Mohon tunggu...
Rossihan Anwar
Rossihan Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sains Al Qur'an Wonosobo

Pendengar lagu Efek Rumah Kaca. Seorang pembelajar di Lembaga Pers Mahasiswa Shoutul Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Wacana Kritis: Advokasi Kebijakan Penguatan Akses Perempuan dan Anak oleh Lembaga Swadaya Masyarakat KITA Institute Wonosobo

31 Desember 2023   12:18 Diperbarui: 31 Desember 2023   12:20 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kitainstitute.org

Pendahuluan

 Sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak pada penguatan akses bagi perempuan dan anak serta advokasi kebijakan bernama KITA Institute. Lembaga tersebut berdiri sejak tahun 2015 dan menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pertama di Wonosobo yang fokus pada isu buruh migran dan perdagangan manusia (human trafficking).

KITA Institute secara struktur organisasi berisikan 13 orang. Eka Munfarida, sebagai Direktur KITA Institute Wonosobo, merupakan salah satu dari sejumlah anggota LSM tersebut yang digawangi anak muda berusia kurang dari 30 tahun dan didominasi oleh perempuan. Sesuai dengan platform gerakannya, yaitu perlindungan perempuan dan anak.

Diketahui, sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997, jumlah warga negara Indonesia di Wonosobo yang bekerja di luar negeri meningkat drastis. Untuk itu, organisasi KITA Institute didirikan oleh Rumiyati, seorang aktivis sosial, guna menjembatani lewat advokasi kepada masyarakat sipil terkait isu buruh migran, human trafficking serta pemberdayaan perempuan dan anak.

Banyak kasus perdagangan manusia dan eksploitasi terhadap buruh migran asal Wonosobo yang bekerja di luar negeri sudah ditangani KITA Institute sejak pertama terbentuk. Tidak hanya Wonosobo, bahkan sampai daerah Cilacap, Pati hingga Semarang. Organisasi KITA juga memberikan dukungan psikologis bagi pekerja yang terkena dampak, dan mendampingi pekerja sampai anggota keluarga melalui setiap langkah untuk mencari ganti rugi.  

Menariknya, sejak Desember 2018, Organisasi Justice Without Borders (JWB) bermitra dengan LSM KITA Institute di Wonosobo dengan tujuan memperluas akses bagi kompensasi pekerja imigran. JWB memberikan pelatihan bagi KITA Institute untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menangani kasus-kasus pekerja migran. Pelatihan itu memungkinkan mereka membantu pekerja untuk melanjutkan kasusnya dari rumah, tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi dan akomodasi.

Foto: Justice Without Borders dan KITA Institute
Foto: Justice Without Borders dan KITA Institute

Tidak hanya Justice Word Borders, KITA Institute bekerja sama dengan US AID (semacam LSM dari Amerika) melalui program USAID Madani. Kemudian disusul organisasi MM dari Belanda melalui program Pencegahan Tindak Pidana Orang Hilang (TPPO).

Analisis terhadap organisasi publik non pemerintah KITA Institute akan berfokus pada bagaimana LSM KITA Institute melakukan upaya penguatan advokasi serta penanganan perlindungan perempuan dan anak, dengan menggandeng sejumlah organisasi publik di Wonosobo, baik organisasi publik milik pemerintah atau non pemerintah. Khususnya dalam pelaksanaan upaya dan aktivitas kerjasama yang dilakukan KITA Institute dengan organisasi daerah sepanjang tahun 2022-2023.

Data yang diperoleh untuk menganalisis organisasi KITA Institute berasal dari platform www.atmago.com lewat postingan berita yang diunggah KITA Institute selama dua tahun terakhir. Tujuan analisis ini adalah, pertama, untuk memberikan informasi tentang Lembaga Swadaya Masyarakat asal Wonosobo yang konsisten mendalami fokus terkait isu hak-hak perempuan dan anak. Kedua, menyampaikan sebuah penilaian serta evaluasi untuk organisasi tersebut sehingga kedepannya masyarakat sipil akan lebih merasakan manfaat dari aktivitas KITA Institute. Ketiga, analisis ini menawarkan sudut pandang alternatif bagi Lembaga Swadaya Masyarakat di daerah lain, yang, tidak menutup kemungkinan, masih berfokus pada bidang dan isu yang sama seperti KITA Insitute.

Arah Gerak Kita Institute Skala Lokal dalam Dua Tahun Terakhir

Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) melanjutkan kerjasama dengan KITA Institute dalam upaya perlindungan terhadap perempuan  dan anak salah satunya pencegahan perdagangan orang pada Januari 2022.

Di tahun sebelumnya, KITA Institute sudah bekerjasama dengan DPPKBPPPA untuk mengawal "Desa model Anti Perdagangan Orang". Namun, perbedaannya di awal tahun 2022, komitmen yang terjalin lebih difokuskan untuk menjalankan maklumat Desa Anti Perdagangan Orang, titik fokusnya berada di Desa Jengkol, Kecamatan Garung.

Pada bulan berikutnya, tanggal 24 Februari 2022, diskusi melalui Zoom meeting terkait "Layanan Bantuan Hukum bagi Perempuan dan Anak" dilakukan oleh KITA Institute. Materi tersebut disampaikan oleh Helgah Dyah Vianinditasari dari YAPPIKA-ActionAid.

Maret, 2022, KITA Institute mengawal sebuah forum yang diadakan Pemerintah Desa Bumiroso, Watumalang, Wonosobo dalam "Forum Peduli Perempuan dan Anak" bersama PKK Desa dan Perangkat Desa. Forum tersebut dimaksudkan sebagai tempat pertemuan sejumlah organisasi perempuan supaya berkolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan.

Agenda menjelang penutup tahun 2022, di bulan Agustus, Forum Warga Wonosobo bersama KITA Institute berkolaborasi dalam upaya penyuluhan stunting di Kecamatan Wonosobo. Menurut data, Kecamatan Wonosobo merupakan daerah tertinggi setelah Kecamatan Kertek dan Watumalang. Kegiatan tersebut, KITA Institute dan Forum Warga Wonosobo melakukan kunjungan ke lembaga SC Klab Wonosobo, juga turut melibatkan Wali Murid dari SC Klab.

Permulaan Januari 2023, Forum Madani Wonsobo dan KITA Institute mengusulkan Perubahan Peraturan Bupati nomor 32 Tahun 2019. Kedua organisasi tersebut melakukan pengukuhan koordinasi untuk memperkuat advokasi dengan isu penguatan akses masyarakat terhadap Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin) dan Tabungan Ibu Bersalin (Tasolin). Kedua isu tersebut sengaja diangkat karena KITA Institute beralasan bahwa perhatian terhadap ibu bersalin itu sangat berpengaruh pada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal itu termasuk dukungan juga dari LSM KITA Institute terhadap program kesehatan yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Februari 2023, Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo membuka pelatihan bahasa isyarat bagi para pelayan kesehatan petugas puskesmas di Wonosobo. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan KITA Institute untuk memberikan pembekalan. Kegiatan tersebut diikuti oleh 15 perwakilan puskesmas di Kabupaten Wonosobo, sementara itu para instruktur didatangkan dari Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) Jawa Tengah.

Tanggal 4 Agustus, 2023, Forum Madani Wonosobo menggelar sosialisasi bersama KITA Institute di tingkat PAUD. Tujuannya untukpemahaman masyarakat, khususnya orang tua mengenai pentingnya pencegahan stunting melalui aspek gizi dan perawatan anak.

Kemudian sepanjang bulan September hingga Desember 2023, KITA Institute menggandeng Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pencepatann penanganan stunting lintas sector lewat program "Rembuk  Stunting Desa". Organisasi YAPPIKA-ActionAid juga menjadi volunteer dalam kegiatan tersebut. Terakhir, di bulan Desember agenda yang juga tak kalah penting dan progressif adalah upaya pencegahan pernikahan usia dini di Desa Lengkong bagi pemuda setempat.

 Hubungan KITA Institute dengan banyak jaringan yang dilakukan hampir bisa dikatakan berhasil dalam memberikan penguatan akses untuk perempuan dan anak di tingkat daerah. Ini menjadi jembatan publik dan masyarakat sipil untuk peningkatan kapasitas pemahaman mereka terhadap isu dan persoalan yang kini tengah dihadapi.

Bukan lagi kasus eksploitasi sumber daya manusia dan isu buruh imigran yang justru jadi kasus di tingkat daerah, melainkan kesadaran tentang tingginya stunting, pemberian asupan gizi untuk anak, penyaluran dana persalinan untuk ibu hamil, pengusulan perubahan peraturan kebijakan daerah dan kolektivitas sejumlah organisasi perempuan.

Kelebihan yang dimiliki KITA Institute dalam bidang dan kasus yang sejak 2015 telah ditangani punya peran yang signifikan untuk daerah lokal. Penyuluhan, pelatihan dan sosialisasi dengan target remaja atau para orang tua dinilai massif mengingat KITA Institute tidak berjuang sendiri.

Kelemahan LSM KITA Institute barangkali masih terletak pada Sumber Daya Manusia anggotanya. Kedua, peningkatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan anggota berpotensi dalam menyembarkan informasi kegiatan kepada masyarakat di tingkat Kabupaten. Masyarakat juga perlu mengetahui bahwa ada satu LSM di Wonosobo yang masih konsisten memberikan aksi dalam perjuangan hak-hak perempuan dan anak.

Kini, tantangan yang mustinya dihadapi KITA Institute adalah bagaimana Pemetintah Desa, Kecamatan hingga Kabupaten turut mendukung organisasi masyarakat, koperasi, atau bahkan lembaga swadaya masyarakat dengan mengelar kegiatan "turun" ke bawah. Artinya, bukan lagi mengatur persoalan-persoalan perempuan dan anak hanya melalui kebijakan dan peraturan yang disahkan, tetapi juga memberikan gambaran pemahaman. Utamanya kepada pelajar, remaja dan orang tua.

 Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dilakukan KITA Institute melalui literasi anak. Hal ini merupakan pencegahan TPPO yang dilakukan melalui konsep "Gerakan Literasi" dengan pemberdayaan di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Wonosobo.

 Kegiatan literasi tersebut berpusat di Rumah Baca KITA dan dilakukan setiap dua minggu sekali dari rumah ke rumah. Diikuti sebanyak 25 anak dengan dua kelas baca. Tak hanya kegiatan membaca, KITA Institute melakukan inovasi seperti kegiatan ekstrakulikuler menari, bernyanyi dan berkesenian.

Tujuan gerakan literasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, pembentukan karakter anak, kepekaan sosial dan peningkatan keterampilan.

KITA Institute dan Kelas Literasi Anak (kitainstitute.org)
KITA Institute dan Kelas Literasi Anak (kitainstitute.org)

 Gerakan Literasi ini sudah dilakukan sejak tahun 2017. Bisa dikatakan bahwa kegiatan tersebut memiliki perkembangan pesat dilihat dari jumlah anggota baca yang semakin banyak. Antusiasme dan konsistensi anak-anak untuk terus mengikuti kegiatan ini menjadi nilai positif serta menjadi penyemangat untuk mewujudkan perubahan.

Evaluasi

 Aktivitas KITA Institute dalam memperjuangkan pemberian akses untuk perempuan dan anak, advokasi kebijakan, gerakan literasi dan berbagai program yang dilakukan dengan kolaborasi banyak organisasi perempuan di Wonosobo menjadi sebuah alternative pikiran dan inspirasi bagi banyak organisasi lain di banyak daerah di Indonesia.

KITA Institute bisa dibayangkan sebagai LSM pelopor dalam pemberian akses dan penanganan persoalan yang menyangkut hak-hak perempuan dan anak sehingga anak muda dapat terinspirasi dan mencoba bergerak di bidang yang sama. Kelak, Kabupaten Wonosobo akan mengalami kemujuan dan permudahan penyelesaian persoalan krusial. Utamanya masalah stunting dan TPPO.

Penguatan advokasi kebijakan dengan pemerintah daerah seperti pengusulan Perubahan Peraturan Bupati nomor 32 Tahun 2019 tentang pemanfaatan, pengelola, mekanisme penggunaan, dan pertanggungjawaban sisa dana tabungan ibu bersalin dan penguatan advokasi isu penguatan akses masyarakat menjadi kekutan KITA Institute dalam memperjuangkan hak ibu bersalin dan bayi. Pencegahan tingginya angka kematian ibu dan bayi dilakukan melalui pengusulan perubahan perbup adalah langkah singnifikan yang dikawal dua elemen: masyarakat melalui KITA Institute dan Pemerintah Kabupaten.

Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pencepatann penanganan stunting lintas sector lewat program "Rembuk  Stunting Desa" turut dikawal KITA Institute sebagai penyataan peran pemerintah secara serius untuk menangani masalah stunting.

Dalam analisis ini, KITA Institute mencoba dikupas untuk diperlihatkan bagaimana hari ini, Lembaga Swadaya Masyarakat menjadi bukti kolektivitas antar masyarakat di mana kepedulian masih menjadi hal penting sebagai sesama manusia.

 Jadi, masihkah kita memiliki niat yang kuat, tenaga dan gagasan untuk kebermanfaatan orang banyak mulai dari skala terkecil? Mulailah dari diri sendiri. Ayo!


Justice Without Borders

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun