kan!" bela Mila yang tidak terima gebetannya dibilang muka bayi. Bukan tanpa alasan, laki-laki yang memiliki kulit putih bersih itu, jika ditelusuri jadi seperti muka bayi kalau kata Tiara, sekali melihat wajahnya akan selalu betah untuk memandanginya. Walaupun sikap cuek Tiara yang gak pernah menganggap penting kaum adam ini, baginya hanya sekilas saja melihat tidak perlu harus mengaguminya.
"Eh, Ra... tau gak ternyata dia satu ruangan dengan kita" ucap Mila berapi-api hanya dibalas datar oleh Tiara. "Masa sih, bentar deh... ini kamu lagi ngomongin siapa sih?" Tiara berusaha menyamakan persepsinya, kali aja dia ganti gebetannya. "Yaelah Tiara... siapa lagi sih, gebetan aku masih sama yang itu..." Mila membalikan muka Tiara menghadap sosok seseorang yang ternyata tanpa sengaja matanya menatap ke arah mereka. Hanya beberapa detik saja kontak mata Tiara bertemu dengan sosok yang ditunjukkan sahabatnya itu. Seketika Tiara menepis tangan Mila. "Hey, dasar dodol jangan nunjukin juga kali, malu-maluin aja" hardik Tiara, dibalas Mila dengan cengengesannya.
"Owh, maksud kamu Kang Fery? Â Terus masalahnya sekarang apa?" Tiara belum memahami maksud nih orang satu, yang aneh akibat ketiban lope-lope di hatinya. "Nih, temen ga peka banget sih! Bantuinlah deketin aku sama dia mumpung lagi ada acara ini... yah da bageur" pinta Mila sedikit memelas dengan menyatukan kedua tangannya memohon.
"Eh, dodol kamu gak mikir apa, gimana caranya coba aku bantuin dirimu. Orang aku kenal Kang Fery aja enggak. Ribet nih anak, udah akh ayo balik ke kelas bentar lagi kita harus bantuin beres-beres kelas" Tiara berlalu menuju kelasnya sambil geleng-geleng kepala memikirkan kelakuan sobatnya itu, disusul Mila dari belakang.
Tampak dari jauh Th Wita sebagai KM kelas XI yang menempati ruang kelas yang sama dengan Tiara sedang memberikan pengarahan untuk mendekor kelas. Setelah selesai, kami semua segera bergerak. Hal pertama adalah mengosongkan kelas terlebih dahulu, sehingga seluruh kursi dan meja harus segera dikeluarkan. Lomba Kebersihan kelas itu ternyata disatukan sekalian lomba mendekor kelas dengan Tema HUT RI.
Tak lama seseorang menghampiri Tiara dan Mila menyampaikan pesan dari gurunya. "Ra, aku dipanggil Bu Anna ke ruang guru, bentar ya aku pergi dulu" pamit Mila ketika hendak mengangkat meja bersama Tiara. Setelah tengok kanan kiri, setiap orang punya pasangan buat angkat meja, sedangkan Tiara merasa bingung harus minta tolong dengan siapa, kali aja angkat sendiri emang dia Hercules apa. 'Duh, kenapa jadi serasa patung gini, dorong aja kali ya' batin Tiara merasa canggung. Tiara terlalu fokus mendorong meja yang berat, matanya menunduk ke bawah hingga terdengar suara.
"Aouw... " teriak seseorang di depan sana. Sontak membuat Tiara terkejut mendengar ada seseorang yang berteriak. Rupanya orang yang ditabrak Tiara sedang berdiri di pintu, hendak masuk keburu dipanggil temannya jadi berbalik, sehingga tidak tau ada meja yang akan keluar. 'Ups... itu kan gebetannya si Mila' bisik Tiara dalam hatinya. Mereka berdua nampak saling terkejut dan sejenak saling menatap, hingga Tiara yang memutuskan kontak mata terlebih dahulu.
"Maaf Kang aslinya gak sengaja, sekali lagi maaf ya..." ucap Tiara merasa tidak enak. "Ehm, gak apa-apa kok, salah aku juga barusan ngalangin jalan" ujar Kang Ferry yang tidak menyalahkan Tiara. 'Ikh... ternyata dia bisa ngomong juga. Suaranya merdu lagi dan sopan banget... Wah, bisa jadi cerita seru nih buat si Mila' pikir Tiara dalam lamunannya. Perlu diketahui ya gaes, gebetannya Mila ini irit banget kalau ngomong semacam tipe laki-laki yang cool gitu lho. Tapi, sekalinya tersenyum membuat para kaum Hawa meleleh dibuatnya.Â
"Ayo, diangkat aja biar cepet" saran Kang Fery yang bersiap mengangkat meja yang didorong Tiara. Menyadarkan Tiara dari lamunannya, membuatnya gelagapan. "Owh iya..." segera Tiara ikut mengangkat meja itu ke titik yang telah ditentukan. Hingga berujung setelahnya, Tiara mengangkat meja berikutnya bersama Kang Fery. Tanpa banyak bicara mereka melakukan kegiatan itu. 'Duh kenapa rasanya ini jantung berdebar gak biasanya ya, padahal tadi baik-baik aja. Masa tiba-tiba aku ada masalah dengan organ satu ini sih! Wadau bentar deh, kalau si Mila tau aku ngangkat meja bareng gebetannya bisa murka nih anak' pikir Tiara dalam benaknya.
