Stoicism, paham ketangguhan jiwa si pembelajar yang bangkit dari titik nol
Pernahkah  merasakan kiamat dalam hidup anda? di saat anda merasa patah dan tidak sanggup untuk berdiri, melanjutkan angan dan mimpi terindah? Di saat dunia terasa gelap dan langit turun runtuh menyekap kepala dan membungkus seluruh tubuh, tidak bisa bernafas.Â
Kepala terasa berat dan leher tidak mampu menyangga lagi. Anda tidak mampu tegakkan kepala menatap ke depan.
Semua yang anda lihat terasa mencibir dan mentertawakan. Tidak ada teman. Mata menjadi nanar dan tidak mampu melihat secercah cahaya apapun. Semua gelap. Gelap gulita. Otak anda tidak bisa berpikir. Anda lumpuh.Â
Seluruh panca indera terasa mati. Di saat demikian anda hanya berharap segera lenyap, dan hilang seluruh rasa sakit.
Anda sedang menghadapi kiamat sendiri. Anda berada di titik terendah dalam hidup. Titik nol, yang mana anda jika ingin meneruskan kehidupan, anda berpikir  ada perlu banyak uang, tenaga untuk dapat  tegakkan kembali kepala, melihat ke depan dan teruskan kehidupan.Â
Ketika masalah begitu berat, begitu hebat menimpa, anda ingin menyerah dan merasa tidak sanggup memikulnya.
Anda merasa dunia anda kiamat, dunia anda telah berakhir. Anda merasa kehidupan anda mungkin hanya sampai di sini. Anda telah sampai di titik keputusasaan. Ya pasti, akan ada waktu itu tiba, semua orang pasti  akan menjumpai titik itu. Jika jawabannya belum, bersyukurlah dan bersiaplah.
Namun di sini bukanlah membahas beberapa persiapan yang anda harus lakukan  jika suatu hari anda dihadapkan dengan pilihan sulit, masalah berat yang membuat anda merasa dunia anda gelap atau kiamat. Bukan.
Di sini hanya ingin sedikit menjelaskan bahwa ada banyak orang hebat yang telah lahir dan bangkit dari dunianya yang terasa kiamat, ada banyak orang di luar sana yang berhasil maju meneruskan kehidupannya menjadi penuh kejayaan di saat dia berusaha tegak berdiri dan keluar dari dunia kiamatnya.
Sedemikian banyaknya orang-orang tersebut sehingga menjadilah sebuah pergerakan atau aliran. Yang mana aliran tersebut disebut dengan Stoicism.
Apa itu Stoicism?
Dikutip dari www.urbanjabar.com stoicism adalah orang-orang yang belajar tidak pantang menyerah meski diri atau situasi yang dihadapi saat itu adalah ada/berada di titik terendah atau nol.
Dengan ketenangan, ketangguhan dan juga kestabilan emosi dalam menghadapi permasalahan hidup yang tumpang tindih dan acak, kehidupan yang tidak adil dan jahat. Maka terbentuklah pribadi stoic.
Stoic muncul karena keinginan untuk bertahan dan pantang menyerah, harapan yang kuat untuk mewujudkan mimpi dan terus memperbaiki kehidupan untuk menjadi lebih baik.
Asal muasal Stoicism
Stoicism berkembang pada awalnya di Yunani kuno kemudian melebar ke Romawi kuno, yang pengikut filosofi ini terus meluas dan bertambah banyak dari berbagai kalangan dari kaisar sampai budak dan terus berlanjut menjadi semakin terkenal sampai sekarang
Orang-orang stoicism yang tercatat dalam sejarah antara lain adalah Zeno of Citium (332-362 BC) yang mendapat kemalangan karena bencana alam yang melanda sehingga kapal dan seluruh harta benda di dalamnya tenggelam dan musnah.Â
Zeno susah payah bangkit belajar bagaimana menghilangkan rasa frustasi dari dalam pikirannya dan berusaha sekuat tenaga melanjutkan hidup.
Setelah Zeno adalah Epictetus (55-135 BC) dia merupakan seorang budak yang seluruh hidupnya habis dalam kurungan/penjara. Stoicism terus dilanjutkan oleh Seneca (4 BC-35 AD) merupakan seorang politikus Roma, kehidupannya bangkrut dan diasingkan.Â
Stoic berikutnya yang terkenal yaitu Marqus Aurelius (121-180 AD) 19 tahun memimpin perang-perang besar dan kehilangan anak-anaknya. Bapak Frederick the great, Montaigne, George Washington, Thomas Jefferson, Adam Smith, Jhon Stuart Mill dan nama nama inspirator dunia lainnya.
Kenapa paham Stoic terus berkembang?
Karena seorang yang belajar ilmu filosofi Stoicism adalah seorang yang memiliki filosofi hidup pantang menyerah, tidak tergoyahkan, tangguh dalam melawan perasaan, pikiran negatif yang selalu muncul karena mengalami kejadian yang tidak menyenangkan di masa lalu, atau saat sekarang sedang menghadapi permasalahan dan kesusahan hidup yang berat.
Pribadi stoic
Stoic adalah seorang yang tenang dalam menghadapi hiruk pikuk dan tragedi yang terjadi di setiap babak kehidupan yang dilewatinya, tenang dalam menghadapi ketidakadilan yang ditemui dalam perjalanan hidup, tidak ada keluhan yang ada hanya jiwa pejuang (strunggler-pantang menyerah).Â
Stoic berani menghadapi ketakutan yang tumbuh dalam diri dan menghadapi dengan sebaik-baiknya. Stoic berani menghadapi permasalahan/kenyataan dengan tidak menyalahkan siapapun-apapun akan musibah atau masalah yang menimpanya.
Seorang stoic bukan tidak pernah sedih atau marah. Stoic adalah seorang yang bisa memilah situasi kapan harus marah dan sedih.Â
Marah pelepasan emosi yang berujung tindakan sembrono dan membuat keputusan fatal yang menyebabkan penyesalan panjang seumur hidup bukanlah ciri seorang stoic. Orang stoic menyadari marah dan sedih adalah dua hal rasional yang harus dilakukan.Â
Stoic menempatkan kedua rasa itu dengan proporsional. Stoic marah pada waktu marah dengan melahirkan tindakan atau solusi dari penyebab rasa marah itu muncul.Â
Stoic bersedih pada porsinya dan tidak berlebihan dalam memakai perasaan ini, karena stoic menyadari menurutkan hati yang sedih berkepanjangan tidak akan menghasilkan solusi apapun dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Terima kasih sudah membaca,
Salam takzim saya
Rose Marz
Kamis malam berawan, 6 Oktober 2022, 20:22pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H