Saya menyadari matanya indah, berkilauan di bawah lampu temaram. Wajahnya lembut. Senyumnya menggeletarkan jiwa, seketika saat kita telah berhadapan.
"Romantis sekali," katanya dengan ekspresi salah tingkah.Â
Mengapa saya diperintah membunuh perempuan cantik ini? Apa hubungannya putri presiden dengan kegagalan kursi jabatan? Â Apakah di masa mendatang perempuan yang masih mengenyam bangku kuliah ini akan menjadi cawapres atau capres? Sehingga menghalangi rencana selanjutnya kubu capres yang menyuruh saya.Â
Apa peduli saya? Saya tak pernah menanyakan alsaan klien memerintah saya membunuh sebelumnya. Lantas kalau saya tak membunuhnya? Apakah saya bisa hidup bahagia dengan putri presiden ini? Apakah keluarganya akan menerima saya? Bisakah kita menikah? Maukah dia kuajak kawin lari semisal tak direstui? Belum tentu!Â
Kubiarkan dia meminum orange juice yang di dalamnya terlarut racun, hati saya pedih. Malam ini begitu sulit berpisah dengannya. Saya pulang, dia juga. Saya berjalan di trotoar tanpa sadar air muka saya sedih sampai apartemen lantas saya menangis.Â
Malam selanjutnya, detik-detik sebelum kematian. Dia bercinta dengan saya di kamar apartemen ini.
Syahdan, kalian akan menemukan berita mencengangkan di media soal kematian putri presiden dan seorang kekasihnya yang tak diketahui identitasnya akibat keracunan tanpa tahu bahwa kekasihnyalah dalang di balik semuanya agar mereka bisa hidup bahagia di alam kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H