Mohon tunggu...
Rossy Triningsih
Rossy Triningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Agribisnis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2002-2018 dalam Upaya Pembangunan Pertanian

2 Juli 2023   20:48 Diperbarui: 2 Juli 2023   21:26 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Beras menduduki peringkat atas sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia.  Rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia pada tahun 2002-2018 cenderung mengalami penurunan sebesar -0,67% per tahun atau rata-rata konsumsi beras per penduduk sebesar 101,6534 kilogram per kapita per tahun atau 1.9495 kilogram per kapita per minggu.

Tahun 2002 konsumsi penduduk adalah 107.7057 per kilogram per kapita per tahun kemudian pada tahun 2003 mengalami kenaikan menjadi 108.4018 per kilogram per kapita per tahun dan memiliki pertumbuhan sebesar 0,65%. Tahun 2004 memiliki penurunan pertumbuhan sebesar -1,29% dengan konsumsi sebesar 106.9991 per kilogram per kapita per tahun. Tahun 2005, konsumsi juga mengalami penurunan sebesar -1,61 dengan konsumsi sebesar 105.2770 per kilogram per kapita per tahun. Tahun 2006, kosumsi turun menjadi 103.9980 per kilogram per kapita per tahun dengan pertumbuhan -1.21%.

Tahun 2007 kembali mengalami penurunan konsumsi yang cenderung signifikan sebesar 100.05.07 per kilogram per kapita per tahun dengan pertumbuhan sebesar -3,80%. Namun pada tahun 2008, konsumsi masyarakat melonjak naik sebesar 104.8909 per kilogram per kapita per tahun atau dengan pertumbuhan sebesar 4,84% dan ini menjadi persentase pertumbuhan paling tinggi pada periode 2002-2018. Tahun 2009, konsumsi kembali turun pada angka 102.2146 per kilogram per kapita per tahun dengan pertumbuhan -2.55% dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 pada angka 100.7453 per kilogram per kapita per tahun dengan pertumbuhan -1.44%. Tahun 2011, konsumsi mengalamai peningkatan sebesar 2,11% pada angka 102.8661 per kilogram per kapita per tahun. 

Tahun 2012 menjadi tahun dengan penurunan konsumsi paling drastis pada periode 2002-2018 sebesar -5,08% dengan konsumsi sebesar 97.6455 per kilogram per kapita per tahun dan kembali menurun pada tahun berikutnya, 2013 sebesar -0,25% dengan konsumsi 97.4045 per kilogram per kapita per tahun.

Tahun 2014, konsumsi sebesar 97.2329 per kilogram per kapita per tahun dengan pertumbuhan sebesar -0,18%. Tahun 2015 mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 1,15% dengan angka 98.3526 per kilogram per kapita per tahun. Tahun 2016 juga mengalami peningkatan sebesar 2,26% pada angka 100.5714 per kilogram per kapita per tahun. Kembali mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar -3,13% dengan konsumsi sebesar 97.4258 per kilogram per kapita per tahun dan turun kembali pada tahun 2018 sebesar -1,13% dengan angka 96.3255 per kilogram per kapita per tahun.

Fluktuasi konsumsi beras mayarakat Indonesia dilatarbelakangi beberapa  faktor penyebab, diantaranya adalah faktor ekonomi yang meliputi pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga atau distribiusi pendapatan, dan tingkat bunga. Tingkat bunga memiliki pengaruh yaitu ketika bunga tinggi, orang akan cenderung mengurangi konsumsinya atau menyimpan uangnya di bank. Di sisi lain, Masyarakat dengan distribusi pendapatan yang seimbang, mereka lebih condong untuk mengkonsumsi karena sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh seluruh penduduk secara merata. Faktor demografi berhubungan dengan kependudukan, yaitu ketika semakin besar penduduk suatu negara, maka konsumsi dalam negara tersebut tentu semakin tinggi, kemudian faktor non-ekonomi berkaitan dengan sosial budaya dalam masyarakat. Tersedia atau tidaknya dana pensiun juga berpengaruh, karena di beberapa negara dilakukan pemberian dana pensiun yang cukup tinggi, pendapatan dari dana pensiun yang cukup besar jumlahnya akan mendorong tingkat konsumsi.

Menurut Keynes, terdapat penentu-penentu konsumsi. Tingkat-tingkat konsumsi tersebut ditentukan oleh tingkat pendapatan rumah tangga. Menurut pandangannya, faktor konsumsi antara lain kekayaan yang telah terkumpul, yaitu ketika seseorang mendapatkan harta warisan yang banyak sebagai hasil usaha di masa lalu, maka seseorang itu berhasil mendapatkan kekayaan yang mencukupi. Keadaan tersebut, ia lebih tertarik untuk menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi di masa sekarang. 

Kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, memperluas lapangan kerja di samping untuk meningkatkan devisa negara dalam kondisi krisis ekonomi. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk menggandeng masyarakat juga agar dapat berjalan seimbang. Sehingga semua elemen dapat mencapai tujuan bersama. 

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, maka setiap kegiatan dilaksanakan melalui: 1.) Pemanfaatan sumber daya secara optimal berdasar pada potensi sumber daya yang ada di wilayah yang tetap menjaga kelestariannya, 2.) Memperbaiki efisiensi dalam produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil-hasil pertanian, 3.) Mempertahankan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pangan lainnya, 4.) Memperbaiki kesempatan kerja dan berusaha, memperbaiki pemerataan pendapatan dalam distribusi pendapatan masyarakat dan wilayah sektor pertanian, 5.) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam pertanian terutama dalam menghadapi sektor agribisnis, dan 6.) Menggalakkan organisasi petani di pedesaan (kelompok tani, koperasi, HIPPA, dll) serta 7.) Memanfaatkan lahan-lahan yang selama ini tidak dipergunakan sebagai usaha tani (agro-forestry) yang diharapkan dapat berfungsi sebagai cadangan pangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun