Kalau kita ngobrol tentang anak Rantau, yang terbesit pertama dan udah jadi rahasia umum adalah mandiri, mie instan akhir bulan, irit dan kalo perlu obat maag juga ya wkwkwkwk.
Dan lucunya, starter pack tadi mungkin menjadi relate bagi kebanyakan mahasiswa Rantau nih. Menjadi mahasiswa Rantau yang jauh dari keluarga, saudara, bestie, teman-teman di kampung halaman pasti bukanlah hal yang mudah.
Tapi jangan salah, Merantau juga punya banyak manfaat, pembelajaran berharga dan tentunya banyak challenge yang harus dihadapi oleh anak Rantau. Disatu sisi senang, sebab jadi anak Rantau kita jadi lebih bebas cari pengalaman, kerja parttime, bebas main dll. Tapi disisi lain pun pasti ada rasa cemas, khawatir, takut homesick, takut bokek dan khawatir jadi nambah beban buat orang tua.
Overthingking itu pasti ada ya, dan sebelumnya pasti kita udah harus tau apa yang menjadi pilihan kita untuk merantau dan pasti ada konsekuensi yang harus kita pertanggungjawabkan pastinya.
Beberapa realita menjadi mahasiswa Rantau diantaranya,
Sering merasa Sendiri
Sering merasa sendiri adalah hal yang lumrah dirasakan anak Rantau, namun ada beberapa solusi untuk mengatasi rasa kesepian itu diantaranya, bisa mengikuti kegiatan yang bermanfaat misalnya ikut organisasi atau UKM yang ada di kampus, bisa juga sesimpel kita telepon atau memberi kabar orang rumah, atau hal yang paling manjur bisa banget deeptalk sama Tuhan kita.
Dan, dari sini kita bisa jadi sadar kalau sebenarnya kita tuh ngga bener bener sendirian, karena Tuhan kita selalu membersamai diri kita dimanapun itu dan kita akan dikelilingi oleh orang-orang baik disekitar kita.
Homesick (Rindu Rumah)
Hal yang paling ngga bisa dihindari adalah rindu rumah, dan itu pasti ya dirasain sama anak-anak Rantau. Tapi jangan dibuat sulit, kalau rindu ya bilang aja langsung dengan melakukan sesuatu seperti menelpon orang tua, keluarga atau orang rumah lah intinya. Dan yang terpenting luangkan waktu untuk menelepon orangtua ya.
Disini kita bisa mengambil Pelajaran berharga dan paham bahwa, betapa indahnya bisa menghabiskan waktu Bersama dengan keluarga. Namun, lebih indah dari itu kita jadi tersadarkan bahwa "menjaga" lewat doa adalah penjagaan yang paling indah.
Semuanya serba "Mandiri"
Yap, mandiri! Adalah skill wajib bagi kita semua. Ga Cuma buat anak Rantau aja tapi semua orang wajib bisa mandiri karena kita tidak seterusnya bisa bergantung dengan orang lain, termasuk orang tua kita ya. Dengan merantau ini, kita jadi lebih terlatih untuk hidup lebih mandiri karena semua hal kita yang mengatur mulai dari keuangan, makan apa hari ini, jadwal cuci baju, jadwal belajar dll.
Keren banget deh pokonya kalo semua bisa kita management dengan baik. Dan kita harus tau kuncinya supaya bisa mandiri y akita harus bisa belajar management prioritas dan tentunya selalu meminta pertolongan kepada Tuhan supaya dilancarkan dan dimudahkan segala urusannya. Benefitnya apa sih? Ya kita jadi lebih bisa mengenal diri kita sendiri.
Harus bisa disiplin dalam mengatur "Keuangan"
Nah, ini yang perlu banget kita paham. Ya, mengatur keuangan. Karena, terkhusus untuk anak Rantau yang masih mendapatkan transferan dari orang tua kita wajib banget bisa mengatur skala prioritas kebutuhan kita di kota perantauan. Cukup ngga cukup ya harus cukup ya. Dan disini kita jadi sadar bahwa betapa luar biasanya perjuangan orangtua kita untuk menghidupi diri kita disini dan selama ini.
Nah, itu tadi 4 Realita yang dihadapi Anak Perantauan. Relate ngga sama kalian? Atau ada Realita yang lain lagi nih, boleh banget share di kolom komentar ya!
See You!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H