Dan benar saja, tak lama kemudian Mila datang melihat adegan Tiara ngangkat meja bareng gebetannya. Matanya langsung mendelik tajam ke arah Tiara. Menyadari hal itu, tidak mau memperpanjang kesalahpahaman yang akan terjadi antara dirinya dan Mila. Tiara mencari ide agar menyudahi aksinya mengangkat meja bersama Kang Fery.
"Makasih ya Kang udah bantuin, teman saya udah dateng saya permisi sebentar" yang dingguki Kang Fery. Â Tari langsung masuk kelas menyusul Mila. "Eh, Mil aku bantuin ya angkat mejanya" tawar Tiara melihat Mila berusaha mengangkat mejanya sendiri. "Gak usah... biar aku angkat sendiri, udah awas sana" usir Mila pada Tiara, sebetulnya Mila yang melihat Kang Fery masuk kelas lagi, berharap dia bisa mengangkat mejanya bareng Kang Fery. Ups... tiba-tiba bukan Kang Fery, malah si Bonbon teman sekelasnya yang mengangkat meja bareng Mila. Tiara menahan ketawanya melihat raut wajah Mila dengan kekesalannya.
Tiara yang masih berdiri di samping meja yang diangkatnya tiba-tiba dikejutkan dengan suara lembut seseorang yang tadi sempat menggetarkan hatinya. "Ayo, satu lagi nih!" ajak Kang Fery mengangkat meja yang tinggal satu itu. Karena di depan pintu terjadi kemacetan para serdadu yang mengeluarkan meja dan kursi. Akhirnya, Tiara dan Mila berpapasan.
"Ra, itu Kang Fery aku ya..." klaim Mila berbisik dengan lirih, sambil terus menarik ujung kerudung Tiara. Membuat Tiara salah tingkah, canggung bercampur malu. Untung saja kang Fery tidak melihat kelakuan dua bocah gadis yang tengah diam-diam jatuh cinta padanya. Â
***
Setelah selesai acara mengkosongkan kursi dan meja, semua anak terasa kelelahan dibuatnya. Anak-anak yang tadi bertugas mengangkat meja dan kursi saatnya mereka beristirahat. Tugas berikutnya digantikan dengan anak-anak yang memiliki tugas mendekor kelasnya sebagus mungkin. Tiara menghampiri Mila yang sedang duduk di bangku taman depan kelasnya. Namun, diluar dugaan Mila malah membalikan posisi duduknya membelakangi Tiara.
"Kenapa sih, Mil? Kamu marah ya sama aku?" tanya Tiara memiringkan wajahnya mencoba melihat Mila. "Iyalah, ngapain coba kamu ngangkatin meja bareng Kang Fery" ketus Mila. "Astaga, sahabat aku tuh marah gara-gara ngangkatin meja doang bareng gebetannya? Baru ngangkatin meja bareng aja udah semarah gini, gimana kalau tiba-tiba Kang Fery nembak aku terus aku pacaran sama dia..." goda Tiara sontak membuat Mila membalikan badannya dengan tatapan sengit mengajak perang.
"Kamu niat, Ra?" tanya Mila serius. "Hahaha..." Tiara tertawa terpingkal-pingkal. "Aku becanda kali... hello..." Tiara berniat mengerjai sahabatnya ini, namun ternyata ditanggapi serius oleh Mila. "Hemh... pokoknya awas aja, kalau kamu sampai nikung aku! Kamu tinggal pilih cinta kamu atau persahabat kita." Kecam Mila berbau sedikit ancaman. "Iya-iya, siapa juga yang suka sama si muka bayi. Oke.. calm baby" bujuk Tiara meyakinkan.
Ketika hati menentukan pilihannya, sanggupkah jika akhirnya persahabatan mereka akan diuji?Â
Ikuti kelanjutan ceritanya. InsyaAllah seru, dengan berbagai kisah kasih di sekolah mewarni-warni masa SMA. Yang sudah terlewati masa ini... silahkan mengenang kembali ya... Hehehe... ^_^
***
#Bersambung... dilanjutkan part berikutnya ya!Â
'Edisi Kenangan SMANSACI 2002'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H