Mohon tunggu...
Rose Marz
Rose Marz Mohon Tunggu... Tutor - Unlimited Love Edition :) Kesederhanaan dalam Kebersamaan Itu Penting Bacalah, Menulislah, Bacalah, Tuliskan, maka itu akan mengantarkan ke depan pintu-pintu gerbang kebahagiaan hidup sepanjang hayat

Alumni SMAN 7 Padang Alumni FBBS UNP Guru Motivator Literasi 2021 Guru Penggerak 2023 Pld (Penggerak Literasi Daerah) 2024 Kota Padang Keep Writing On ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bercocok Tanam di Pekarangan Rumah, antara Pelarian dan Hobby

4 Februari 2024   13:54 Diperbarui: 4 Februari 2024   15:29 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pangan lokal. Rose Marz pict

Bercocok Tanam

Sebagian orang suka bercocok tanam, sebagian lagi tidak. Sebagian orang suka mengaduk tanah, bercampur dengan tanah atau hanya menyentuh daratan serta permukaan tanah, sebagian yang lain malah anti bersentuhan dengan tanah. 

Alasan ini tentu masuk akal, karena tanah itu mungkin sebagian menganggap kotor, sumber telur cacing dan sebagainya. Dewasa ini mungkin 1 dari 10 anak muda belum tentu mau bersentuhan dengan tanah dan mengaduk-aduknya apalagi bercocok tanam.

Bercocok tanam bisa saja adalah bentuk turunan genetika dari ayah dan ibu, hanya sekadar pelarian atau bisa juga benaran hobby. 

Saya dan kakak saya salah satu dari dua orang yang suka mengaduk-ngaduk tanah, bertanam dan memanen hasil buahnya. Entah kami merupakan keturunan petani, mungkin juga ya. Tapi yang jelas saya dan kakak suka sekali "kapesoh-pesoh" di sekitar pekarangan rumah. 

Terkadang kami sampai lupa makan atau jam waktu istirahat karena saking bersemangatnya berkapeseh-kapesoh di pekarangan rumah. Setiap sudut menjadi tempat petualangan bertanam dan berkreasi. Setiap sudut menjadi inspirasi dan ada kehidupan yang membawa kami selalu bernostagia dalam melakukannya.

Kakak saya selalu menyempatkan diri sepulang bekerja terkadang selepas Zhuhur atau ada kegiatan tambahan menjadi setelah ba'da Ashar. Si Kakak membawa kedong (sabit kecil/tajak) dan menghilang. Setelah dipanggil-panggil ntar terdengar sahutan beliau di salah satu pojok pekarangan. " lagi apa kakak?" apalagi kalau bukan sedang berkapeseh-pesoh dengan tanaman dan tanah.

Kakak bilang ini membuatnya lupa akan masalah yang dialaminya di tempat kerja. Bahkan capek balik bekerja juga lenyap karena ditelan tanah dan tanaman. Yang tinggal hanyalah aroma dedaunan yang seolah memberi terapi kesehatan.

Hasilnya? lingkungan pekarangan kakak menjadi asri, bersih dan sejuk bebas dari gulma. Di sudut-sudut ada bunga, ada pohon mangga, ada juga tumbuhan cabe, pepaya, rimbang yang lebat, terong dan kunyit serta sereh. Lengkap-kap. 

Saya kalau main ke tempat kakak pulangnya selalu sarat dengan hasil bumi. Panen raya selalu. Ada seperempat kilo terong, cabe rawit, seikat sayur bayam dan daun singkong dan isinya, pepaya muda daun dan bunganya. Tebu, buah Jambu,, apa lagi?"...

Pekarangan Rumah

Entah kenapa, saya sedari kecil selalu menghayal punya rumah yang luas pekarangan, halaman dan tanah untuk berkebun. Saya selalu menyukai tanah dan bersentuhan dengan tanah adalah sebuah kebahagiaan bagi saya. 

Pekarangan yang luas maupun sempit sebenarnya tidak akan menghambat untuk menanam atau bercocok tanam dengan tumbuhan favorit kita. Apalagi sekarang sudah banyak budidaya tumbuhan dengan kecanggihan teknologi sehingga ada kebun virtual atau pekarangan fiktif,, hehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun