"Seandainya prasangkamu itu benar pun, aku tidak takut! Karena mulai detik ini aku sudah bertekad untuk mendapatkannya, puas?!" tegas suara Violetta bersamaan dengan tangannya yang menyelesaikan salinan di papan tulis. Dihempaskannya pulpen di tangannya ke atas meja dengan kasar, lalu membuang muka ke samping. Eh..., malah tatapannya bertemu dengan mata Brian yang entah sejak kapan sudah mengawasinya. Rona wajah Violetta langsung memerah. Semula hendak marah, jadi merasa malu. Apakah Brian mendengar kata-katanya barusan? Mungkinkah volume suaranya jadi agak keras karena emosi tadi? Gawat, berarti Brian sudah mendengar percakapannya dengan Josh tadi?
"Ada yang membuatmu tidak senang?" pertanyaan Brian yang spontan membuat Violetta terhenyak.
"Ah, tidak!" Violetta menjawab gugup. Dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya yang sedang bersemu merah dari pandangan Brian. Sorot mata Brian begitu tajam dirasakannya, seolah-olah ingin mengoyaki isi hatinya. Apakah dikarenakan Brian mendengar kata-kata Josh tadi, dan sekarang ia merasa marah? Salah mereka juga, kenapa harus bicara hal seperti ini di saat Brian ada di dekat mereka?
"Kalau ada yang sengaja membuatmu marah, sudah seharusnya diberi pelajaran," ucap Brian seenaknya.
Josh yang merasa tersindir oleh kata-kata Brian, spontan bangkit dari duduknya, sorot matanya tak senang menatap Brian dan suaranya terdengar keras, "Hati-hati kalau bicara ya! Kau ini orang baru! Sombong sekali!"
Brian tersenyum dikit, dingin dan sinis. Melihat reaksi Brian itu, Josh bertambah emosi. "Memangnya kamu hebat!"
"Sudahlah, Josh..., sudah!" Violetta menarik tangan Josh supaya duduk kembali. Mata Violetta yang menatap Josh seolah memerintahkannya untuk tidak lagi bertikai.
"Iya, Josh, tidak ada yang ingin berebutan Violetta denganmu!" Seorang siswa perempuan ikut menimpali, seolah ingin memanasi Josh.
"Iya, Josh, aku mendukungmu. Kalau ada yang sengaja ingin berebutan Violetta denganmu, sudah seharusnya diberi pelajaran," kata-kata Brian dibalikkan kembali oleh salah seorang siswa laki-laki yang duduk di depan Josh.
Biran melihatnya sekilas. Siswa laki-laki yang duduk di depan Josh itu bertubuh tinggi besar dan bersikap menantang. Nada suaranya terdengar mengancam. Ia adalah Ted, teman sekelompok Josh. Jadi sudah tentu ia membela Josh.
"Sudah! Sudah! Sudah cukup belum?!" Nada suara Violetta terdengar agak marah. Beberapa orang siswa memang sedang memperhatikan mereka, seolah ingin mengetahui kelanjutan pertikaian itu. Kebetulan guru yang mencatat jadwal pelajaran di papan tulis tadi sedang keluar kelas, jadi mereka lebih bebas.