Judul Buku    : Ketika Sejarah Berseragam : Membongkar Ideologi dalam Menyusun Sejarah Indonesia
Penulis       : Katharine E. McGregor
Penerbit      : Syarikat
Tahun Terbit : 2008
Tebal Buku   : xxvii + 459 halaman
Indonesia memiliki sejarah militerisasi yang kuat pada tahun 1960an, masa tersebut biasa dikenal dengan orde baru. Masa orde baru dapat dikatakan sebagai sejarah pemerintahan otoriter saat itu karena kebebasan berpendapat benar-benar dibatasi, siapapun yang lantam menyuarakan pendapatnya akan menghilang. Selain itu, peranan Soeharto sebagai jenderal TNI benar-benar berpengaruh bagi rakyat Indonesia pasca kejadian penumpasan PKI, Soeharto dianggap sebagai pahlawan atas jasanya menjaga keutuhan NKRI. Namun lambat laun, kekuatan militerisasi tersebut digunakan sebagai propaganda dan doktrin yang melekat pada masyarakat hingga saat ini.
Buku karya Katharine McGregor adalah sebuah penjelasan mengenai historiografi masa orde baru. Banyaknya narasi sejarah pada orde baru merupakan upaya legitimasi atas kekuasaan dan pelanggengan kekuasaan yang penuh dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Model historiografi orde baru mirip dengan penulisan babad yang identik dengan kisah-kisah mengagumkan penguasa.
Buku ini dapat digunakan sebagai sumber alternatif bagi siapapun yang ingin mengetahui atau bahkan masih belum mengenal seluk beluk dari orde baru. Dapat dikatakan demikian bahwa dalam buku ini disebutkan seorang tokoh yang berkontribusi dalam memimpin narasi sejarah orde baru yaitu Nugroho Notosusanto. Beliau merupakan dosen sejarah militer di Universitas Indonesia, dan juga menjabat sebagai kepala pusat sejarah ABRI. Kontribusinya saat itu sebagai pengajar adalah mengajarkan dan menanamkan semangat nasionalisme melalui kebesaran jasa Soeharto terhadap Indonesia.
Bab 2 dalam buku ini berfokus menyeritakan perjalanan hidup mengenai Notosusanto dan sepak terjangnya terhadap sejarah militer. Di dalam buku dijelaskan bahwa semasa hidupnya beliau telah menerima ajaran-ajaran militer sejak kecil bahkan ikut serta dalam perang fisik kemerdekaan, serta menempuh kuliah di jurusan ilmu sejarah. Perjalanan pengalaman membawa beliau sebagai kepala pusat sejarah ABRI, dengan jabatannya itu pula beliau telah membuat sebuah buku yang berjudul "Sejarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia" dari tulisannya yang terdapat dalam buku itu menunjukan bahwa beliau orang nasionalis yang mengagungkan peran militer dalam mempertahankan kemerdekaan.
Kemudian pada bab 3 "Sejarah untuk Membela Rezim Orde Baru" dijelaskan tentang usaha Notosusanto dalam melancarkan legitimasi kekuasaan dengan dilakukannya penerbitan buku berjudul "40 Hari Kegagalan G-30-S" buku terbitan Notosusanto memperlihatkan sekali lagi mengenai propaganda keberhasilan militer angkatan darat dalam upaya penumpasan PKI. Tidak hanya itu, semasa beliau menjabat sebagai Kepala pusat sejarah ABRI dibangunlah monument lubang buaya dan musuem Pancasila Sakti sebagai peringatan peristiwa G30S/PKI, bahkan telah dibuatkan film dokumenter tentang kekejaman G30S/PKI yang diputar setiap tanggal 30 September. Kontribusi Notosusanto dalam sejarah Indonesia sangat terlihat melalui doktrin yang beliau sebarkan di setiap lapisan masyarakat. Sebenarnya banyak pula buku yang diterbitkan oleh beliau, beberapa yang dikenal masyarakat adalah buku "Sejarah Nasional Indonesia". Buku tersebut biasa digunakan oleh anak-anak sekolah. Historiografi yang dilakukan Notosusanto memperlihatkan bahwa PKI merupakan tokoh antagonis di sejarah bangsa, dalam buku "Sejarah Nasional Indonesia" yang juga terbitan milik Notosusanto dituliskan tentang ABRI memiliki tugas untuk mengingatkan anak bangsa bahwa PKI adalah musuh utama Indonesia yang mengancam ideologi dan persatuan bangsa Indonesia.Â
Buku milik Katharine ini merupakan buku yang menarik dibaca sebab dalam buku ini diungkap mengenai fakta sejarah yang tidak banyak orang ketahui ibaratnya seperti membuka tirai lama yang memang sengaja ditutup oleh oknum tertentu. Menariknya adalah sejarah alternatif dapat dijadikan acuan untuk membongkar tindakan penguasa kala itu tentang propaganda yang digaung-gaungkan pada rezim orde baru. Pengemasan tulisan buku ini sangatlah baik terutama dalam menjelaskan historiografi Indonesia pada orde baru. Dari buku ini juga didapat kesimpulan bahwa sejarah ditulis oleh pemenang dan dapat pula dijadikan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan.