Bercocok Tanam
Sebagian orang suka bercocok tanam, sebagian lagi tidak. Sebagian orang suka mengaduk tanah, bercampur dengan tanah atau hanya menyentuh daratan serta permukaan tanah, sebagian yang lain malah anti bersentuhan dengan tanah.Â
Alasan ini tentu masuk akal, karena tanah itu mungkin sebagian menganggap kotor, sumber telur cacing dan sebagainya. Dewasa ini mungkin 1 dari 10 anak muda belum tentu mau bersentuhan dengan tanah dan mengaduk-aduknya apalagi bercocok tanam.
Bercocok tanam bisa saja adalah bentuk turunan genetika dari ayah dan ibu, hanya sekadar pelarian atau bisa juga benaran hobby.Â
Saya dan kakak saya salah satu dari dua orang yang suka mengaduk-ngaduk tanah, bertanam dan memanen hasil buahnya. Entah kami merupakan keturunan petani, mungkin juga ya. Tapi yang jelas saya dan kakak suka sekali "kapesoh-pesoh" di sekitar pekarangan rumah.Â
Terkadang kami sampai lupa makan atau jam waktu istirahat karena saking bersemangatnya berkapeseh-kapesoh di pekarangan rumah. Setiap sudut menjadi tempat petualangan bertanam dan berkreasi. Setiap sudut menjadi inspirasi dan ada kehidupan yang membawa kami selalu bernostagia dalam melakukannya.
Kakak saya selalu menyempatkan diri sepulang bekerja terkadang selepas Zhuhur atau ada kegiatan tambahan menjadi setelah ba'da Ashar. Si Kakak membawa kedong (sabit kecil/tajak) dan menghilang. Setelah dipanggil-panggil ntar terdengar sahutan beliau di salah satu pojok pekarangan. " lagi apa kakak?" apalagi kalau bukan sedang berkapeseh-pesoh dengan tanaman dan tanah.
Kakak bilang ini membuatnya lupa akan masalah yang dialaminya di tempat kerja. Bahkan capek balik bekerja juga lenyap karena ditelan tanah dan tanaman. Yang tinggal hanyalah aroma dedaunan yang seolah memberi terapi kesehatan.
Hasilnya? lingkungan pekarangan kakak menjadi asri, bersih dan sejuk bebas dari gulma. Di sudut-sudut ada bunga, ada pohon mangga, ada juga tumbuhan cabe, pepaya, rimbang yang lebat, terong dan kunyit serta sereh. Lengkap-kap.Â
Saya kalau main ke tempat kakak pulangnya selalu sarat dengan hasil bumi. Panen raya selalu. Ada seperempat kilo terong, cabe rawit, seikat sayur bayam dan daun singkong dan isinya, pepaya muda daun dan bunganya. Tebu, buah Jambu,, apa lagi?"...
Pekarangan Rumah
Entah kenapa, saya sedari kecil selalu menghayal punya rumah yang luas pekarangan, halaman dan tanah untuk berkebun. Saya selalu menyukai tanah dan bersentuhan dengan tanah adalah sebuah kebahagiaan bagi saya.Â
Pekarangan yang luas maupun sempit sebenarnya tidak akan menghambat untuk menanam atau bercocok tanam dengan tumbuhan favorit kita. Apalagi sekarang sudah banyak budidaya tumbuhan dengan kecanggihan teknologi sehingga ada kebun virtual atau pekarangan fiktif,, hehe..