Ada yang pernah menjual barang tanpa mengeluarkan modal? Hanya duduk rebahan tapi uang datang tanpa raga melangkah keluar?
Pasar mulai berubah, bentuk fisiknya bahkan tidak ada. Tidak perlu lapak, tidak perlu modal besar, asal ada kuota, semua bisa berdagang. Perilaku konsumen pun mulai berubah. Konsumen tidak hanya dapat membeli, melainkan dapat menjual kembali. Dalam sekedip mata, konsumsi bisa menjadi produksi. Wajah ekonomi mulai berubah.
Bagaimana fenomena ini bisa terjadi? Kolaborasi dari Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data Analytics, Cloud Computing, Additive Manufacturing inilah yang membentuk dunia baru yang  kita sebut dengan era Revolusi Industri 4.0.
Lalu, hal menggiurkan apa yang ditawarkan era industri 4.0 ini? Cepat, mudah dan murah.
Di era revolusi industri 4.0, model bisnis konvensional mulai ditinggalkan. Sharing economy dipraktikkan. Teknologi mengambil banyak peran. Internet tidak bisa ditinggalkan. Di era ini, lahirlah marketplace-marketplace dengan jutaan pengunduh. Salah satunya dinobatkan sebagai Unicorn Indonesia dan sebagian menjadi super apps. Maya bukan berarti tidak nyata.
Beberapa tahun terakhir, saya menasbihkan diri sebagai salah satu pelanggan tetap di salah satu marketplace. Kebahagiaan menemukan satu produk dengan berbagai macam penawaran harga membuat saya betah berkeliling di pasar ini. Selain jeli meminang barang dengan harga terbaik, memilih jasa pengiriman merupakan tugas krusial dalam transaksi online.
Masih segar dalam ingatan saya ketika pertama kali melihat JT Express membuka drop point di kota kecil tempat saya tinggal. Saat itu saya berkata pada teman, "Wah ada new comer, nih. Â Niat banget yah kantornya langsung bagus gitu. Lihat tuh Brand Ambassadornya Master Corbuzier... mantep betul..."
Bertempat di ruko tiga lantai, wajah Deddy Corbozier yang berlatar merah tersenyum cerah di badan ruko. Saya lumayan terheran karena kantor jasa pengiriman lain tidak seniat itu dalam membuka drop point di kota kecil ini. Pemilihan brand ambassador pun tak luput dari penilaian. Smart people pasti menggunakan smart logistics, bukan? Smart logistics pasti menawarkan smart services, kan? Akhirnya, saya cukup penasaran dengan pemain baru yang langsung berani menunjukkan taringnya ini.
J&T Express memiliki slogan Express Your Online Business yang diwujudkan dengan sinergi ke berbagai marketplace di Indonesia  dengan misi pemerataan ekonomi secara digital. Hal ini menjadikan UMKM tumbuh subur karena marketplace dapat memasarkan produk dan dengan adanya 2000 lebih drop point, J&T Express siap menjemput dan mengantar paket dengan cepat, aman dan terpercaya.Â
Sebagai penghubung antara penjual dan pembeli, jasa pengiriman memainkan peranan krusial dalam transaksi e-commerce. Sektor ini bertanggung jawab mendistribusikan barang yang diamanahkan penjual untuk diantarkan ke costumer mereka dengan cepat dan aman.Â
Satu waktu saya iseng memilih opsi  J&T Express sebagai jasa pengiriman. Kali pertama itu saya tertarik karena harga ongkos kirim tidak semahal jasa lain ditambah subsidi dari marketplace, mengakibatkan ongkos kirim yang saya tanggung menjadi 0 rupiah. Tentu, haram hukumnya melewatkan kesempatan emas ini.
Selang beberapa jam setelah membayar, rentetan angka muncul di kolom status pengiriman. Padahal biasanya resi baru muncul saat malam hari atau esok harinya. Ketika saya bertanya kepada seller, beliau mengatakan bahwa resi diinput secara otomatis dari pihak J&T Express sehingga seller tidak perlu lagi menginput secara manual. Efisiensi yang ditawarkan J&T Express memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak karena pembeli tidak cerewet menayakan resi dan mengurangi beban kerja penjual dalam menginput resi secara manual.Â
Kemudian, ketika paket saya nyasar ke daerah lain. Saya tidak galau berlebihan karena saya dapat melacak posisi paket secara detail tanpa repot-repot telepon sana-sini. Semua itu dapat dilakukan di marketplace yang sama. Tak perlu lagi membuka app khusus karena J&T Express telah menjawab tantangan industri 4.0 dengan menerapkan sharing economy dan IoT dalam kemudahan akses tracking.
Hal lain yang membuat saya tidak pindah ke lain hati adalah dengan menggunakan J&T Express sebagai jasa pengiriman, marketplace tempat saya berbelanja menawarkan subsidi gratis ongkos kirim dengan minimum belanja yang rendah. Sungguh, J&T Express telah menciptakan sinergi yang indah nan cerdas dalam menarik hati pelanggan.
Mudah dan murah memang merupakan  kiblat di industri 4.0 tetapi ada satu hal yang cukup membuat resah dari dunia baru ini. Apakah penggunaan teknologi yang lebih high tech akan menggeser tenaga kerja manusia?
Saya rasa tidak. Saya ingat sudah tiga kali kurir berganti mengantar paket ke rumah. Saat itu saya bertanya, "Abang sebelumnya pindah kerja ya, bang?", beliau menjawab, "Enggak, mbak. Beliau nganter ke daerah lain, sekarang bagi-bagi tugas." Dari sini saya yakin, tidak ada pengurangan tenaga kerja, justru J&T Express membuka lapangan pekerjaan di kota kecil ini.
Di era industri 4.0, dunia logistik tidak menghapus tenaga kerja manusia dalam sistem kerjanya karena bisnis ini masih membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengawasi dan mengontrol operasional kerja. Memasuki era baru ini, logistik ditantang untuk mendisrupsi model bisnisnya dengan menggabungkan inovasi, teknologi dan penggunaan internet. Tujuannya adalah mengurangi human error, mempercepat proses kerja,memberikan pelayanan terbaik dan menawarkan harga yang bersahabat.
Pada akhir tahun 2018, dalam menyambut Harbolnas, J&T Express memobilisasi bisnisnya dengan meresmikan mesin sortir otomatis yang merupakan upgrade dari mesin semi auto sortir sebelumnya. Mesin sortir otomatis ini menghadirkan teknologi scan barcode otomatis, conveyor belt sebagai penunjang jalur paket, pengukuran berat paket otomatis, auto-reject jika paket tidak sesuai standar. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja sekaligus mengurangi human error sehingga mempercepat distribusi pengiriman.
Apakah J&T Express berhenti disatu inovasi itu saja? Tentu tidak. Percepatan teknologi menghasilkan disrupsi di berbagai sektor, mendorong jasa pengiriman ini berpikir secara eksponensial dalam mengupgrade bisnisnya.
Tiga bulan berikutnya yaitu Maret 2019, J&T Express kembali meresmikan teknologi terbarunya yaitu mesin X-ray yang bertujuan untuk mengefisiensi pemeriksaan paket yang biasanya dilakukan di bandara. Dengan memangkas waktu, J&T Express diharapkan akan memberikan pelayanan yang lebih baik. Selain itu, seluruh drop point J&T Express telah dilengkapi dengan CCTV untuk memonitoring kinerja dan distribusi paket sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan.Â
Bayangkan 10 juta paket pada Harbolnas tahun ini akan sampai lebih lama jika J&T Express tidak cepat membaca iklim bisnis di era industri 4.0. Ini membuktikan bahwa J&T Express merupakan smart logistic yang selalu menawarkan smart services kepada konsumennya.
Inovasi apalagi yang akan digunakan J&T Express ketika warehouse sudah secanggih itu? Apakah saatnya menggunakan drone untuk mengawasi sistem manajemen warehouse seperti yang sudah diadopsi di beberapa negara? Mari, kita saksikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H