Mohon tunggu...
RHP
RHP Mohon Tunggu... Lainnya - a thruth seeker

Dadio Wiji Seng Keri Jowo digowo Arab digarap Barat diruwat fascinated by gadgets|current affairs enthusiast|Singapore & Dubai livin'|grand old city Jogja, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Bangkit dan Beli Dagangan Saudara serta Teman Sekitar

2 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 2 Mei 2020   08:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


“Setiap yang hidup harus makan, yang dimakan hasil kerja, jika tidak bekerja, tidak makan, jika tidak makan pasti mati. Inilah undang-undangnya hidup. Mau tidak mau semua makhluk harus menerima undang-undang ini.” (Bung Karno).

 Sekilas setelah baca di harian surat kabar lokal saya semakin trenyuh, Menurut data Diskop UKM Nakertrans Kota Yogyakarta, dari 227 perusahaan yang melaporkan, sebanyak 7.510 karyawan di PHK dan di rumahkan. 

Dari 7.510 karyawan yang di-PHK dan dirumahkan tersebut, ada 1.488 karyawan asal Kota Yogyakarta yang dirumahkan dan di-PHK. Sebanyak 1.426 karyawan dirumahkan, sedangkan 62 lainnya di PHK. Sedangkan jika dilihat dari kategori perusahaan, perhotelan merupakan perusahaan yang paling banyak terdampak, yaitu sebanyak 101 perusahaan. 

Sebelumnya, PHRI DIY mendata 80 persen Hotel dan Restoran di Yogyakarta tidak beroperasi dan terpaksa memberikan cuti tak berbayar bagi karyawannya. Hal itu karena Hotel dan Restoran terbebani dengan biaya operasional yang terus membengkak. 

Selain hotel, kategori yang terdampak lain adalah perdagangan, mencapai 46 perusahaan, disusul kategori jasa sebanyak 30 perusahaan, dan restoran sebanyak 22 perusahaan. (Tribun Jogja)

Ekonomi mulai sulit, sebagian besar aktivitas transaksi jual beli terhalang aturan pembatasan social distancing atau interaksi sosial. Penjual dan pembeli tidak bisa bertemu karena selain rasa khawatir tertular dan untuk langkah memutus mata rantai virus covid 19 kini belanja online seakan menjadi prioritas bagi semua orang untuk memenuhi kebutuhan primer disaat pemerintah juga belum mampu memberi hak paling dasar kebutuhan warganya yakni pangan.

Permintaan belanja makanan atau kuliner dengan metode online masih ada transaksi atau bahkan menggeliat, meskipun trend juga agak naik turun karena orang-orang lebih banyak di rumah sehingga punya lebih banyak waktu untuk membuat makanan sendiri.

Sayapun kembali bersemangat ketika beberapa pekan terakhir melihat geliat teman teman yang terimbas tersebut tidak putus semangat, teman teman yang berusaha tetap survive dengan berjualan sayur online, teman teman yang mulai menawarkan dan belajar berwira usaha membuka usaha makanan, desert, bahkan ada yang beralih fungsi menjadi agen jasa titip, begitu masif menawarkan dan menjual produk-produk mereka.

Istri saya sendiri sebagai pelaku usaha katering makanan untuk berbagai acara yang diikuti banyak orang, menajdi pilihan pemkot dan beberapa instansi penting lainnya kini juga semakin menggeliat usahanya. 

Puji syukur, alhamdulillah, itu terjadi akibat diberlakukannya aturan jaga jarak interaksi sosial atau dan pengurangan karyawan sehingga beberapa kliennya lebih mengambil langkah aman yaitu mengambil paket katering yang tinggal makan saja untuk menghindari beberapa hal yang dikhawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun