Saat Iedhul Fitri tiba menjadi budaya masyarakat Indonesia yang teramat indah dan sakral adalah saling maaf memaafkan dengan kebiasaan masing -- masing daerah.
Ritual indah ini hanya terjadi satu tahun satu kali saja,  permohonan maaf yang fitri itu dipersembahkan bagi mereka yang masih jumeneng, kita sampaikan kepada masing -- masing dengan cara bersalam -- salaman membebaskan dosa yang hinggap  diantara keduanya.
Adapun  untuk memohon ampun kepada  Almarhum dan almarhumah seluruh keluarga akan meluangkan waktu dengan cara berdo'a bagi yang telah tiada, sehingga perasaan merasa terobati dan lega ketika usai berdo'a.
Kita semua telah merasakan kesakralannya memohon maaf pada kedua orang tua dalam suasana  yang  khusyu'  dan bahkan banyak diantaranya untuk bershilah arrahim dengan kedua orang tua dan keluarga  datang dari jauh menjumpai keduanya dengan tantangan dan rintangan yang tidak sedikit, salah satu contohnya bahwa kita bisa mudik harus nabung berbulan - bulan lamanya mengencangkan ikat pinggang,  akan tetapi  di masa pandemic COVID -- 19  sebaiknya kita semua memilih aturan yang telah ditentukan pemerintah agar semua selamat.
Memaafkan Itu Tidak MudahÂ
Manusia hidup di alam semesta ini tidak akan pernah lepas dari berbagai kesalahan dan dosa,  kecuali bayi yang masih suci jauh dari baligh dan berakal,  dan diantaranya kita sudah saling mengetahui contoh sepasang Makhluk Allah yang pernah khilaf melakukan suatu pelanggaran sedemikian menghujam dalam ingatan kita tentang kisah Nabi Adam As beserta Ibunda Siti Hawa.
Ibunda Siti Hawa dan Nabi Adam As.  Demikian menyesal atas sikapnya yang teledor juga ceroboh tanpa berfikir panjang  kemudian sepanjang masa beliau keduanya berdoa dan berdoa betapa mereka merasa terhinakan :
Qaalaa rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa il lam taghfir lanaa watarhamnaa lanakunanna minal khaasiriin
Keduanya berkata,  "Ya Tuhan kami,  kami telah menganiaya diri kami sendiri  dan sekiranya Engkau tidak mengampuni diri kami dan memberi rahamat  kepada kami,  tentulah kami ntermasuk orang - orang yang merugi".  Al Qur'an surat Al 'araaf (Tempat tertinggi ) 7 : 23
Sudah menjadi taqdirnya manusia tempatnya salah dan dosa,  maka layak bagi  kita semua agar mau  saling memaafkan. Â
Mungkin saja jika kita ada di posisi Buya Hamka belum tentu ridha atas perlakuan sikap orang - orang zalim yang memenjara Buya hingga bertahun - tahun lamanya tanpa salah dan dosa, bentuk sedihnya seperti apa . . . namun Buya menulis dengan legowo hingga melahirkan sekitar 30 jilid Kitab Al Azhar,  ungkapan beliau yang berbesar hati :
Orang - orang besar memang memiliki cara mereka sendiri untuk meminta maaf  kepada mereka yang pernah dizalimi.
Demikian sebaliknya  yang pernah terzalimi,  mereka punya hati  seluas samudera  untuk memaafkan.
Apapun bentuk nya, Â cara mereka meminta maaf sangatlah indah.
Memang fenomena Buya Hamka menjadi fenomena menyejukkan bagi kita semua, Â tinggal kita semua menakar diri masing - masing bisakan seluas samudera sebagainya Buya mewariskan suri tauladan pada generasi berikutnya.
Penulis secara sepotong -- sepotong mengikuti  acara tayangan  Mesjid Sengketa di SCTV  yang menayangkan kisah Maing seorang anak yang sejak kecil ditinggal sang Ibu,  setelah Maing dewasa dan sukses,  ibunya mencari sang anak hendak melepas kerinduan.
Akan tetapi apa mau dikata ternyata Maing sama sekali tidak ingin menyapa bahkan tidak mengakui bahwa ibunya adalah satu -- satu orang tua yang tengah dirundung ingin berjumpa.Â
Maing itu saking bencinya terhadap Ibu kandung sendiri  jangankan mau memaafkan Ibunya bahkan untuk jumpa sekalipun tidaklah sudi.
Kisah ini memang cukup absurd,  ada anak koq yang mengaku muslim keukeuh tidak mau memaafkan ibundanya.
Ungkapan singkat ini adalah kisah dalam salah satu tayang televisi selama bulan Ramadan, Â sekedar imajinasi, Â namun kisah ini tentunya terinspirasi dari kisah kehidupan nyata.
Jika saja kita rajin mendeteksi berita ada juga anak yang membunuh Ayah ayau Ibunya, Â sungguh menyeramkan dan tragis sekali dunia ini. Â Solusi ringkasnya : Â bergaul dalam lingkungan orang - orang shaleh dan rajin bershilah arrahim pada sanak famili.
Orang Yang Kurang Bersyukur
Memang tidaklah mudah memaafkan seseorang yang kita benci karena berbagai alasan, Â mungkin juga kebenciannya sudah mengakar kokoh dalam batinnya, Â kita ingat kisah Nabi Yusuf As yang secara dzalim oleh saudara - saudaranya di masukkan dalam sumur kering di suatu wilayah. Â
Tidak terbayangkan sakit hatinya Nabi Yusuf diperlakukan secara sangat zalim.
Tentu saja dengan kezaliman saudara - saudara Nabi Yusuf, Â Gusti sebegitu teganya mereka terhadap adik sendiri berlaku sangat kejam.Â
Namun kemudian  Nabi Yusuf dengan kelapangan hati akhirnya memaafkan saudara - saudaranya seraya memfasilitasi mereka dengan ketinggian spiritual yang teramat sulit kita tandingi.
Paling tidak rentang waktu dengan kehidupan Buya Hamka yang dengan legowo memaafkan lawan - lawan politiknya, Â dengan lapang dada memaafkan mereka meskipun pasti sakit hati itu akan membekas selamanya ibarat paku yang sudah ditanam dalam kayu kemudian kita coba tarik kembali pasti akan ada bekasnya.
Spirit Buya Hamka semoga melekat dalam sanubari kita semua, Â dan Bismillah meskipun sulit mari bermaaf - maafan sesuai dengan perintah Allah Swt, Â bahwa barang siapa yang bersyukur pada - Nya adalah mereka yang berlapang dada memaafkan saudara - saudaranya. Amiin
Jum'at  22 Mei 2020 M  /  Sabtu,  30 Ramadan 1441  M
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI