Â
Suasana ruang makan yang semula ramai, kini mendadak menjadi sepi. Begitulah yang dirasakan seorang Aisha, istri CEO dari sebuah perusahaan yang terbilang bonafit, juga ibu muda dengan dua orang anak laki-lakinya.Â
Jarak kedua anaknya terpaut cukup jauh sekitar 7 tahun, saat ini anak pertamanya, Kakak sudah masuk di bangku kuliah semester 4. Sedangkan, adiknya sekarang sudah masuk di kelas VII SMP. Semua anggota keluarganya memiliki kesibukannya masing-masing. Setelah pagi usai, rumah terasa sepi hingga menjelang sore hari para anggotanya kembali ke rumah.
Rutinitas yang monoton, ditambah setiap harinya hanya ditemani oleh Bi Asih dan Mang Udin supir pribadi sekaligus tukang kebun, membuat Aisha merasa kesepian.Â
Beberapa hari ini, Aisha sering terlihat kurang fokus dan melamun, setelah pulang menengok adik iparnya yang baru saja melahirkan seorang bayi yang sangat lucu. Ibu mertuanya kerap kali mengungkapkan keinginannya memiliki seorang cucu perempuan dari anak pertamanya, yaitu suaminya.
 Aisha pun sebetulnya sangat merindukan kehadiran anak perempuan melengkapi keluarga kecilnya. Namun, suaminya menolak memiliki anak lagi, melihat dua kali istrinya melahirkan yang hampir saja merenggut nyawa istrinya, membuat Akbar suaminya tidak mengijinkan melahirkan lagi. Rasa cinta dan sayang begitu besar terhadap istrinya, membuatnya takut jika terjadi sesuatu terhadap istrinya.
Tok... Tok... Tok... suara ketukan pintu kamar, akhirnya diketuk dengan mengumpulkan keberanian seorang Aisha. Berharap semoga anak pertamanya, bersedia membujuk ayahnya memiliki seorang anak lagi. "Kak, bunda boleh masuk..." Ucap Aisha lembut. "Masuk aja bun, ga dikunci kok" sahut Revan putra pertamanya.Â
"Kakak lagi sibuk ya?" tanya bundanya hati-hati. "Engga, kok bun... sini bun duduk..." Revan menepuk sofa disamping tempat tidurnya. "Engh... bunda mau ngobrol sesuatu ya? Ada apa bun?" Tanya Revan melihat gelagat bundanya yang terlihat serius, membuatnya bertanya-tanya. Aisha hanya mengangguk dengan senyuman yang merekah seolah ada lampu hijau dipikirannya.
"Kak, bunda mau minta tolong dong, boleh ya... please..." rajuk bunda. Membuat Revan kembali bertanya-tanya. Sebelum melanjutkan rasa penasaran Revan akan permintaan bunda yang tidak biasanya ini. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok imut adiknya Rendi dengan buku-buku tugas dalam dekapannya. "Kak, aku mau minta tolong ajarin PR aku dong... Ups... ada bunda ya.." ucap Rendi cengengesan. "Nah, kebetulan ada Ade juga... sini sayang duduk dekat bunda, biar bunda ngomongnya sekalian aja..." tutur bunda.
"Ada apa sih Kak? Tumben bunda kok kelihatan serius banget.?" Tanya Rendi. Sedang Revan hanya mengendikkan bahunya, seolah mengisyaratkan sama-sama penasarannya. "Gini, bunda mau minta tolong dong, kalian berdua anak-anak bunda yang ganteng... tolong bujukin ayah ijinkan bunda punya bayi lagi ya..." rajuk bunda sedikit memelas.Â