Setelah sekian jam pembelajaran berlangsung dan sampai di ending kegiatan ternyata peserta didik tidak bisa dan gagap dalam memberikan kesimpulan atau pendapat apapun terhadap apa yang mereka pelajari, sebagai guru pasti merasa sedih.Â
Sudah begitu lama poses pembelajaran berjalan dan endingnya zero!Â
Malah ada kegiatan pembelajaran yang tanpa penutup sama sekali, siswa tidak diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah mereka alami, karena waktu yang tidak cukup, atau terdesak waktu pulang dan alasan lainnya yang mendadak terjadi waktu itu!Â
What a pity, Sayang sekali.Â
Anak-anak tidak diberi ruang atau waktu untuk mencerna apa yang telah masuk ke kepala mereka tadi. Anak-anak menjadi mengalami hari yang berat untuk itu, belajar jadi tidak berkesan. Mereka mendapatkan pengalaman belajar yang buruk dan menyedihkan!
Apakah Bapak Ibu Guru hebat mengalami seperti kasus di atas? Apa yang Bapak Ibu lakukan untuk menjawab permasalahan tersebut?
Kesimpulannya adalah kegagalan pembelajaran, kegagalan melakukan refleksi adalah karena kegagalan dalam bagaimana menyajikan pelajaran.
Ibarat orang mau makan "di atas meja ada nasi, nasinya sudah dingin, airnya panas, sayurnya tidak ada. Lauknya keras tanpa ada sambal. Piring dan kobokan terletak di bawah meja masih dalam keadaan kotor. Â Ada sambal cabe colek masak setengah matang tidak terasa garam".
Orang sudah dipersilakan untuk makan.
Bisa dibayangkan setelah makan bagaimana wajah orang yang makan? Bisakah mereka berkata-kata?
Jawabannya pasti tidak. Orang tersebut hanya bisa menelan dan menahan kata-kata kekecewaan di dalam hatinya.
Seperti itulah kira-kira gambaran hasil dari penyajian pembelajaran kelas yang buruk.
Refleksi, kegiatan pamungkas di setiap pembelajaran
Refleksi
Menurut kamus bahasa Indonesia refleksi adalah pantulan atau kemauan di luar kesadaran sebagai jawaban dari suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar