Mohon tunggu...
Rosmalia Eva
Rosmalia Eva Mohon Tunggu... Guru - SMAN 1 Cipeundeuy

Hallo saya seorang guru SMAN 1 Cipeundeuy dan juga sebagai narasumber berbagi praktik baik di Kab. Bandung Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka di Mata Guru

29 September 2024   07:56 Diperbarui: 29 September 2024   08:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran kurikulum merdeka di sekolah berawal dari ketika negara Indonesia dihadapkan dengan pandemi Covid 19 pada tahun 2019. Satuan pendidikan diberikan 3 pilihan oleh pemerintah dalam penggunaan kurikulum di sekolah. Pertama, kurikulum 2013 secara penuh. Kedua, kurikulum 2013 yang disederhanakan dan ketiga kurikulum merdeka.

Selama pandemi berlangsung ternyata pemerintah dan guru-guru menyadari bahwa pentingnya pembelajaran di rumah walalupun dalam keadaan pandemi. Akhirnya pandemi ini mendorong seluruh satuan pendidikan memberikan pendidikan melalui media internet. Pendidikan berbasis web ini mendorong guru untuk mampu mengaplikasikan perangkat TIK untuk pembelajaran. 

Kita kembali lagi, ke kehadiran kurikulum merdeka ya!

Dari kejadian pandemi inilah pemerintah dan guru semakin sadar akan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan jamannya. Ternyata murid 10 tahun yang lalu dan 10 tahun kemudian itu berbeda. Saat ini murid sudah mahir menggunakan gadget dan informasi apapun mudah didapatkan melalui genggaman. 

Dengan keadaan ini guru menyadari bahwa pembelajaran harus sesuai dengan kodrat murid. Guru harus memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya agar di kemudian hari murid mampu mengembangkan kemampuan softskill-nya. Tidak semua guru memandang kurikulum merdeka ini kurikulum yang membingungkan, yang harus disadari adalah kesadaran bahwa perkembangan jaman menuntut guru harus move on dari pengajaran gaya lama. Tentu, gaya lama seperti ceramah masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Intinya bagaimana kita mengemas pembelajaran ini agar mampu mendorong minat dan bakat murid di kelas.

Pada saat murid ada di Fase F mereka sudah dijuruskan sesuai dengan cita-citanya, bakat dan minatnya. Hal ini mendorong dan membantu murid dalam menggapai cita-citanya ketika mereka lulus dari sekolah. Perbadaannya dengan kurikulum sebelumnya adanya penjurusan antara mata pelajaran IPA dan IPS serta kompetensi murid yang dipisahkan antara kognitif, keterampilan dan sikap. Pada kurikulum merdeka fokus akhirnya adalah murid yang memiliki karakter profil pelajar pancasila yang dikemas dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun