Mohon tunggu...
Rossihan Anwar
Rossihan Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sains Al Qur'an Wonosobo

Pendengar lagu Efek Rumah Kaca. Seorang pembelajar di Lembaga Pers Mahasiswa Shoutul Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berawal dari Lagu Selama Perjalanan, Kiai Taufiqul Hakim Tulis Kitab Tentang Etika Sosial

13 Maret 2024   01:13 Diperbarui: 13 Maret 2024   01:15 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K.H Taufiqul Hakim saat menyampaikan isi kitab terbarunya di hadapan Wali Santri, (9/3/24)/dokpri

Satu lagu bernuansa "gurun pasir" berjudul "Alamate Anak Sholeh" dilantunkan dengan bahasa Jawa. Berisi empat tanda anak sholeh: badan (perilaku) sesuai syari'at, lisannya bertutur kata halus dan berbicara yang baik, serta memuliakan orang tua.

Kandungan lirik lagu tersebut diambil dari syair karangan Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i, dikenal sebagai Mbah Rifa'i, seorang Kiai yang karya dan metodenya menggunakan Jawa Pegon dan masyarakat menyebutnya sebagai "Tarajuman".

Sementara untuk lirik aslinya, melansir Detik.com, diciptakan oleh K.H. Rois Yahya Dahlan dan dinyanyikan pertama kali oleh Ning Ummi Laila.

Ada satu kitab atau buku yang boleh jadi terinspirasi dari sebuah lagu dan ditulis oleh seorang "Kiai Penyair" asal Jepara bernama K.H Taufiqul Hakim. Penulisnya merupakan penemu metode cepat membaca kitab kuning 3-6 bulan bernama "Amtsilati" yang kini menjadi pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati, Bangsri, Jepara.

Dalam acara wisuda Amtsilati bertajuk "Widodari 1.1: Kado Wisuda untuk Ayah dan Ibu" di Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara, Kiai Taufiq memperkenalkan kitab "Alamate Rumahku Surgaku: Baiti Jannati" pada, (9/3/24) lalu.

Cerita latar belakang menulis kitab tersebut, kata Kiai Taufiq, bermula saat mendengar lagu "Alamate Anak Sholeh" selama perjalanan dari Bangsri menuju Solo, Jawa Tengah. Durasi penulisannya terbilang sangat singkat untuk sebuah buku berisi 172 halaman, yakni 5 jam.

Sebagai pengarang dan penulis banyak kitab, Kiai Taufiq menjelaskan, kitab ini berisi tentang pendidikan akhlak.

"Keluarga merupakan cerminan dan miniatur bangsa dan negara bahkan dunia. Dari karakter keluargalah kita bisa membaca karakter bangsa dan negara. Dari pribadi-pribadi dan individu, anggota-anggota keluarga dan baik terciptalah keluarga yang baik. Dengan buku ini diharapkan terciptalah surga dalam rumah tangga, alamate rumahku surgaku, Baiti Jannati, inilah yang disebut dengan revolusi mental dan pendidikan berkarakter," tulis Kiai Taufiqul Hakim dalam pengantar karya terbarunya.

Dok: Pribadi
Dok: Pribadi

Sebagaimana ciri buku Kiai Taufiqul Hakim, konsistensi metode nadzam dengan mekanisme membaca "empat-suku-kata-empat-suku-kata" khas bahar Rojaz disusun secara ringkas dan bernas. Turut disertakan dua bahasa: Jawa dan Indonesia. Setiap bahasa berisi empat bait nadzam untuk satu materi.

Contoh yang dibaca dalam pemaparan bedah kitab ini, oleh Kiai Taufiq, salah satunya adalah halaman 77 tentang jasa orang tua. Bahwa jasa orang tua, terlebih seorang ibu, bagaikan pohon kelapa. Jasa anak terhadap orang tua bagaikan sebutir nasi.

Berikut bait nadzam tersebut:

"Jasa orang~tua (terle~bih) ibunya

Dibanding jasa (a~nak) ke orang tua

Jasa orang~tua bagai pohon~klapa

Jasa anak~bak sebutir~nasi saja"

Penyajian urutan buku serupa kamus, yakni klasifikasi berdasarkan entri abjad. Masing-masing entri berisikan kategori nama profesi dan status sosial masyarakat. Misalnya, dalam abjad A diterangkan soal bagaimana kewajiban anak kepada kawan, saudara, dan kewajiban kepada kedua orang tua (yang masih hidup atau yang sudah wafat) serta bahaya durhaka terhadap mereka.

Kemudian, entri abjad B dan seterusnya, mengulas alamat atau tanda-tanda bagi profesi bendahara, bidan, buruh, bakul sampai tukang becak. Selanjutnya ada Carik, Dai, Dokter, Guru, Hakim, Ibu Hamil, bahkan hingga Wasit dan Wartawan memiliki "Alamat Sholeh".

Substansi buku ini menyasar etika profesi atau kode etik tertulis maupun tidak. Nilai sosial yang termuat dalam buku didasari rujukan kitab-kitab bergenre akhlak.

Menurut Kiai Taufiq, dengan terciptanya keluarga yang baik, terciptalah Rukun Tetangga (RT) yang baik. Dari tiap-tiap RT yang baik, terciptalah RW yang baik. Begitu pula seterusnya mulai tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai Negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun