Namaku Ocha. Si gadis yang suka berimajinasi namun minim aksi. Setiap hari aku berkhayal menjadi sosok cendekiawan yang berpengaruh. Terkadang, aku juga membayangkan diriku menjadi seorang CEO perusahaan, Pengacara bahkan Menteri. Entahlah, aku sangat bahagia ketika membayangkan diriku berada di posisi itu. Namun, setelah kupikir-pikir kembali jika aku minim aksi, apapun tak akan terjadi. Imajinasiku hanyalah sebuah ilusi.
Tepat di kelas 3 Sma, aku dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa namaku terpampang menjadi peringkat pertama dengan nilai tertinggi dan menjadi siswa eligible di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Apakah aku senang? Tentu saja. Kupersiapkan semua data-data yang diperlukan untuk mendaftar. Kupilih Universitas Riau menjadi tujuan utamaku dan Hubungan Internasional menjadi harapanku.
Hari demi hari, minggu demi minggu pun berlalu. 28 Maret sudah sangat dekat. Ia akan datang secepatnya. Kuharap ia membawa hadiah dan kabar baik untukku. Aku pun melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ini adalah penentu apakah aku akan menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi yang kutuju, atau aku akan berjuang lebih untuk mengikuti Jalur tes? Hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
Akhirnya kuberanikan diriku membuka pengumuman seleksi itu. Jantungku kini berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Tak lama, kulihat hasil pengumuman itu. Warna merah pekat dengan tulisan dibawahnya pun refleks membuat kedua bola mataku membulat “Anda tidak lulus seleksi SNBP 2023. Masih ada kesempatan mendaftar dan mengikuti SNBT 2023 atau seleksi mandiri PTN”
Deg. Aku terduduk lemas dengan tatapan kosong yang menyiratkan keputusasaanku. Air mataku jatuh tanpa henti membuat kedua orang tuaku datang dan memelukku erat. Tak dibiarkannya aku putus asa karena kekalahan yang kuterima saat itu.
Setiap air mata yang jatuh adalah benih keberanian, setiap kecewa menjadi pondasi tekad yang lebih kokoh. Dari kekalahan, aku bangkit, dengan langkah yang lebih kuat, menantang dunia dengan semangat yang tak lagi mudah untuk pudar. Sebab aku tahu, jatuh bukanlah kegagalan, melainkan pijakan untuk terbang lebih tinggi.
Kuhadapi dunia yang mempertanyakan kemampuan dan kredibilitas. Kujawab semua pertanyaan terkait pengumuman seleksi itu. Ku kuatkan tekadku, kubulatkan tujuanku, dan kubangkitan semangat yang membara dari dalam diri ini.
Kumulai dengan berdoa dan menyusun rencana belajar persiapan SNBT. Kutanamkan di dalam diriku bahwa aku mampu, aku sanggup, aku bisa menghadapi semuanya. Kucari video pembelajaran dan pembahasan mengenai soal-soal prediksi yang akan muncul di ujian nanti.
Hari demi hari, minggu demi minggu pun berlalu. Akhirnya, hari yang kutunggu pun tiba. Aku akan menghadapi Ujian untuk Seleksi Nasional berbasis Test. Tepat pada pukul 10 pagi di tanggal 11 Mei 2023, aku pun memasuki ruangan ujian dengan langkah penuh harapan. Aku tahu itu akan sulit, tapi aku percaya bahwa Tuhan ada dan ia akan menolongku.
Kukerjakan dengan sungguh-sungguh dan kupahami tipe soal yang diujikan. Tak terasa dua jam pun berlalu dan ujian selesai. Aku pun menitikkan air mata sambil berdoa kembali untuk mengucapkan terima kasih atas kelancaran yang Tuhan berikan. Aku hanya bisa berusaha semampuku, namun selebihnya biar Tuhan yang menentukan. Kuingat sebuah kutipan yang sampai sekarang menjadi motto hidupku, Do your best, Let God do rest.
Aku pun segera keluar dari ruangan setelah mengucapkan terimakasih kepada para pengawas. Kulihat Ibuku yang sudah menunggu sejak tadi. Aku yakin, saat aku mengerjakan soal, ia tak henti-hentinya mendoakanku. Aku percaya doa Ibu akan menembus langit. Kupeluk hangat ibu, sekedar meringankan beban ujian yang kuhadapi tadi.