Di dalam literatur orang Tiongkok, ada sebuah kata “Weiji” yang artinya Krisis. Kata ini terdiri dari kata “Wei” yang artinya “bahaya” dan “Ji” yang berarti “peluang”. Setiap ada kesulitan pasti ada peluang. Tinggal bagaimana kita bisa keluar dari krisis, untuk tetap positif dan mencoba mengakap setiap peluang yang terbuka.
Sebagai generasi milenial, untuk sebagian karyawan yang ketika pemerintah menerapkan aturan bekerja dari rumah, unpaid atau pemutusan kerja dari perusahaan kita bisa beradaptasi dengan menggunakan aneka macam suguhan teknologi dan inovasi yang telah tersedia luas. Tinggal maukah kita?!
Kita sehrusnya bisa menangkap peluang gerakan ekonomi ditengah masyarakat sekarang, dengan membeli produk saudara sekitar, membeli dari teman sendiri, dan mereka akan membeli produk jualan kita, endorse secara gratis melalui sosial media masing-masing.
Dengan jumlah pertemanan online yang tidak sedikit itu, artinya potensi status atau endorse akan dibaca banyak orang sangat besar. Baik akun teman yang menjadi penjual maupun akun teman yang potensial menjadi pembeli. Free promosi!
Atau akun teman yang menjadi penjual tinggal menawarkan produk dagangannya di kolom komentar. Sedangkan akun teman yang potensial menjadi pembeli ketika menemukan produk yang sedang dibutuhkan tinggal melakukan komunikasi kepada akun penjual yang sudah menawarkan produk dagangannya di kolom komentar, dan seterusnya.
Kita bisa membayangkan, kalau kemudian ribuan atau bahkan jutaan karyawan karyawan yang dalam masa unpaid ini melakukan hal yang sama, saling berbagi informasi dan saling mendukung satu sama lain. Maka paling tidak bisa berpengaruh terhadap terjadinya aktivitas transaksi jual beli barang kebutuhan secara online. Uang bergerak, ekonomi UMKM bergerak.
Memang dibutuhkan ketulusan terutama rasa empati kepada sesama di masa yang serba sulit seperti saat ini, selain itu dibutuhkan sikap senang ketika melihat dagangan teman laku, bukan sebaliknya.
Mari dalam situasi yang mulai serba sulit ini, kita seharusnya saling berbagi, saling mendukung, dan saling menguatkan satu sama lain. Mari tanamkan dalam diri kita sikap senang ketika melihat orang lain senang, dan susah ketika melihat orang lain susah, bukan sebaliknya.
Kita bisa belajar dari salah satu founding father, penguasa Dubai yang telah mangkat, salah satu wilayah emirati yang Sheikh Rashid bin Saeed al Maktoum bertanggung jawab atas transformasi Dubai dari sekelompok kecil pemukiman di dekat Sungai atau creek, dengan salah satu visinya, "My grandfather rode a camel, my father rode a camel, I drive a Mercedes, my son drives a Land Rover, his son will drive a Land Rover, but his son will ride a camel" tercermin keprihatinannya bahwa minyak Dubai, yang ditemukan pada 1966 dan yang mulai berproduksi pada 1969, akan habis dalam beberapa generasi. Karena itu ia bekerja untuk mengembangkan ekonomi Dubai sehingga dapat bertahan hidup setelah produksi minyak berakhir, dan merupakan kekuatan pendorong di belakang sejumlah proyek infrastruktur utama untuk mempromosikan Dubai menjadi kota pelabuhan modern dan pusat komersial dan pariwisata dunia. Yang kemudian dilanjutkan oleh putranya .
“Most people talk; we do things. They plan; we achieve. They hesitate; we move ahead. We are living proof that when human beings have the courage and commitment to transform a dream into reality, there is nothing that can stop them.” Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Stay healthy and be well. Tetap semangat!