Mohon tunggu...
Rossalinda Lindarossa
Rossalinda Lindarossa Mohon Tunggu... Lainnya - Atlit

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik

sebuah studi sosiologi tentang makna memilih dan perilaku politik masyarakat dalam pemilihan

10 Desember 2024   16:05 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara umum, studi ini me- nyimpulkan bahwa makna berpolitik bagi warga desa yang
diwawancarai dalam studi ini menggambarkan pengalaman yang beragam sekaligus kompleks.
Pada dasarnya, tidak ada makna tunggal untuk setiap pengalaman yang diwakili oleh individu
yang berbeda itu. Setiap individu merepresentasikan cerita yang unik serta relevan untuk setiap
pengalaman yang diceritakan berdasarkan tema-tema yang berkembang selama wawancara.
Berikut ini dikemukakan lima kesimpulan dari masing-masing pembaha- san atas tema dan isu
yang relevan.

praktik money politics yang secara luas ditemukan dalam studi ini
menghasilkan satu fenomena baru, yang saya sebut dengan penjual adalah raja. Fenomena
penjual adalah raja yang merupakan kontras dari anggapan umum yang berlaku selama ini,
yaitu pembeli adalah raja, terjadi ketika pemilik suara yang menerima uang dari para kandidat
politik yang membeli suara merek praktiknya disebut dengan money politics justru memiliki
dan men- goperasikan kuasa sepenuhnya atas pilihan politiknya.

individu yang diwawancarai dalam studi ini menemukan pengalaman yang
sama sekali baru di saat mereka terlibat dalam pemilihan. Mereka merasa memiliki ke-
merdekaan yang penuh atas diri dan pilihan politik mereka. Sensasi ini meliputi perasaan
berkuasa, menjadi penting, dan dihargai sebuah pengalaman yang sepenuhnya baru sebagai
warga desa yang selama ini lebih sering diperlakukan dan ditempatkan sebagai objek kekuasaan
da ripada sebagai subjek yang merdeka.

dapat dikatakan bahwa terdapat respon yang berbeda untuk masing-masing
pemilihan. Pemilihan kepala desa menghasilkan pengalaman yang paling intensif bagi individu
yang diwawancarai dalam studi ini. Mereka merasa bahwa secara emosional mereka terlibat
secara lebih dalam dan langsung dibandingkan semua pemilihan yang lain. Dalam hal pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden, studi ini menemukan bahwa pada umumnya individu menjadi
lebih ideologis daripada transaksional. Sebaliknya, dalam pemilihan Gubernur, respon individu
pada umumnya lebih cair karena kedua kan-didat Gubernur adalah sama-sama warga Nahdliyin.
Studi ini menemukan bahwa informan perempuan pada umumnya lebih memiliki militansi
untuk mendukung pasangan Khofifah-Emil Dardak.
Pemilihan legislatif untuk DPRD Gresik dan Provinsi Jawa Timur, pilihan individu
sangat beragam dan tidak terlalu mengikuti pertimbangan ideologis. Dalam kedua pemilihan ini,
individu pada umumnya memiliki kecenderungan untuk lebih transaksional sekaligus lebih rumit
dan cair, daripada memiliki pola yang jelas. Di antara yang lain kombinasi dari kedekatan dengan
tim sukses, kharisma kandidat, dan pilihan orang-orang di sekitar kehidupan mereka, merupakan
elemen-elemen penting yang mendasari pilihan politik mereka dalam pemilihan anggota
legislatif tingkat kabupaten dan provinsi.Individu memiliki hubungan yang paling longgar dan kurang terikat dengan para
kandidat anggota legislatif di tingkat pusat. Selain karena kurang mengenal para kandidatnya,
mereka juga merasa bahwa politik nasional adalah sesuatu yang berada jauh dari kehidupan
mereka sehari hari, dan peristiwanya di luar jangkauan untuk mereka pahami dan pengaruhi.

terdapat signifikansi pengaruh memilih yang berasal dari keluarga, kelompok,
dan perangkat desa. Di tingkat keluarga, pengaruh yang berasal dari pasangan hidup, dalam hal
ini istri atau suami, serta orang tua perempuan atau ibu mendominasi pilihan individu. Sementara
itu, studi ini menemukan tiadanya pengaruh yang berarti yang berasal dari kelompok sosial
terhadap mana individu menjadi anggotanya, seperti pada Karang Taruna atau kelompok
muslimat NU, Pengaruh perangkat desa, juga tidak sedominan seperti pada masa Orde Baru.
Pada umumnya anggota perangkat desa memainkan peran pengaruhnya secara diam-diam dan
berhati-hati.

atau terakhir, walau- pun dalam berbagai peristiwa, pilihan individu berbeda
dengan orang-orang di sekitar kehidupan mereka, studi ini menemukan bahwa ihwal itu tidak
memiliki implikasi yang serius dalam relasi sosial mereka. Saling mengolok-olok atau
menyampaikan sindiran adalah ekspresi yang paling umum ditemukan di antara individu yang
memiliki preferensi politik yang berbeda. Hal yang menarik adalah warga desa juga
memanfaatkan media sosial dalam mengekpresikan pilihan politiknya. Pada umnya relasi sosial
di antara warga desa kembali berlangsung seperti sedia kala seiring dengan berakhirnya Perhelatan pemilihan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun