Kalian tak akan kenal identitas asli saya. Pada beberapa daerah di belahan dunia, orang mengenal nama saya berbeda-beda. Yap, saya bergonta-ganti nama untuk setiap klien dan korban. Wajah saya pun telah berubah berkali-kali. Satu alasan yang pasti, untuk menghapus jejak!
Diburon bertubi-tubi aparat negara menjadi langganan. Tapi, saya tak pernah tertangkap! Karena kalau membunuh target dari klien, saya tentu main bersih. Sebelum menjadi korban, mereka akan terjebak dalam labirin permainan saya.Â
Saya lebih senang memakai racun untuk menghempaskan mereka. Sebelum semua terjadi, saya mendekati mereka dalam circle pertemanan dan (kalau perempuan) menjadi pasangan. Ketahuilah, racun saya tak membunuh seketika, dia bekerja selama 24 jam, dan detik-detik sebelum mereka menjemput ajal, saya akan membeberkan jati diri saya sebenarnya lantas kebencian sebak di hati mereka.Â
"Kau akan mati setengah jam lagi," dengan wajah bengis dan setelah kata-kata keji lainnya, atau meninggalkan pesan di WhatsApp lalu menghapus jejak.Â
Menit-menit sebelum nyawa mereka melayang, kadang saya kasih kesempatan menghajar saya. Saya akan menyerahkan diri dipukul terus-terusan. Tentu saya sigap ketika mereka memakai senjata tajam atau tembakan. Hah! Saya bukan pembunuh kelas teri! Sampai pada akhirnya mereka sendirilah yang tumbang dengan mulut berbusa.
Kini, rencana selanjutnya. Saya telah satu meja di restoran romantis dengan seorang putri capres yang cantik. Ini telah kencan ke-5 selama masa pacaran bohongan saya dengannya. Pejabat tinggi yang merogoh kocek membayar saya telah berulang kali menghubungi.Â
"Sabar. Tenang saja, akan tiba waktunya," jawab saya padanya
Seperti biasa dia memesan orange juice dan beef burger. Memang restoran ini yang menjadi favoritnya. Kami telah 3 kali kencan di sini. Lalu rancangan saya, malam ini akan menjadi kencan terakhir kami.Â
Dengan masker dan pakaian pelayan restoran saya berjalan menghampiri perempuan itu membawakan minuman dan makanan yang dia pesan (tanpa dia sadari pelayan itu adalah saya, kekasihnya). Tentu minuman itu telah saya tetesi racun!Â
Malam ini, saya menyewa restoran ini. Tak ada satu pengunjung pun kecuali putri capres itu. Seketika lampu padam, hanya dua sorot lampu tembak menyala mengarah ke arah pemain piano di seberang sana lalu pemain klarinet dan biola yang menghampiri perempuan itu, lantas saya mendekat dan membuka masker. Dia tertegun. Saya menyanyi dengan pita suara yang sudah dioperasi. Dia terpukau. Lampu menyala. Ya, malam ini momen romantis yang terakhir kalinya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!