Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya: Bentuk Sebuah Barokah memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya: Putri Kuning memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya: Mengapa Perempuan Itu Melajang terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya: Hutan Larangan Cak Badrun terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Apakah Kata Berulang-ulang dalam Cerpen Itu Jelek?

21 Juli 2024   09:47 Diperbarui: 21 Juli 2024   09:51 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nytimes.com

Kembali lagi saya tanyakan, apakah kalimat berulang-ulang dalam cerpen itu jelek? 

Saya akan menjawab dengan: tergantung! Tidak semua cerpen dengan kata yang diulang-ulang dalam paragraf itu terkategori cerpen jelek. Adakalanya seorang penulis harus memilih kata yang berulang-ulang untuk lebih membangun kekuatan psikologis cerita, dan adakalanya tidak harus, tergantung model cerpen yang dikarang. 

Coba bayangkan apa yang dirasakan seseorang saat bimbang? Orang bimbang akan mondar-mandir, melakukan suatu pekerjaan dengan berulang-ulang. Di pikirannya ada masalah yang terus-menerus dipikirkan dengan berulang-ulang. Lantas apakah dalam menuliskan kondisi orang yang sedang bimbang dalam cerpen kita tidak boleh memakai kalimat berulang-ulang? Padahal kondisi bimbang membuat tingkah laku berulang-ulang dan masalah yang dipikirkan datang berulang-ulang. 

Kadang ada beberapa kata yang sering kita ucapkan berulang-ulang, suatu peristiwa penting yang membuat senang sehingga terus diceritakan, suatu itu selalu berulang-ulang kita pikirkan. Atau kadang kala untuk menguatkan satu kata diperlukan pengulangan kata misalnya: "Hari ini aku sedih. Sedih. Sangat sedih." Sebagai cara penulis meneror mental pembaca (meski ada cara lain tanpa memakai kata berulang-ulang, dan hal itu hanya masalah pilihan).

Satu-satunya hal yang membuat kata berulang-ulang dalam cerpen tampak jelek bukan karena penulis ingin membangun kekuatan psikologis, tapi karena penulis minim kosakata atau kurang pandai menyusun kalimat atau tanpa maksud apapun seperti Jon Fosse menulis.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun