Tujuh lima belas, saya sudah lengkap dengan atribut penangkal hujan saya, heh maksudnya pakai mantel hujan. Diiringi Bissmillah saya dorong si  bontot maxi itu keluar rumah.Â
Lalu dengan hati yang mantap kami melaju di jalanan aspal yang terlihat lebih hitam dan licin karena sudah bergelut dengan hujan sejak kamis malam.
Wao,, di pagi jum'at gelap yang basah itu saya malah kaget lagi, dalam pikiran, saya bisa pacu kendaraan karena pasti suasana jalanan sepi karena hujan.Â
Biasanya kan begitu ya? orang cendrung tidak beraktifitas dan lebih memilih diam di rumah kalau hujan, namun sekarang saya malah menemukan hal yang sebaliknya.Â
Saya malah terjebak macet di jalanan. Alhasil di tengah hujan tersebut, kendaraan berjalan terseok-seok mencari celah di antara angkot orange, biru, ungu, taxi maxim online, gojek, mobil dinas dan Bus trans.Â
Hah, udah hujan, macet lagi, sungguh ujian berat di pagi jum'at itu khusus bagi saya yang biasanya senyum-senyum manis saja di rumah satu hari full....
Working on
Setibanya di tempat kerja, setelah mendapat tempat parkir yang berteduh, saya cepat-cepat masuk ruangan dengan kedua tangan full tentengan, kabel charger, Â notebook, air minum, kantong plastik baju, buku handbook and so on..
Ketika saya masuk, mengucapkan salam, saya menoleh ke kanan tempat ruangan kerja Ibu Nofi, beliau standby duduk di belakang layar, working on, menoleh ke kiri ada ruangan Pak Hakil, beliau juga standby di belakang layar. Â
Wah-wah cuma saya yang belum,, cepat-cepat saya juga be ready to work dan standby juga di belakang meja kerja.
Siang menjelang, azan menggema di Masjid dekat simpang, menandakan waktu shalat Jum'at untuk kaum Pria Muslim untuk menunaikan shalat berjama'ah hari Jum'at agar segera bersiap dan datang ke Masjid.
Bunda Nofi orang pertama yang saya ajak nulis di kompasiana
Karena ada yang saya mau tanyakan seputar Job desk, maka saya datangi meja Ibu Nofita, Bunda Nofi atau Epi sapaan akrab beliau.Â